Bab 3

1048 Words
"Menikahlah dengan Rain, Kai," Seru sang Papa yang membuat Kai kembali kaget karena permintaan beliau kali ini terdengar seperti lelucon untuknya. "Tapi, Pa.." Sela Kai dengan wajah memelas. "Kai, kau tahu sejak Kakakmu dan Kakak Iparmu bekerja mengurus urusan bisnis mereka Rain kehilangan sosok kedua orang tuanya hingga ia berubah menjadi anak yang nakal dan susah di atur saat ini. Aku tak ingin jika nafasku berhenti nantinya Rain akan seorang diri di dunia ini tanpa ada yang menyayanginya." jelas Kakek Pratama yang membuat Rain kembali memikirkan apa yang disampaikan Papanya. Kai tahu betul bagaimana tingkah laku Rain di sekolah karena pacarnya yang bernama Agatha selalu menceritakan hal tersebut padanya walau sebagai bahan keluhannya. "Lagi pula sepertinya hanya  kamulah yang mampu merubah Rain menjadi anak yang baik, seperti contohnya tadi ia mau menuruti apa yang kau katakan. jadi pertimbangkanlah lagi Kai, anggaplah ini permintaan terakhirku, Nak." tambah Kakek Pratama yang terdengar menyayat hati untuk Kai. "Kenapa bilang ini permintaan terakhir Papa? Papa harus sembuh dulu ya." Pinta Kai yang sedih saat melihat kondisi Papanya yang seperti ini. "Baik Nak, tapi tolong pikirkan kembali permintaan terakhirku ya," seru Kakek Pratama dengan wajah memohon penuh harap. "Aku akan kembali memikirkan permintaan Papa tapi lebih baik Papa istirahat sekarang ya." Ucap Kai mengalihkan pembicaraan sambil menyelimuti tubuh sang Papa. lelaki itu benar- benar bingung dengan permintaan sang Papa. ia juga bingung bagaimana hubungannya dengan Agatha yang harus kandas jika ia memenuhi permintaan Papanya tersebut. namun jika ia menolak permintaan Papanya yang sudah merawat serta membesarkannya dengan penuh kasih sayang seperti ini, jujur saja ia merasa sangat bersalah. Saat Kai sedang mempertimbangkan permintaan sang Papa satu pesan dari Agatha masuk ke ponselnya. kekasihnya ingin sekali bertemu dengannya besok karena ia mengetahui kepulangannya. Kai semakin gugup bingung, kepalanya kini mau pecah memikirkan semua ini. # # # Keesokan hari Kai pulang ke rumah setelah meminta Bibi Ijah untuk datang lebih awal dan juga menitipkan sang Papa dengan Suster yang sedang berjaga. Hampir semalaman Kai tidak bisa tidur karena memikirkan permintaan sang Papa yang terdengar tak seperti biasanya hingga terdapat lingkar hitam di sekitar matanya serta matanya terlihat sayu. Niatnya hari ini Kai akan mengantar Rain ke sekolah sekaligus bertemu dengan Agatha pacarnya. setelah selesai mandi Kai meminta pelayan untuk segera membangunkan Rain dan menyuruh gadis itu bersiap lalu sarapan bersama dirinya. dan untungnya hari ini Rain mudah dibangunkan karena sejak sore ia pulang dari rumah sakit, gadis itu tidak keluar dari rumahnya. Setelah sudah rapi Rain duduk di meja makan bersama Kai. mereka berdua makan pagi bersama tanpa mengobrol hingga suasana dingin menyelimuti ruang makan. Kai sendiri bingung harus bagaimana bersikap di depan Rain karena ia sendiri masih teringat permintaan sang Papa semalam. "Om Kai, Rain berangkat," Pamit Rain saat ia sudah selesai menikmati makan paginya. "Tunggu Rain, mulai hari ini aku yang akan mengantarmu ke sekolah." ucap Kai untuk menghentikan  Rain yang akan beranjak pergi dari meja makan dan langkah Rain langsung terhenti seketika. Gadis itu kembali mencerna kalimat yang baru saja ia dengar. setelah sadar gadis itu berbalik menatap punggung Om Kai yang kini tengah berbalik menghadap dirinya. "Aku berangkat