bc

Make Sure

book_age18+
167
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
friends to lovers
playboy
journalists
drama
bxg
city
victim
like
intro-logo
Blurb

Fokus pada kehidupan Oji (Alfian Fauzi), cameo di CALIGYNELOVE dan Di Waktu Yang Salah.

Oji dituduh menghamili Ansara usai menolong Radit, arwah yang meminta tolong pada Oji untuk menyampaikan pesan terakhir pada Ansara sebelum kecelakaan berhasil merenggut nyawanya.

Oji bimbang antara mempertahankan hubungannya dengan Putri yang sudah berjalan satu tahun, namun, tidak mendapat restu atau mengakhiri semuanya dan menerima tuduhan orang-orang terhadapnya.

Kira-kira Oji akan mengambil jalan seperti apa dalam menyelesaikan masalahnya?

chap-preview
Free preview
At First
Cahaya merah masih meletup-letup dari dalam jurang. Team pemadam kebakaran dan Polisi sedikit kesulitan mengevakuasi korban. Sementara sirine terus memekik dan garis polisi terbentang di sepanjang jalan.  “Sebuah ledakan terjadi di bawah jurang sedalam tiga puluh lima meter dan kini polisi bersama team sedang melakukan evakuasi, diduga ledakan itu berasal dari sebuah mobil yang menabrak pembatas jalan. Alfian Fauzi melaporkan dari tempat kejadian.”  “Baik, Alfian, kami tunggu laporan selanjutnya,” ucap Brigitta dalam acara berita yang disiarkan secara langsung di sebuah televisi nasional.  Sementara itu di sebuah kafe, seorang wanita tengah menunggu kedatangan kekasihnya untuk merayakan hari jadi mereka yang kesatu tahun. Namun, tiba-tiba api di lilin itu mati membuat perasaannya menjadi tidak tenang, apalagi desau angin malam semakin menusuk pori-pori kulitnya. Ansara hanya bisa tercenung menatap lilin itu.  “Mbak--” Seorang pelayan berdiri di depannya, “sebentar lagi kafenya mau tutup.”  Ansara tergemap. Dia tampak bimbang, antara pulang atau tetap di situ menunggu Radit, mungkin saja pria itu terjebak macet. Ansara kemudian menarik napas. “Sebentar, Mbak, saya telepon pacar saya dulu.” Wanita itu tercenung menatap pesan yang dikirimkan kekasihnya satu jam yang lalu yang menyebutkan kalau dia masih di jalan. Tak ingin menunggu lagi, Ansara pun segera mendial nomor tersebut dan mendekatkan ponsel ke telinganya. Hingga nada sambung habis tak ada jawaban apa-apa, dia kembali menelepon dan kali ini nomor Radit berada di luar jangkauan. Perasaannya semakin kacau. “Kamu jadi datang, ‘kan?” lirihnya sembari mengulang panggilan.  “Maaf, ya, Mbak. Kafenya sudah harus tutup.”  Ansara membasahi tenggorokannya. Dia kecewa. Kenapa Radit tidak datang padahal sudah dua jam dia menunggunya di sini. Perlahan Ansara bangkit dan membawa kuenya ke dalam mobil. Gadis berambut panjang itu menjatuhkan keningnya ke roda kemudi, lalu menangis dalam hening.  Di tempat kejadian kecelakaan, polisi dan tim pemadam kebakaran berhasil membawa korban ke atas, namun mereka tak menemukan tanda pengenal apapun, diduga ikut terbakar. Oji dan Arka sebagai rekannya, berhasil mengambil beberapa gambar. Setelah itu, Oji merapikan rambut dan bajunya untuk kembali melakukan liputan.  “Seorang pria tanpa identitas menjadi satu-satunya korban dalam ledakan tersebut. Dia mengalami luka bakar yang cukup parah dan nyawanya tidak terselamatkan, korban kini dilarikan ke rumah sakit Ganda Kusuma. Alfian Fauzi melaporkan dari tempat kejadian.”  Kamera kemudian mengarah pada ambulance yang membawa jasad dalam kantong berwarna orange tersebut. Setelah liputan itu selesai, Arka mematikan kameranya. “Ji, balik,” ajak Arka sembari memasukkan kamera ke dalam tas kecilnya dan menyampirkan di bahu. Dia kemudian mengangkat wajah dan menatap Oji yang tampak melamun. “Ji, lu baik-baik aja, ‘kan?” Tidak biasanya Oji melamun usai melakukan liputan. Tak ingin berdiam lama, Arka segera menarik Oji ke dalam mobil. “Bentar lagi hujan, Ji.” Oji tak bicara apa-apa, tatapannya kosong dan lurus ke depan, dia merasakan sunyi senyap, padahal sirine mobil Polisi dan ambulance terus bersahutan. Kini pria itu sudah berada di dalam mobil yang siap melaju di kemudikan Arka.  Arka sesekali menoleh ke arah Oji, biasanya pria itu akan banyak berkata dan mengomentari apapun yang baru saja diliputnya. Namun, sekarang dia tampak pendiam dan malah terlihat seperti terguncang, membuat Arka khawatir, bahkan merinding. Waktu menunjukkan pukul sepuluh lewat lima puluh menit.   Sementara di waktu yang sama. Ansara masih menunggu kekasihnya di dalam mobil. Rambut panjang menutupi sebagian wajahnya yang tengah tertunduk di atas roda kemudi.  Tok! Sebuah pukulan membuat Ansara terkesiap. Dia tercenung menatap Radit tengah berdiri di depan jendela mobilnya. Dia menghela napas panjang, kemudian bibirnya tersungging.“Aku tahu kamu pasti datang,” ucapnya sembari menurunkan kaca jendela mobil. Namun, Ansara tergemap saat dia tak melihat siapa-siapa, selain hanya gelapnya malam. Dia segera ke luar dan mencari Radit ke sekitar mobilnya. “Radit,” teriaknya sembari terus mencari, tak mungkin dia salah dengar, jelas-jelas tadi dia mendengar ketukan dan melihat Radit. “Dit, kamu jangan jahilin aku dong, aku udah capek nungguin kamu dari tadi. Udah berasa tua tau nggak dua jam nungguin kamu di sini,” keluhnya sembari menjatuhkan b****g di depan pintu mobil.  Hanya ada desau angin yang menggoyangkan dedaunan, hingga beberapa detik akhirnya Anshara tersadar, dia tercenung dan menghela napas cukup panjang, mungkin dia hanya tengah berhalusinasi karena terlalu berharap Radit ada di sini.  Sementara itu, Oji berjalan gontai ke kamarnya. Dia langsung naik ke atas ranjang tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Seorang pria ikut naik ke atas kasurnya, namun, Oji tidak begitu menyadari kedatangan tamu tak diundang tersebut.  Sedari tadi, Oji seperti mengawang. Entah angkasa mana yang dijugjug, dia seperti kehilangan kesadarannya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook