Pukul 8 pagi.
Matahari muncul tanpa malu-malu, menyorotkan cahayanya yang bisa membuat semangat penduduk bumi terbakar. Di antara banyaknya penduduk tersebut, Kayana salah satunya. Dari pukul 6 pagi gadis itu sudah menyiapkan banyak hal.
Mari kita lihat, bagaimana penampilan seorang Kayana setelah bersiap selama kurang lebih dua jam. Gadis itu mencepol tinggi rambutnya, menyisakan poni tengahnya dan juga beberapa helai rambut di depan telinganya. Leher jenjang Kayana terekspos sempurna. Blazer nude hampir menyatu dengan warna kulitnya yang flawles. Blazer tersebut dipadukan dengan rok selutut berwarna senada. Kayana menatap pantulan dirinya di cermin, tersenyum puas.
Gadis itu memoles wajahnya dengan sangat baik, hari ini Kayana menggunakan make up sedikit lebih tebal dari biasanya. Gadis itu ingin terlihat lebih cantik. Tidak sia-sia Kayana menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan penampilannya untuk hari pertama dia bekerja.
Setelah dirasa cukup sempurna, Kayana akhirnya move dari depan cermin. Gadis itu menyambar tas selempang berlogo LV berwarna hitam, tas itu pemberian Ara di hari ulang tahun Kayana. Sepertinya, Ara membobol tabungan nya untuk membeli tas tersebut.
Keluar dari kamar, Kayana mendapati Ara tengah menyiapkan sarapan di dapur. Gadis itu berjalan dengan perasaan senang, memeluk Ara dari belakang.
“Pagi, Ara eonni” meski sedikit kaget Ara langsung membalas sapaan adiknya. Dia memutar tubuh hingga menghadap ke arah Kayana. Gadis berambut grey itu mengamati penampilan Kayana yang beda dari biasanya.
Ara berdecak kagum, "Kau terlihat sangat cantik, Kayana. Ah, aku iri padamu" puji gadis itu seraya tersenyum senang.
Kayana terkekeh, dia menangkup wajah sang kakak. "Eonni juga sangat cantik, putri Amma kan cantik-cantik"
Mereka berdua tertawa, bahkan Ara sampai lupa pada sup yang tengah ia masak. "Duduklah, sup nya sebentar lagi matang"
Kayana mengangguk, "Aku bersyukur karena sudah dilahirkan dikeluarga ini. Amma, Appa, Eonni, adalah hadiah yang tuhan kasih untukku, hadiah terbaik. Meskipun Amma-Appa pergi dengan cepat, setidaknya aku masih punya Eonni yang begitu menyayangiku" celetuk Kayana tiba-tiba, suasana ceria berubah jadi sentimental. Gerakan tangan Ara terhenti.
"Ah, ini baju yang kubeli kemarin. Terima kasih sekali lagi eonni"
Ara menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Yep, seleramu sangat bagus. Baju itu terlihat sangat cantik saat kau kenakan"
Kayana mengangguk setuju.
Ara mengangkat sup nya, meletakan panci yang mengepulkan uap panas itu di atas meja. Jemari nya mengusap punggung Kayana dengan lembut. “Ini adalah hari pertama kau bekerja, tunjukan kalau kau adalah pekerja yang baik. Attitude jangan dilupakan. Oh ya sama satu lagi, taati semua peraturan yang diberlakukan di D'Laura"
"Siap! Aku akan mengingat ucapan Eonni"
“Baguslah, sekarang kau sarapan dulu. Eonni harus bersiap juga" tanpa menunggu jawaban dari Kayana, Ara berjalan ke kamarnya. Dia tak bisa membendung tangis yang sedari tadi ditahan. Gadis itu masuk ke dalam kamar.
Air mata jatuh bersamaan tubuhnya yang ambruk di lantai, Ara menangis senang, dia juga terharu. Gadis itu terisak tanpa suara, apakah selama ini dia sudah berhasil menggantikan peran kedua orang tuanya dimata Kayana? Ara pikir, dia belum sehebat itu.
Amma dan Appa meninggal saat Kayana masih duduk dibangku SMP, sementara Ara saat itu sudah hampir lulus SMA. Di tengah sibuknya kegiatan sekolah, Ara menyempatkan diri untuk bekerja paruh waktu di sebuah minimarket dan pulang larut malam. Harta peninggalan kedua orang tua mereka cukup untuk membiayai pendidikan Ara sampai kuliah dan pendidikan Kayana sampai tamat SMA kelak. Karena itulah, Ara banting tulang agar dia bisa menghidupi dirinya sendiri dan Kayana.
Setelah lulus dari SMA, dan masuk ke perguruan tinggi, Ara diterima di kampusnya sebagai petugas perpustakaan, dan dari semester ke semester Ara mendapatkan pekerjaan yang luar biasa. Asisten dosen. Sungguh, Ara tak pernah menyangka nya. Setelah lulus kuliah, Ara bekerja di salah satu sekolah swasta bergengsi di Korea Selatan atas rekomendasi dari kampusnya. Gadis itu banyak bersyukur dan bersyukur.
Ah, semua kenangan itu masih terpaku jelas di otak Ara. Dia tidak akan melupakan bagaimana kerja kerasnya selama ini sampai bisa berada di titik sekarang. Gadis itu mengusap air mata, mungkin sekarang matanya sudah bengkak. Tapi Ara tak peduli, dia bangkit, berjalan terseok mendekati sebuah bingkai foto.
"Amma, Appa, aku sangat merindukan kalian. Sudah banyak hari yang aku dan Kayana lewatkan, kita berdua baik-baik saja. Amma, Appa, tidak perlu mencemaskan kita berdua. Hari ini, Kayana akan pergi bekerja, princess kecil kesayangan keluarga sekarang sudah jadi gadis dewasa."
"Eonni"
Ara merasakan sebuah lengan yang melingkari perutnya. Tidak perlu menoleh untuk melihat siapa pelakunya, sudah jelas itu adalah Kayana. "Eonni sudah melakukan yang terbaik, aku yakin Amma, Appa, mereka pasti bangga memiliki putri seperti eonni"
"Juga seperti kamu, princess kecil"
Kayana tersenyum, sudah bertahun-tahun dia tidak mendengar panggilan itu. Panggilan yang biasa keluarganya gunakan untuk memanggilnya. Tak terasa, sebutir air bening lolos dari netra Kayana. Dia terisak, tapi Ara buru-buru menghapus tangis sang adik.
"Jangan menangis, nanti make up nya rusak. Kau sudah selesai sarapan?"
Kayana hanya mengangguk, "Sebaiknya kau bergegas sekarang sebelum terlambat" lanjut Ara sembari menata poni Kayana.
"Tapi eonni tidak boleh menangis lagi, janji?"
"Janji"
(^_^)(^_^)
"Annyeong haseyo, jonen Kayana-ibnida"
"Silahkan duduk"
Kayana duduk, dia tersenyum manis.
Seorang perempuan yang juga menggelung rambutnya tersenyum ke arah Kayana. "Hari ini, adalah hari pertamamu bekerja. Aku tidak akan berbicara panjang lebar" perempuan itu mengeluarkan sebuah map. "Semua peraturan dan tanggung jawab juga jadwal yang harus kau ikuti ada di dalam amplop ini. Kau bisa membacanya sendiri, dan silahkan bertanya apabila ada yang tidak kau mengerti"
Perempuan itu kembali mengambil sesuatu, paper bag. "Dan ini seragam kerja yang akan kau kenakan"
Kayana menerima map dan juga paper bag tersebut. Dia membuka mapnya, membaca satu persatu peraturan yang tertera disana. "Maaf, aku ingin bertanya. Di jadwal yang sudah ada, bekerja selama 6 hari dalam satu minggu. Tapi di peraturan yang tertera, seragam ini hanya dipakai lima hari"
Manajer Na tersenyum, "D'Laura membebaskan pegawainya memakai dress selutut dihari sabtu." jawab sang Manajer dengan anggun. "Kalau kau sudah selesai, kau bisa menuju ruang ganti. Eun Ha, akan membantumu dan mengajari tata cara melayani pelanggan."
"Ne, gamsahabnida"
(^_^)(^_^)
Kayana menoleh saat seseorang masuk ke dalam ruang ganti, "Annyeong, naneun Eun Ha-ibnida"
"Annyeong haseyo, Kayana-ibnida"
Eun Ha tersenyum menatap Kayana. "Ah, bagaimana aku harus memanggilmu, senior?" tanya Kayana sebelum Eun Ha berbicara lagi.
"Eun Ha eonni, eotte?