sekolah dengan mobilku, Om," seru Rain yang berusaha menolak. "Mulai hari ini kamu tidak boleh membawa mobil sendiri ke sekolah atau pun kemana pun sebelum kamu berusia tujuh belas tahun," Ucap Kai santai yang membuat Rain kesal mendengarnya. "Tapi Om Kai, Kakek sudah mengijinkanku untuk membawa mobil itu lagi pula tinggal beberapa bulan lagi aku akan menginjak umur tujuh belas tahun," ucap jelas Rain yang tak mau kalah. "Walau pun Kakek yang mengijinkan tapi sekarang kamu harus menurutiku, lagi pula kalau kamu tidak suka dengan ucapanku tadi kamu bisa naik angkutan umum," Seru Kai yang membuat Rain semakin kesal hingga mungkin bisa terlihat tanduk di kepalanya. entah kenapa Kai jadi senang melihat Rain yang begitu marah dan tak bisa berkutik saat Papanya yang selalu membela cucunya ini tidak ada di samping Rain. "Kamu hanya punya  waktu satu menit untuk memikirkannya kembali ucapanku karena aku akan pergi sekarang," Seru Kai sambil beranjak pergi dari meja makan. Rain pun mau tak mau hanya bisa menuruti Omnya tersebut walau itu terdengar sangat menjengkelkan untuknya. jujur saja kalau begini Rain jadi ingat sang Kakek dan ia sangat merindukan sosok beliau. Sekitar dua puluh menit kemudian Kai dan Rain sampai di depan sekolah Rain. di sana sudah ada kedua sahabat Rain yang bernama Lula dan Tasya. Rain pun turun dari mobil Kai, Kai pun membuka kaca jendela lalu menatap Rain. "Rain, kalau mau pulang nanti hubungi Om ya," Seru Kai di depan Kedua Sahabat Rain. "Iya," jawab Rain singkat lalu mengajak kedua sahabatnya untuk segera masuk ke dalam kelas. "Rain, sekarang kamu beralih ke Om- Om?" tanya Lula ceplas- ceplos yang membuat Rain mendelik. "Sembarangan itu Om Kai, adiknya Papa yang super duper nyebelin," Seru Rain dengan satu tangan mengepal di depan wajahnya seakan ingin meninjunya. "Tapi Om kamu ganteng juga Rain," Seru Tasya yang membuat Rain kembali mencerna apa yang baru ia dengar tadi. "Sakit jiwa kamu, Sya," seru Rain sambil bergidik lalu pergi meninggllkan kedua sahabatnya. "Loh beneran kok Rain, iya kan Lula?" tanya Tasya kepada Lula untuk meyakinkan namun Lula tak menggubrisnya dan menyusul Rain yang sudah berjalan jauh. "Aku kan cuma berusaha jujur," Seru Tasya yang berbicara pada dirinya sendiri lalu segera menyusul kedua sahabatnya. Kai berjalan sedikit menjauh dari gerbang sekolah Rain lalu mengirimkan pesan kepada Agatha untuk segera menghampirinya. pagi ini kekasihnya tersebut sedang ada jam kosong untuk satu jam kedepan. namun kekasihnya sengaja datang lebih awal memang untuk bertemu dengan Kai yang datang sambil mengantar keponakannya tersebut. "Sayang.." panggil Agatha sambil mengetuk kaca mobil milik Kai. Lelaki itu pun membukakan pintu dari dalam mobil lalu kekasihnya tersebut masuk. "Kamu sudah sarapan?" tanya Kai . "Belum, aku sengaja enggak sarapan karena mau sarapan bersama kamu," kata Agatha. "Aku sudah sarapan tadi sebelum berangkat jadi aku hanya akan menemanimu sarapan sambil minum kopi bagaimana?" tawar Kai yang terdengar lebih baik untuk wanita itu karena ia tak akan makan sendirian. Agatha pun mengangguk tanpa setuju. setelah mendapat persetujuan Kai meminta kekasihnya untuk memasang seat belt lalu ia menacapkan gas menuju ke salah satu restoran yang letaknya tak jauh dari sekolah. sebenarnya Kai masih bingung, akankah ia mengatakan sebuah kebenaran di depan kekasihnya atau untuk sementara ia menyimpan rapat- rapat mengenai permintaan Papanya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD