SEASON 1 JULIA Chapter 1 Calon dari mama
Chapter 1 Calon dari Mama
Jam di dinding sudah bergerak menuju angka lima, tapi mama masih saja bersemangat untuk bercerita.
Sedangkan Julia terlihat acuh tak acuh mendengar cerita mengenai calon yang ingin dijodohkan oleh mamanya.
Dia merasa tidak tertarik dengan keinginan mamanya itu.
Ia binggung memang masih jamannya untuk dijodohkan orang tua.
Di jaman teknologi semakin canggih ini mamanya masih saja berniat menjodohkan anak gadisnya.
Bukannya ia tidak mau menikah tapi ia belum menemukan calon yang tepat.
Menurutnya menikah itu untuk seumur hidup, jadi ia mencari pasangan yang cocok, masalahnya mencari yang cocok itu susah banget.
Saat ini Julia belum berpikir untuk segera menikah dan dia tahu umurnya yang sudah mendekati angka dua puluh tujuh memang menjadi momok bagi keluarganya.
Di usianya yang hampir mendekati kepala tiga tersebut membuat kalang kabut mamanya. Mama selalu takut anak gadisnya menjadi perawan tua alias tidak laku.
Karena seringnya di desak untuk cepat menikah, Julia mengatakan ia akan lajang saja seumur hidup.
Ia mengatakan keinginannya untuk menemani papa dan mama selamanya di masa mendatang.
Ia mengira jika ia mengatakan keinginannya mama akan mengerti dan tidak mendesak dirinya untuk secepatnya menikah.
Tapi mama malah marah marah , dan mengatakan kalau keinginan Julia mengada ngada.
Mama mengatakan bagaimana mungkin seseorang bisa sendirian sampai tua semua orang pasti berpasangan sehingga ada yang menemani di masa tua.
Malah mama bilang dari jaman Adam dan Hawa juga sudah berpasangan, Semua makhluk di bumi selalu ada pasangannya.
Dalam hati Julia berteriak ia juga tau tapi kalau tidak menemukan pasangan bagaimana, apakah asal comot di jalanan.
Keseharian Julia juga normal saja, hari hari
biasa di isi dengan bekerja di perusahaan keluarga mereka, ketika ada waktu senggang atau waktu libur ia akan keluar berkumpul dengan teman nya.
Ia tidak pernah susah mendapatkan teman yang bisa menemani untuk sekedar hang out.
Julia merasa nyaman dengan status lajangnya. Dia tidak merasa kesepian, tiap sabtu atau minggu selalu penuh acara dengan teman atau sepupunya.
Nongkrong di cafe, nonton di bioskop, pergi ke salon berexperiment dengan model atau warna rambut yang berbeda.
Kadang hanya pergi shopping atau cuci mata di mal sambil ngobrol menghabiskan waktu di food court sudah cukup membuat Julia merasa senang.
Dia bukan tidak ingin mencari pasangan tapi buat Julia memiliki pacar justru membuat dia merasa kesepian dan tidak bebas.
Julia menjalin hubungan beberapa kali. Dari semua hubungannya Julia merasa teman temannya mulai jarang menghubungi nya karena tiap ada waktu luang hanya dihabiskan bersama dengan pacarnya.
Setiap kali teman temannya mengajak ngumpul Julia tidak pernah bisa. Jadi mereka bosan untuk mengajaknya.
"Nama anak teman papa mu Elias, dia berumur tiga puluh tahun beda tiga tahun dengan kamu, mama pikir kalian akan cocok karena tidak terlalu jauh perbedaan usia kalian, Ia anak ke tiga dari empat bersaudara, dua kakak laki laki dan adik perempuannya sudah berkeluarga hanya tinggal dia sendiri yang masih lajang, Elias membantu memimpin pabrik keluarga mereka" penjelasan mama.
Julia merasa pria yang akan dikenalkan mungkin bermasalah dalam penampilan atau pergaulan sehingga belum menikah sampai berumur tiga puluh, sedangkan saudara saudaranya sudah berkeluarga semua.