"Ne, Eun Ha eonni, senang bertemu denganmu dan mohon bantuannya" Kayana membungkuk singkat seraya terkekeh.
Setelah membantu Kayana menyelesaikan penampilannya dan memberitahu Kayana tentang bagaimana dia harus berpenampilan serta make up apa saja yang boleh dan tidak boleh di aplikasikan, mereka akhirnya keluar ruang ganti.
Seraya berjalan Eun Ha menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan oleh Kayana agar lebih jelas lagi.
"Peraturan pertama, saat ada pelanggan, kau harus berjalan seanggun mungkin, namun ekspresimu harus tegas dan meyakinkan. Kedua, membungkuk sebagai bentuk rasa sopan kepada pelanggan. Ketiga, ini yang paling penting, kau harus tersenyum ramah di depan pelanggan dan berbicara dengan bahasa yang sopan. Dan yang keempat, ekspresi wajah jangan sampai tertekuk cemberut. Kelima, saat ada pelanggan yang sedikit rewel, kau harus tetap memberikan pelayanan sebaik mungkin...."
Eun Ha menoleh menatap Kayana, "Sampai disini, kau paham, Kayana?"
"Ne, Eun Ha eonni. Aku paham, terima kasih"
Eun Ha mengajari Kayana dengan sangat telaten dan baik, dia juga tak segan-segan memberitahu saat Kayana bertanya. Kayana jadi cepat paham apa saja yang harus dia lakukan selama bekerja disini. Pintu butik D’Laura terbuka, Eun Ha tersenyum. “Aku akan memberikan contoh langsung padamu, perhatikan ya"
Kayana mengangguk serius.
Gadis bertubuh tinggi semampai itu itu berjalan dengan anggun sekaligus tegas, high heels nya beradu dengan lantai tampak berirama, sepanjang dia berjalan, senyum manis tak luntur dari bibir gadis itu. Eun Ha membungkuk dengan sopan, telapak tangannya saling tumpang tindih di depan perut, gadis itu menyapa dengan sangat lembut sekaligus menyenangkan.
Ah, jadi seperti itu cara kerjanya. Kayana mengangguk paham, dia terus memperhatikan dan mendengarkan Eun Ha saat berbicara dengan si pelanggan tadi.
“Saya sedang mencari gaun yang cocok untuk makan malam, tidak terlalu mencolok, tapi terkesan elegan sekaligus mahal”
Eun Ha mengangguk, dia menggiring pelanggan untuk masuk lebih dalam. Senyum gadis itu belum luntur, saat lewat di depan Kayana, Eun Ha mengedipkan sebelah mata yang hanya dibalas oleh Kayana dengan senyuman.
“Flores Queen dress, akhir-akhir ini brand tersebut menempati peringkat kedua sebagai brand terlaris di Korea”
Eun Ha menunjukan dress dibawah lutut berwarna hitam dengan bagian atas yang berenda serta bagian punggung yang terbuka, sementara bagian bawahnya terbuat dari kain satin kualitas tinggi. Pita kupu-kupu melingkar di perut, nampak sangat simple dan elegan. Sesuai dengan permintaan sang pelanggan. Wanita berambut hitam bergelombang itu tersenyum, jemari nya mengelus dress yang terpasang pada manekin itu. “Saya ingin mencobanya”
“Tentu”
Mereka berjalan ke ruang ganti, setelah beberapa menit, pelanggan itu keluar dan mengamati dirinya pada pantulan cermin. “Waaah, indah sekali.” kata dia seraya menatap Eun Ha yang langsung mengangguk anggun. “Bahkan saya terlihat lebih cantik dari biasanya”
“Tentu, Flores Queen dress ini di design oleh designer terkenal Korea. Sangat cocok untuk dipakai di segala acara, nampak sangat elegan dan mewah serta simple dan tentunya tidak mencolok”
“Saya akan mengambil yang ini. Saya juga akan membelikan dress untuk putri saya, bisakah kau menunjukan dress yang lain?”
“Tentu”
Kayana mengamati setiap gerakan Eun Ha, dia paham dan ingin segera mempraktekan. Pintu D’Laura kembali terbuka, gadis itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Baiklah, ayo kita mulai. Pertama Kayana berjalan anggun dan tegas seperti Eun Ha tak lupa dia memasang wajah semeyakinkan mungkin yang disertai senyuman manis.
