Kedatangan Calon Imam
"Ari, sini dulu nak! Mamah mau bicara!" ucap Bu Lisda pada putra tunggalnya
"Ada apa mah?" tanya Ari yang menghampiri Bu Lisda
"Duduk sini!" Bu Lisda menepuk sofa di sisinya meminta Ari duduk di sampingnya
"Mamah mau bicara apa sih?" tanya Ari penasaran
"Nak, sekarangkan kamu sudah mapan, sudah punya perusahaan sendiri. Kapan kamu mau menikah?" ucap Bu Lisda
"Mah, Ari masih pengen sendiri. Pengen hidup bebas dulu, nanti kalau sudah menikah pasti gak bebas. Mau jalan-jalan aja harus izin sama istri!" ucap Ari
"Tapi mau sampai kapan nak? Mamah sudah tua, mamah sangat ingin menimang cucu!" ucap Bu Lisda
"Mah, Ari masih pengen sendiri!" ucap Ari
"Kamu ingat tidak putrinya pak Mustofa?" tanya Bu Lisda
"Gak ingat dan gak mau ingat!" ucap Ari
"Dulu sewaktu dia lahir...! Mamah dan mamahnya pernah bilang ingin menjadi besan, lalu papah kalian berdua juga sangat setuju!" ucap Bu Lisda
"Maksud mamah apa? Jangan bilang kalau mamah mau jodoh-jodohin Ari sama siapa itu? Anak teman mamah! Mah, ini sudah jaman apa? Udah bukan jamannya Siti nur bayan lagi!" ucap Ari
"Nak, ucapan orang tua itu harus kamu patuhi!" ucap Bu Lisda
"Belum tentu anaknya mau sama Ari!" ucap Ari
"Ari jangan seperti itu!!" ucap Bu Lisda
"Ya mamah abisnya main jodoh-jodohin Ari segala!" ucap Ari
"Anaknya sangat cantik, pintar mengaji! Gak kaya anak mamah. Disuruh mengaji aja susah!" sindir Bu Lisda
"Kok mamah gitu sih!?" ucap Ari
"Dulu pas mamah dan papah main ke pesantrennya K.H Mustofa, Mamah mendengar suara putrinya K.H Mustofa sedang mengajarkan anak-anak mengaji. Uh... suaranya merdu sekali!" ucap Bu Lisda
"Ari gak mau mah!" bantah Ari
"Lihat, ini dia...!" ucap Bu Lisda yang menunjukkan photo seorang gadis cantik yang memakai kerudung
"Gak mau ah!" Ari memalingkan wajahnya dan enggan melihat photo tersebut
"Namanya Indriani, dulu mamah dan mamahnya adalah teman dari kecil. Mamah menjadi seorang bidan dan dia menjadi seorang guru ngaji di sebuah mesjid. Coba kamu lihat dulu, dia sangat mirip dengan Ayu ibunya. Sangat cantik!" ucap Bu Lisda
"Mah, Ari gak mau." ucap Ari
"Padahal mamah sangat menginginkannya jadi menantu mamah, mamah ingin sekali ia membimbing putra mamah. Dia gadis yang baik..!" ucap Bu Lisda
"Secantik apa sih?" Ari mulai kepo
"Kalau kamu lihat, berarti kamu setuju dengan perjodohan ini!" Bu Lisda membalikkan layar ponselnya
"Kalau mamah gak kasih lihat, Ari juga gak akan maksa! ya sudah lebih baik tidak ada perjodohan!" ucap Ari
"Kami sudah menjodohkan kalian dari semenjak dia lahir," ucap mamah
"Mah apa-apaan sih?" ucap Ari
"Pokoknya Jumat malam kamu ikut kami ke pesantrennya K.H Mustofa untuk melamar putrinya Indriani!" tegas Bu Lisda
"Tapi mah!!" bantah Ari
"tidak ada tapi tapian!" ucap Bu Lisda