Tapi setelah Julia berpikir ia juga di posisi yang sama alias yang tertinggal belum berkeluarga dalam keluarganya, sehingga Julia dapat memaklumi keadaan pria tersebut.Ia merasa senasib dengannya.
Mama marah ketika melihat Julia yang diam saja. "Julia, kamu hanya perlu bertemu dulu, ngobrol anggap saja ketemu temen baru, kalau merasa cocok yah lanjut kalau nga yah anggap saja tambah teman baru, mama tidak menyuruh kamu untuk langsung jadian"
Julia terlihat cemberut mendengar kata kata mamanya.
"Adik kamu sudah dua yang menikah, adik kamu yang kecil juga sudah siap menikah dengan pacarnya, masa kamu mau dilangkahi adik kamu lagi. Mama lakuin ini demi kebaikan kamu. Apa kata tetangga dan saudara kita kalau kamu dilangkahi lagi" lanjut mama
"Yah udah mama kan udah kasih aja nomer hp Julia, nanti kalau dia ngajak ketemuan Julia akan pergi, mama nga usah mikirin orang lain bicara apa, kan ini hidup Julia dan Julia nga ngganggu hidup mereka" jawab Julia.
Mama mulai curhat "Kamu selalu di jemput teman yang berbeda , dengan mobil yang berbeda beda, kamu kan anak gadis ntar di anggap yang nga bener lagi, mama di tanya sama tetangga sebelah katanya kok banyak amat temen Julia, semuanya hebat mobilnya bermerk"
"Mama tau mereka sebenernya nyindir kamu, kenapa kamu nga jadiin pacar saja salah satu temen kamu, mereka pasti ada feeling dengan kamu sampai mau jemput dan ngajak jalan. Kamu nyari yang kayak gimana lagi, jangan terlalu pilih pilih umur kamu udah nga muda lagi"
Julia hanya diam saja mendengar omelan mamanya, kepalanya terasa pusing mendengar semua itu.
Tapi ia tetap harus meneruskan mendengarkan ceramah dari mamanya.
Sebenarnya ia tahu banyak pria yang tertarik padanya tapi Julia merasa belum mendapatkan seseorang yang bisa mengerakkan hatinya.
Ia telah beberapa kali memiliki pacar, dari sejak sekolah sma hingga usia dua puluh dua tahun.
Saat itu Julia merasa pacaran itu sekedar ada teman buat jalan atau nonton.
Mantan pacarnya semua berpenampilan menarik dan memanjakan dirinya.
Tapi ia merasa selama mereka menjalin hubungan Julia belum merasakan kepastian dan perasaan bahagia.
Menurutnya pacar pacarnya itu hanya memilih diri nya karena penampilannya yang bisa membuat mereka bangga kalau jalan bersama alias di mata orang lain mereka kelihatan sebagai pasangan yang serasi.
Ketika putus Julia tidak merasa sedih atau kecewa, karena tidak lama kemudian ia menemukan pacar baru.
Tapi pacarnya yang terakhir membuat Julia patah hati lumayan lama, padahal ia yang memutuskan hubungan mereka. Mungkin karena waktu itu dirinya termasuk sudah dewasa.
Julia selalu terlihat ceria dan tegar padahal ia merasakan kesedihan yang mendalam, tapi setelah sekian tahun akhirnya ia bisa mengatasi kesedihannya.
Mama masih saja mempromosikan pria tersebut, sambil menceritakan hubungan pertemanan keluarga mereka dengan keluarga pria tersebut.
Julia mendengarkan suara mama yang tidak ada jeda nya sambil memainkan hp nya. Ia malah membandingkan ceramah mama dengan siaran pidato presiden di televisi.
Menurutnya kedua duanya sama sekali tidak menarik perhatiannya.
Membosankan.....
Setelah kurang lebih satu setengah jam mama akhirnya memutuskan pembicaraan karena harus masak.
Melihat mama meninggalkan sofa menuju dapur, Julia menarik nafas lega seolah olah terbebas dari hukuman.