Setelah sampai di depan pelanggan Kayana membungkuk seraya mengucap sapa dengan sopan. “Annyeong haseyo, selamat datang di D’Laura”
“Oh, annyeong haseyo,.." wanita itu berhenti sejenak, dia mengamati wajah Kayana. "Omo, bukankah kau gadis itu? Kayana?"
"Ahjumma?" Kayana tentu ingat siapa wanita yang ada di depannya ini. Dia tak menyangka akan bertemu dengan wanita itu kembali. Dan obrolan mereka pun berlanjut, Kayana hampir saja melupakan peraturan yang baru saja Eun Ha ucapkan padanya.
“Kau bekerja disini?”
“Ya, Ahjumma, ini hari pertamaku bekerja”
Si Ahjumma mengangguk, tersenyum keibuan. “Baiklah, kalau begitu tolong tunjukan long dress untukku”
Kayana mengangguk dan tersenyum, dia menggiring si Ahjumma untuk masuk lebih dalam. Ah, ternyata seperti ini rasanya bekerja? Kayana menikmati pekerjaan ini, dan semoga dia bisa bertahan lama. Eh, tapi, bukankah hari ini adalah hari terakhirnya di dunia fantasi?
Gadis itu melirik kaca yang ada disampingnya, tidak ada yang aneh.
(^_^)(^_^)
"Kayana terima kasih, karena kau sudah membantu saya memilih dress yang cantik ini. Saya benar-benar menyukainya"
"Sama-sama, Ahjumma."
“Amma”
Kedua orang itu menoleh bersamaan, si Ahjumma tersenyum lebar, dia berjalan mendekat ke arah seseorang yang baru datang. "Amma kira, kau akan lupa"
"Tidak mungkin aku lupa, Amma"
Kayana tidak bisa melihat wajah yang tertutup masker dan kepala yang tertutup topi tersebut. Seseorang itu memakai celana jeans dan juga coat garis-garis. Entah kenapa style seseorang itu membuat Kayana kagum. Dia nampak begitu keren meski wajahnya tertutup.
"Amma sudah selesai berbelanja? Atau ada sesuatu yang ingin Amma beli lagi?"
Ahjumma menggeleng, "Sudah, Amma hanya ingin membeli long dress ini"
"Baiklah, kalau begitu sebaiknya kita pulang sekarang. Yeon Jin akan segera datang"
Deg.
Yeon Jin??
Lee Yeon Jin??
“Tunggu!”
Mungkin bagi seorang pegawai ini bukanlah sikap yang baik apalagi pegawai baru semacam Kayana, tapi dia tak punya pilihan lain. Mungkin ini petunjuk yang dikirimkan oleh cermin untuknya. Dan mungkin takdir sudah mengatur pertemuan antara Kayana dan Yeon Jin kembali sebelum gadis itu kembali ke dunia nyata.
“Apakah Yeon Jin yang baru saja kau sebut itu adalah Lee Yeon Jin? Apa dia seorang Model? Ah, bukan, bukan, lebih tepatnya mantan model?" tanya Kayana serius, dia memelankan suaranya.
Ahjumma dan sang anak saling melempar tatapan, “Maaf, aku tidak bisa memberitahumu”
Suara itu, kenapa Kayana merasa pernah mendengar suara itu. Tapi, dimana? dan siapa? “Ayo, Amma”
“Tunggu, tunggu dulu”
Sungguh, tingkah laku Kayana tidak bisa dijadikan contoh yang baik, untung saja tidak ada yang melihat kelakukan nya. Atau mungkin ada yang melihat, cctv merekam gerak gerik Kayana. Tapi gadis itu seolah tak peduli, baginya Yeon Jin lebih penting. “Tolong beritahu aku, atau.. katakan pada Lee Yeon Jin, kalau aku, Kayana, ingin bertemu”
“Kayana?” seseorang itu membeo.
"Kau mengenal dia?" bisik sang Amma, seseorang itu hanya menjawab dengan senyum tipis.
Tangannya bergerak mengambil dompet yang ada di saku, lantas mengeluarkan sebuah kartu nama, saat hendak diberikan kepada Kayana, tangan sang Amma spontan mencegah. Rumah adalah privasi, apalagi salah satu anggota keluarga mereka adalah publik figur.
“Apa yang kau lakukan??”
Pemuda itu hanya mengangguk, meyakinkan sang Amma kalau semuanya akan baik-baik saja. Dia kembali mengulurkan kartu nama tersebut.
“Ambilah, kau bisa datang ke alamat itu nanti. Yeon Jin ada disana”
Kayana menerimanya dengan senang hati, dia membaca kartu nama tersebut. ‘Kim Do-Hyun’
“Omo!” pekik Kayana kaget, dia menatap kartu nama dan seseorang itu bergantian, “Kau.. kau..”
“Datanglah”
Setelah berkata seperti itu, mereka berdua keluar.
"Bagaimana bisa kau memberikan alamat rumah kepada dia? Bagaimana kalau keluarga kita terekspos?"
Do Hyun merangkul bahu sang Amma, "Amma percayakan saja semuanya padaku. Aku terpaksa Amma, rumah adalah tempat yang aman, Lee Yeon Jin membutuhkan gadis itu"
"Dia mengenal Yeon Jin?"
Do Hyun tidak menjawab, dia hanya tersenyum dibalik masker hitamnya.
Kayana masih terdiam di tempatnya, apakah ini nyata? Dia akan bertemu dengan Yeon Jin lagi?
“Kayana, ada apa?”
Gadis itu buru-buru menyembunyikan kartu namanya dibalik punggung. Dia tersenyum ke arah Eun Ha, menggeleng. “Tidak apa-apa, tadi ada pelanggan dan aku melayaninya dengan baik”
“Baguslah kalau begitu”
Kayana mengangguk. Mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing.
(^_^)(^_^)
“Eonni! aku akan pergi sebentar”
Ara yang tengah menikmati waktu istirahatnya menoleh saat Kayana tergesa-gesa menuruni tangga. Sekarang pukul tujuh malam, kemana adiknya akan pergi? “Kemana?”
“Rumah teman”
Kayana menghilang dibalik pintu, Ara hanya menatap kosong ke arah pintu bahkan dia tak sempat untuk bertanya lebih lanjut karena Kayana sepertinya buru-buru. Tapi tak lama atensinya kembali fokus pada acara televisi yang tengah ia tonton.
Sejujurnya, setelah pulang kerja tadi Kayana menunggu beberapa saat. Dia sudah bersiap jikalau kembali ke dunia nyata, tapi setelah ditunggu-tunggu tidak ada satupun cermin yang bergerak. Akhirnya Kayana menyerah, dia sudah membuang waktunya sia-sia. Dan sekarang, gadis itu memutuskan untuk pergi ke rumah Do Hyun.
Rasanya begitu aneh, kenapa Kayana belum juga kembali? Apa mungkin karena kejadian yang tertera di amplop coklatnya belum terlaksana?
Kayana juga belum memberitahukan tentang pertemuannya dengan Do Hyun hari ini kepada Ara karena gadis itu pasti akan bertanya macam-macam kepada Kayana, dan sekarang dia sedang tidak mood menjawab.
Perjalanan yang ia tempuh cukup memakan waktu, hampir satu jam dengan menggunakan bus. Kayana akan menggunakan kereta saat kembali nanti. Dia akhirnya sampai di halte, suasananya sangat sepi. Gadis itu menapakan kaki memasuki distrik tempat tinggal soloist Do Hyun, rumah no 10 menjadi tujuannya. Akhirnya Kayana sampai juga, dia menatap rumah besar itu dengan takjub.
“Wah” jemarinya bergerak memencet bel.
Seorang wanita yang Kayana duga adalah pembantu membuka gerbang, memberikan salam sebentar, lantas mengajak Kayana menuju ke sebuah taman. Gila, rumah ini punya taman. Kayana tidak diajak masuk, padahal udara diluar sangat dingin. “Noona bisa menunggu disini, Do Hyun-ssi juga Yeon Jin-ssi akan segera datang”
Kayana hanya mengangguk. Pembantu itu pergi, gadis itu mengamati sekitar taman tempatnya berdiri. Taman ini dikelilingi bola lampu yang tampak indah dan hangat. “Kayana.”
Suara itu, Kayana masih ingat. Dia langsung menoleh, dan mendapati Yeon Jin berdiri dibelakangnya. Ya, itu benar-benar Lee Yeon Jin. “Lee Yeon Jin..”
Yeon Jin tersenyum tipis. Melambai. Sebelum pada akhirnya, seseorang membekap Kayana membuat gadis itu pingsan dan lunglai.
"Terima kasih, Do Hyun."