bencana

1414 Words
siang itu... bak petir yang menyambar tepat diatas kepalanya. Yudi sungguh terkejut, bumi yang dia pijak seakan berputar. lagi, kejadian itu terulang kembali. dia yang semula hanya tinggal memiliki satu orang keluarga, harus kembali kehilangan. Yudi harus kembali menelan pil pahit kehidupan. saudara satu satunya yang dia punya harus kembali ke haribaan ilahi. kurang lebih sekitar lima tahun yang lalu, kejadian seperti ini pun pernah membuatnya putus asa. saat kedua orang tuanya secara tiba tiba pergi meninggalkan dirinya dan kakak nya didunia ini. maka, ketika semua ini kembali menghantam dirinya, Yudi hanya bisa merenung dan terdiam membeku. dia memilih menyembunyikan semua kesedihan yang dia rasakan saat ini, tak seperti dulu. dia ingat saat itu, dia menangis meraung dilantai lalu mengurung diri dikamar selama beberapa hari. sang kakak lah dulu yang membuat nya pelan pelan menerima keadaan. mungkin saat ini Yudi sudah lebih bisa menerima keadaan yang menimpa dirinya, dengan berbekal pengalaman nya yang dulu. dan mungkin juga karena dirinya kini sudah lebih dewasa. kali ini yudi tak boleh berlama lama mengurung diri. kesedihan itu pasti ada. namun saat ini, dia masih memiliki satu orang lagi yang harus dia urus dan dia besarkan. kalau dahulu, dia hanya memiliki kakak nya seorang sebagai satu satunya keluarga yang dia miliki. kini, dia memiliki keponakan nya. satu satunya darah peninggalan dari almarhum kakak nya. Yudi bertekad akan membesarkan eliza seperti putri kandung nya sendiri. meski, dia juga belum memiliki pengalaman tentang itu. pertama yang akan dia lakukan adalah berhenti menangis dan meratap. karena itu semua tak ada gunanya lagi. lagi pula eliza yang baru berusia tiga tahun pun belum begitu mengerti akan artinya kehilangan. maka, sebisa mungkin Yudi akan mengubur rasa sedihnya itu dalam dalam. dia tak boleh menampakkan kesedihannya didepan eliza. yang kedua, Yudi harus segera mencari pengasuh buat eliza. karena saat ini Yudi harus lebih giat bekerja dari pada sebelumnya. sekarang, dia tak boleh terlalu santai karena dia tak lagi hidup buat dirinya sendiri. dia juga harus memikirkan kehidupan eliza kedepan. kesehatan dan pendidikan nya harus terjamin. saat ini tak terlintas sedikitpun dibenak Yudi akan masa depan nya sendiri. yang dia pikirkan hanyalah tentang bagaimana eliza nanti. dia akan mengusahakan semua yang terbaik untuk eliza. beberapa bulan berlalu dan saat ini lah yang terjadi. Yudi kini bekerja dikantor sekaligus merangkap menjadi dosen. bukan lagi perihal capek nya bekerja, yang lebih memusingkan kepalanya sekarang ialah, dia belum mendapatkan pengasuh yang tepat untuk keponakan nya, eliza. satu demi satu suster yang dia ambil dari yayasan mengundurkan diri lantaran tingkah eliza yang sangat aktif. Yudi menyebutnya begitu. disaat orang lain mengatakan keponakan nya itu nakal. Yudi justru menganggap itu adalah hal yang wajar. eliza hanyalah seorang anak kecil yang sangat aktif. dia kehilangan sosok orang tua yang dulu selalu ada disampingnya secara bersamaan dan tiba tiba. mungkin itulah yang membuatnya kini sedikit berbeda dari anak lain seusianya. eliza seperti berontak kepada siapapun yang berada di sisi nya, kecuali pada yudi. sedang Yudi tentu tak bisa setiap saat menemani eliza. maka tak jarang yudi menjadi sering melamun seorang diri. dia sedang memikirkan cara untuk mendapatkan seorang pengasuh untuk keponakan tercintanya itu. .. Yudi sedang berada di dalam ruangan nya. saat pintu diketuk, Yudi tak serta merta merespon. dia tengah sibuk dengan pikiran nya. " tok tok tok " suara ketukan pintu kembali terdengar, entah sudah keberapa kalinya. " cekrek " Yudi terperanjat ketika mendengar suara handle pintu, sepertinya seseorang saat ini ingin memasuki ruangan nya. " maa.. maaf Pak, apa bapak sedang sibuk " ucap seseorang yang hanya terlihat ujung kepalanya saja. Yudi tak menjawab, dia hanya memasang wajah masam seperti orang yang tak suka. " maa. maaf Pak, saya lancang. tadi saya ketuk berkali kali tapi bapak tak menjawab " ucap seorang perempuan dari balik pintu kayu itu. Yudi tak menjawab, hanya kepalanya sedikit mengangguk, menandakan dia mempersilakan tamu itu masuk. yura sedikit bingung, dosen nya itu tak menjawab sepatah kata pun. tapi dari gerakan tubuhnya yura tau bahwa pak Yudi tak mempersalahkan kehadirannya, maka yura pelan pelan masuk keruangan itu. yura masih berdiri. dia menunggu dosen nya itu membuka kata. namun setelah ditunggu beberapa saat ternyata pak Yudi hanya terdiam saja. yura merasa serba