******************************************
Sementara itu, Indriani yang baru saja pulang kuliah. Dipanggil oleh Abi dan Umminya
"Ndi, sini dulu sayang. Ummi dan Abi mah bicara.!?" panggil Bu Ayu
"Ada apa ya ? Ummi dan Abi panggil Indri?" tanya Indri
"Sini duduk dulu!" ucap pak Mustofa pada putri kesayangannya
"Ada apa sih bi?" tanya Indri
"Indri sayang, Jumat malam akan ada keluarga pak Basyir datang ke rumah!" ucap pak Mustofa
"Terus kenapa Indi di panggil!?" tanya Indri
"Mereka datang untuk melamar kamu!" jawab pak Mustofa
"Tapi Abi... Indi masih ingin kuliah!" ucap Indri
"Mereka juga tidak akan melarang kamu untuk kuliah!" ucap Bu Ayu
"Tapi Ummi...!" ucap Indri yang tak bisa membantah kata-kata kedua orangtuanya
"Nak, kamu sudah cukup umur untuk menikah. Nak Ari putranya pak Basyir juga sudah mapan, apa lagi yang kami tunggu!" ucap Bu Ayu
"Apa maksud Ummi..?" tanya Indri
"Kami sudah menjodohkan kalian semenjak kami lahir, jadi untuk memenuhi ucapan kami yang dahulu. Kami semua memutuskan untuk mempertemukan kalian!" jawab Bu Ayu
"Tapi Ummi..!" Indri mencoba membantah
"Indri, dengarkan ucapan Abi. Abi dan Ummi tidak mungkin menjodohkan kamu pada pria asal-asalan, nak Ari adalah putra tunggal sahabat Abi.!" ucap pak Mustofa
Indriani menatap kedua orangtuanya yang begitu yakin dengan pilihan mereka. Di benaknya tersirat rasa ragu, tapi hatinya tidak mampu melawan kehendak kedua orangtuanya. Indriani menghela nafas kasar..
"Baiklah, terserah Abi dan Ummi saja!" ucap Indri
"Ya sudah kalau begitu, Abi anggap kamu setuju!" ucap pak Mustofa
Indriani tersenyum, tersipu malu...
"Putri Ummi sudah dewasa, sudah waktunya berumah tangga!" Bu Ayu membelai putrinya
"Ia Ummi!" walaupun ragu tapi Indri tidak berani membantah
******************************************
Sementara itu Ari yang penasaran ingin melihat siap wanita yang akan di jodohkan oleh kedua orangtuanya, dia menyelinap masuk ke kamar kedua orangtuanya untuk mengambil ponsel milik Bu Lisda (mamahnya)
"Ini dia!" ucap Ari yang sudah berhasil menemukan ponsel Bu Lisda
Ari segera keluar dari kamar kedua orangtuanya dan kembali masuk ke kamarnya
"Secantik apa sih gadis yang akan di jodohkan denganku!?" ucap Ari yang membuka ponsel milik Bu Lisda dan kemudian mencari photo gadis yang di tunjukkan tadi siang oleh Bu Lisda padahal
Ari terpesona hanya dengan memandang photo gadis itu...
"Cantik sekali..!?" ucap Ari yang melihat ke layar ponsel Bu Lisda
Kemudian Ari mengirimkan photo itu dengan menggunakan aplikasi w******p dari ponsel Bu Lisda ke ponselnya, dan dia lupa menghapus gambar yang terkirim dari ponsel Bu Lisda.
Setelah selesai dengan aksinya, Ari kembali ke kamar kedua orangtuanya untuk mengembalikan ponsel Bu Lisda.
Beruntung kedua orangtuanya sedang tidak ada di kamar, dengan segera mungkin Ari kembali ke kamarnya.
"Gila, nie cewek cakep banget!" ucap Ari yang melihat photo Indriani yang memakai kerudung
"Pantes aja mamah suka!" ucap Ari yang terus menatap photo itu
Tak lama Bu Lisda dan pak Basyir kembali ke kamar mereka, Bu Lisda melihat ponselnya berubah tempat
"Perasaan tadi sebelum kita turun ke bawah, mamah menaruh ponsel di tempat tidur. Aneh! kok sekarang ada di meja ya?" tanya Bu Lisda
"Ah mamah, masa ponsel bisa jalan sendiri. Mungkin mamah lupa menaruhnya!" ucap pak Basyir
"Gak mungkin pah!?" ucap Bu Lisda yang membuka layar ponselnya
"Ini sudah malam waktunya tidur!" ucap pak Basyir yang berbaring di tempat tidur
Bu Lisda duduk di tepi tempat tidur dan memeriksa ponsel, diapun tersenyum bahagia.
"Ada apa mah!?" tanya pak Basyir
"Anakmu pah, lihat ulahnya!" Bu Lisda menunjukkan pesan di ponselnya
"Maksud mamah apa?" tanya pak Basyir
"Tadi siang, mamah bicara pada Ari. Kalau Jumat malam kita akan ke rumah K.H Mustofa untuk melamar putrinya, ya papah juga tahukan..! Anak papah itu seperti apa? Dia menolak, tapi ini sepertinya dia yang mengirim photo gadis itu ke nomornya sendiri tanpa izin ke mamah. Berarti bukan mamah yang lupa, emang ponsel mamahnya jalan sendiri!" ucap Bu Lisda yang gembira
"Syukurlah kalau dia suka! Jadi kita tidak perlu repot-repot membujuknya!" ucap pak Basyir
"Besok pagi mau mamah tanyain sama anaknya!" ucap Bu Lisda
"Mamah, urusan anaknya sendiri di utamakan. Suami sendiri terbengkalai, tau gini papah poligami aja!" ucap pak Basyir
"Coba aja kalau berani!" Bu Lisda memelototi pak Basyir
"Kan papah gak berani mah!" ucap pak Basyir
"Sudah cepat tidur, mamah gak mau bangunin papah." ucap Bu Lisda yang berbaring dan tidur di samping suaminya
"Tega bener!!!" ucap pak Basyir
*****************************************
Pagi hari yang cerah dan indah, Bu Lisda sangat gembira. Dia menghubungi Bu Ayu untuk mengabarkan bahwa mereka akan datang Jumat sore untuk melamar Indriani
"Assalamualaikum, selamat pagi jeng Ayu!" sapa Bu Lisda sembari memberikan salam
"Waalaikum Salam, selamat pagi juga jeng Lisda!" Bu Ayu menjawab salam Bu Lisda
"Begini jeng, Jum'at malam saya dan mas Basyir akan datang untuk mengantarkan Ari melamar putrinya jeng Ayu!" ucap Bu Lisda
"Masya Allah... Jadi nak Ari juga setuju dengan perjodohan ini!" tanya Bu Ayu
"Ia jeng, saya sangat gembira!" jawab Bu Lisda
"Syukurlah... Putri saya juga sudah setuju untuk bertemu dengan nak Ari!" ucap Bu Ayu
"Alhamdulillah... akhirnya ucapan kita menjadi nyata. Akhirnya kita akan jadi besan!" ucap Bu Lisda yang sangat kegirangan
"Kalau begitu saya akan siap-siap untuk menyambut Bu Lisda sekeluarga!" ucap Bu Ayu
"Tidak perlu repot-repot jeng, yang seadanya saja!" ucap Bu Lisda
"Jangan dong, kalian datang jauh-jauh masa gak dapat sambutan dari saya dan keluarga. Kalau begitu, bagaimana kalau jeng Lisda dan keluarga makan malam di rumah saya?" tanya Bu Ayu
"Boleh, kebetulan saya sudah lama tidak merasakan masakannya jeng Ayu. Pasti enak, masakan apa saja yang dimasak oleh jeng Ayu pasti enak!" ucap Bu Lisda
"Ah, Bu Lisda bisa saja!" ucap Bu Ayu
"Karena Ari dan mas Basyir kerjanya setengah hari di hari Jum'at, kami akan berangkat sekitar sesudah sholat Jum'at ya jeng!" ucap Bu Lisda
"Baik jeng, saya dan keluarga akan menunggu!" ucap Bu Ayu
******************************************
Persiapan untuk berangkat melamar.
"Ari, apa kamu sudah selesai!?" tanya Bu Lisda yang mengetuk pintu kamar Ari
"Ia mah, bentar!" jawab Ari yang sedang bersiap
Ari berdandan begitu rapi, dia menggunakan setelan jas baru yang sengaja ia beli. dengan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya (seperti Ari mempersiapkan diri dengan begitu matang)
"Ari, ayo cepat turun. Mamah tidak mau kita terlambat!" Bu Lisda kembali mengetuk pintu kamar Ari
"Ia mah!" Ari membuka pintu dan keluar
"Masya Allah... Anak mamah rapi sekali, kamu pakai pakaian baru ya!" ucap Bu Lisda yang kagum melihat putranya
"Ih mamah norak banget sih!" ucap Ari yang menahan malu
"Wangi sekali, kamu pakai parfum sebanyak apa!?" Bu Lisda mencium pakaian Ari dan tersenyum bahagia, sepertinya putranya sudah setuju dengan perjodohan ini
"Mah, ayo berangkat!" ucap pak Basyir yang baru keluar dari kamar
"Ia pah!" ucap Bu Lisda
"Wah, putra papah. Cocok sekali kamu dengan setelan jas baru kamu!" pak Basyir memuji Ari
"Ah, papah bisa aja!" Ari menahan malu
"Papah tahu dari mana Ari pakai jas baru!?" tanya Bu Lisda
"Kan belinya juga sama papah!" jawab pak Basyir
"Kalian gak ngajak mamah!" ucap Bu Lisda
"Kan sekalian pulang kantor, mamah kan sibuk menyiapkan Hadiah untuk keluarga nya pak Mustofa. Jadi kami juga berinisiatif sendiri!' ucap pak Basyir
"Ia deh, kali ini kalian menang!" ucap Bu Lisda
"Ayo berangkat!" Ari sangat bersemangat untuk menemui calon istrinya
******************************************
Sementara itu, Indri sedang berdandan di kamar
"Cantiknya putri Ummi!" puji Bu ayu pada putrinya
"Ummi, bisa aja. Indri jadi malu!" ucap Indri
"Kamu sudah siapkan? Sebentar lagi mereka akan sampai!" tanya Bu Ayu
"Sudah Ummi.., tapi Indri deg-degan Ummi.!!!" jawab Indri
"Jangan seperti itu!" ucap Bu Ayu
"Ia Ummi!" ucap Indri
"sepertinya kedua kakakmu masih di pesantren padahal Ummi sudah menyuruh mereka agar tidak terlambat!" ucap Bu Ayu
"Kan Indri gak ngajar sore ini, pasti kak Indra dan kak Iqbal yang menggantikan Indri!" ucap Indri
"Ya sudah, kamu siap-siap saja. Ummi mau kedepan!" ucap Bu Ayu
******************************************
Keluarga pak Basyir sudah tiba...
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Barakhathu...!" sapa Pak Basyir
"Waalaikum Salam Warahmatullahi Wa Barakhathu!" jawab pak Mustofa
"Selamat malam Pak Mustofa." ucap Pak Basyir
"Selamat malam Pak Basyir, mari silahkan masuk!" ajak Pak Mustofa
Keluarga Calon besan datang dari kota Jakarta...
"Silahkan duduk!" ucap Pak Mustofa
"Terimakasih. Maaf kami datangnya terlalu malam, Soalnya perjalanan jauh dan kami terjebak macet" ucap Pak Basyir
"Tidak apa-apa. Kami memaklumi, apa kabar nak Ari..?" tanya Pak Mustofa
"Kabar saya, Alhamdulillah baik om. Om sekeluarga apa kabar..?" tanya Ari
"Kami semua dalam keadaan sehat wa al-afiat. Bagaimana dengan pekerjaanmu..? Om dengar kamu sudah berhasil menjadi seorang direktur muda yang sangat sukses" ucap pak Mustofa
" ah , om bisa saja... saya masih belajar di perusahaan papah... " jawab Ari dengan malu
" karena dia sudah bekerja dan merasa sudah matang , dia terus menerus menanyakan Indri , katanya kapan kita melamarnya.... takut keburu di ambil orang " ucap Bu Lisda
" nak Ari itu ada-ada saja... kan kalian sudah di jodohkan dari lahir... " ucap Bu Ayu yang menyuguhkan kopi untuk mereka dan duduk di samping pak Mustofa suaminya
" jeng Ayu apa kabar???? " tanya Bu Lisda
" saya baik jeng... " jawab Bu Ayu
" ngomong-ngomong mana Indri??? kenapa belum keluar???? " tanya Bu Lisda
" itu... dia masih siap-siap... dari tadi masih gonta-ganti pakaian " jawab Bu Ayu
" sama... Ari juga... entah berapa jas yang dia coba " ucap Bu Lisda yang menatap ke arah putra tunggalnya
Ari tersipu malu... tak lama wanita yang sudah dia tunggu selama duapuluh tahun akhirnya muncul di hadapannya...
" assalamualaikum " sapa Indriani
" waalaikum salam.... " jawab para tamu
Indra mencium tangan kedua calon mertuanya ... Ari terus menatap sang calon istri...
" MasyaAllah.... cantiknya calon istriku... " ucap Ari dalam hatinya
" nak Indri apa kabar???? " tanya Bu Lisda
" Alhamdulillah kabar Indri baik Tante... " jawab Indri
" sudah lama tidak bertemu , kamu makin cantik saja... " puji Bu Lisda
" ah , Tante... bisa aja... " Indri tersipu malu...
Ari terus menatapnya... tak sengaja kedua mata mereka saling menatap.... sebuah senyuman manis terlihat di pipi manis Indri... Ari pun sama... mereka saling memberikan senyum...
" hus , kalian ini... kalian kan belum muhrim " ucap bi Ayu yang menyenggol pundak putrinya
" sepertinya mereka memang saling suka jeng... tidak sia-sia persahabatan kita , akhirnya akan menjadi sebuah keluarga... " ucap Bu Lisda
" ia jeng... saya sangat bangga... akhirnya kita benar-benar menjadi keluarga " ucap Bu Ayu
*** 20 tahun yang lalu ***
kelahiran Indriani.... semua orang sangat bergembira , akhirnya di tengah keluarga pak Mustofa telah lahir seorang putri yang sangat cantik.... Indri memiliki dua orang kakak laki-laki yaitu Indra dan Iqbal... mereka sangat mengharapkan kehadiran seorang putri... Bu Lisda sahabat dari Bu Ayu yang tak lain dan tak bukan adalah seorang bidan memberikan cara agar bu Ayu mendapatkan anak perempuan ( rahasia ya ) dan akhirnya benar berhasil... Bu ayu akhirnya melahirkan seorang putri
kemudian pak Mustofa dan pak Basyir yang memang sahabat satu pondok pesantren , yang tak lain dan tak bukan adalah suami kedua wanita itu.. hubungan mereka sangat dekat dan mereka memutuskan untuk menjodohkan Indri dengan putra mereka Ari ... perjodohan itu terjadi setelah Indri lahir.... tapi karena pekerjaan pak Basyir dan keluarga harus pindah ke Jakarta...
setelah beberapa tahun berlalu mereka kembali menghubungi keluarga pak Mustofa dan sejak saat itu mereka tidak pernah putus hubungan , hingga berjalan duapuluh tahun akhirnya pak Basyir memutuskan untuk mempertahankan Indri dan Ari putranya... tak di sangka Ari sangat berantusias ingin melamar Indri , hanya dengan melihat photo Indri dia langsung jatuh cinta... dan terus meminta di pertemukan oleh kedua orang tuanya...
" nak Ari... bagaimana???? setelah bertemu langsung dengan putri om???? " tanya pak Mustofa
" em... boleh Ari bicara berdua dengan Indri???? " tanya Ari
" ehm.... belum muhrim " ucap pak Basyir
" tapi kan kedatangan kita kesini untuk melamarnya.... " ucap Ari yang malu
" kalian belum muhrim , kalau mau bicara padanya dihadapan kami saja... " ucap Bu Lisda
" ia mah.... em... Indri... " ucap Ari ragu
" ia mas... " jawab Indri
seketika Ari langsung klepek-klepek dah di panggil mas...
" katanya mau tanya sesuatu... " Bu Lisda menyenggol bahu Ari
" em... begini... Indri mau gak nikah sama mas???? " tanya Ari
" boleh Indri minta waktu mas???? " ucap Indri
" kenapa??? " tanya Ari
" Indri , ingin melakukan ta'aruf dulu dengan mas Ari... " jawab Indri
" owh... baiklah kalau begitu... mas setuju " ucap Ari
" Alhamdulillah.... " ucap kedua orang tua mereka
tak lama terdengar suara ketukan pintu...
" sepertinya kedua putraku sudah datang " ucap pak Mustofa
" assalamualaikum.... " terdengar suara dua orang pemuda yang masuk ke dalam rumah
" waalaikum salam... " jawab semua yang duduk di ruang tamu
Indra dan Iqbal memberikan salam pada semua yang duduk...
" nak Indra dan nak Iqbal... baru pulang ya??? " tanya Bu Lisda
" ia Tante.... " jawab kedua pemuda itu
" Indra , Iqbal kalian ganti pakaian dulu... lalu bergabung dengan kami " ucap Bu Ayu
" ia mah... kami ke dalam dulu ya om , Tante... " Indra dan Iqbal pergi ke kamar untuk mengganti pakaian mereka...
Indra dan Iqbal bekerja sebagai guru ngaji di pesantren milik pak Mustofa...
" kalau begitu saya permisi dulu mau menyampaikan makan malam... " ucap Bu Ayu
" saya bantu jeng... " Bu Lisda mengikuti langkah Bu ayu
Ari terus menatap ke arah calon istrinya...
" mimpi apa aku semalam... ternyata aslinya lebih cantik , lihat photonya saja aku sudah jatuh cinta.... apalagi sekarang orangnya sudah di depan mata.... " ucap Ari dalam hati
" Indri tolong suguhan kuenya pada pak Basyir dan nak Ari " ucap pak Mustofa
" ia pah... " Indri menyuguhkan kue untuk pak Basyir dan Ari
" silahkan di makan kue nya om... ini untuk mas Ari " ucap Indri
" terimakasih nak.. " ucap pak Basyir
" makasih " ucap Ari dengan senyum manis
Indri kembali duduk di samping pak Mustofa
" duh... kok dia terus natap aku sih.... aku kan jadi grogi.... " ucap Indri dalam hati...
tak lama kedua kakak Indri datang dan bergabung dengan mereka....
" nak Iqbal dan nak Indra bagaimana kabar kalian di pesantren??? " tanya pak Basyir
" Alhamdulillah semuanya lancar om... " jawab Indra
" Alhamdulillah , kalian masih ingat kan sama putra om??? Ari... dulu kalian sering main bareng " ucap pak Basyir
" ia om , kami masih ingat... " jawab Iqbal
" kedatang om kemari untuk melamar adik kalian untuknya " ucap pak Basyir
" Alhamdulillah... kalau dengan Ari kami tidak masalah... benarkan ndra??? " ucap Iqbal
" ia kak , kami bisa lega kalau adik kami satu-satunya ini bisa berumah tangga dengan pemuda baik-baik " ucap Indra
" om berharap mereka segera menikah " ucap pak Basyir