salah. tapi dia sudah masuk keruangan ini. terlanjur basah, yasudah mandi sekalisekali, batin nya. " pak, maaf saya hanya ingin menyerahkan tugas dari bapak minggu lalu " kata yura akhirnya. biasanya pak Yudi akan mengoreksi langsung, lantas memberikan wejangan panjang lebar kepada mahasiswa nya. namun kali ini keliatanya agak lain. dosen nya itu hanya beberapa kali mengangguk dan diam saja saat memeriksa tugasnya. " a apa sudah pak, apa ada yang perlu saya perbaiki " ucap yura ragu. Yudi hanya menggeleng. yura pun menduga, sepertinya dosen nya ini sedang banyak masalah saat ini. " baik Pak kalau begitu, saya permisi dulu. maaf karena sudah mengganggu waktu bapak " ucap yura. sekali lagi Yudi hanya mengangguk saja tanpa melihat pada lawan bicara nya. pelan, yura beranjak dari tempatnya berdiri. sebelum keluar dari ruangan pak Yudi, ponsel yura terdengar berdering. dengan cepat yura mengambil ponselnya dari dalam tas, lantas bergegas membuka pintu dan segera keluar. yura dengan cepat menggeser ikon telepon berwarna hijau di layar ponselnya. " ya, ya bu.. saya segera kesana. maaf ya bu saya sepertinya agak telat. saya masih di kampus " ucap yura pada seseorang di seberang ponselnya. sepertinya seseorang yang sedang berbicara dengan yura ditelepon itu sedang menjelaskan panjang lebar tentang tugas yang akan dia berikan pada yura, yura lebih banyak diam sambil menjawab 'iya' sesekali saja. " baik bu, nanti saya akan menjaga anak anak sampai ibu kembali " ucap yura kemudian. tak lama yura menutup panggilan telepon itu, bersamaan dengan itu dia lantas menghembuskan nafas panjang. sepertinya dia sangat lelah. yura menambah adegan melelahkan itu dengan ending memejamkan matanya sesaat. tanpa dia sadari seseorang yang baru saja dia temui tadi ternyata tengah memperhatikan dirinya. yura sangat terkejut saat dia menyadari bahwa pintu ruangan dosen nya tadi belum dia tutup kembali, tadi yura sangat tergesa gesa. dia membalikkan badan dan tersenyum nyengir lantas memegang handle pintu kayu itu, berniat segera menutup pintu itu kembali sebelum sang dosen mengamuk. " sebentar, bisa kah kamu kesini " ucap Yudi yura tambah deg degan, dia menampilkan senyuman super manisnya. lantaran takut pak Yudi akan memarahinya karena membut moodnya bertambah buruk hari ini. yura maju, dia menggaruk pelipisnya. pikirannya pun kini bercabang. dia kini sedang terburu buru. dia harus segera melakukan pekerjaan sampingan nya demi bisa membayar uang kuliahnya semester depan nanti. " i iya Pak. maaf saya tadi sedikit berisik.. " ucap yura. Yudi hanya melihat pada mahasiswinya itu. wajahnya memang tak asing. tapi Yudi tak hapal semua nama mahasiswa dikelas nya. " kamu, siapa namamu " ucap Yudi. " saya pak, saya yura, mayura pak... " jawab yura gugup. dia takut mood Pak Yudi yang sedang buruk berimbas pada nya. " a apa ada yang salah Pak selain kecerobohan saya tadi yang lupa menutup pintu dan membuat bapak keberisikan... " ucap yura ragu. " sekali lagi saya minta maaf Pak. tapi saya saat ini sedang terburu buru " sambung yura. Yudi tampak memperhatikan yura dengan seksama. " kamu, kamu tadi sedang bicara sama siapa " tanya Yudi. yura kaget namun dia segera menjawab pertanyaan Yudi agar dia segera bisa keluar dari ruangan ini. " ooh itu Pak, itu bos saya Pak. saya mengambil pekerjaan sampingan " ucap yura malu, rasanya ini sudah masuk ranah privasi bukan. Yudi mengangguk. dan kembali menatap. yura tajam " apa kamu bisa mengasuh anak usia tiga tahun " ucap Yudi yura melongok, dia tak menduga Yudi menanyakan hal seperti itu. " ta tapi Pak, saya hanya freelance. bukan pekerja fulltime. saya kan juga harus kuliah Pak " kata yura. " hemmm.... " Yudi tampak berpikir, bener juga kalau yura kuliah bagaimana dengan eliza. aah yang terpenting dia ada cadangan buat pengasuh eliza, belum tentu juga eliza langsung cocok dengan yura kan. " yang penting kamu mau, saya tunggu secepatnya. ini alamat rumah saya. kamu bisa datang kapan saja, lebih cepat lebih baik " kata Yudi tanpa basa basi lagi. yura menerima kartu dari Yudi dengan gemetar. dia tak tau apa bisa melakukan pekerjaan ini nanti. sepertinya dirinya memang butuh ektra job karena akhir akhir ini dia membutuhkan banyak sekali uang. oke, aku gak tau bisa ngerjain apa nggak, kuterima dulu saja siapa tau nanti butuh juga kan. lagi pula kalau berdebat lagi, kapan aku bisa pergi dari sini. batin yura. setelah itu yura segera berlari keluar kampus, dia harus segera bergegas karena dia sudah sangat terlambat sekarang
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD