Bab 21. Memberikan Hadiah

1046 Words
"Setelah ini apa yang mau kamu beli?" tanya Maxime saat mereka masih menunggu Shinee memilih. "Apa kamu akan membelikan apapun yang aku minta?" tanya Callista balik. "Tentu saja, katakan apa yang kamu inginkan." "Aku ingin membeli ponsel, tunggu jangan marah dulu." Callista menghentikan Maxime yang hendak bicara karena dia yakin Maxime akan marah dan menolaknya. "Aku ingin ponsel, bukan untuk menghubungi siapapun. Aku hanya merasa jenuh di kamar tanpa aktivitas apapun, mungkin dengan adanya ponsel aku bisa membaca n****+ online atau menonton berita. Aku tidak mau ketinggalan apa yang ada diluaran sana hanya karena aku selalu di kamar. Dan juga, dengan ponsel aku bisa menghubungimu jika ada sesuatu yang terjadi seperti hari ini." Callista menjelaskan pada Maxime agar dia paham dan tidak menolak. "Baiklah, aku akan membelikanmu ponsel. Tapi aku akan memeriksanya setiap saat, dengan begitu kamu tidak akan berbohong di belakangku. Aku tidak suka orang yang tidak jujur dan aku yakin kamu paham konsekuensinya jika melanggar apa yang aku ucapkan." "Tentu saja, aku janji tidak akan melakukan apa pun tanpa seijinmu. Termasuk untuk menelpon, atau jika ponselku masih ada tidak usah beli yang baru. Berikan saja ponsel itu padaku," ucap Callista sumringah. "Ponsel itu sudah aku musnahkan, lagipula jika dengan ponsel itu pasti orang yang mengenalmu akan menelponmu. Jadi akan aku belikan yang baru, tapi tidak sekarang. Nanti Lois yang akan mengurusnya," sahut Maxime akhirnya setuju. "Iya, tidak apa-apa. Apapun yang kamu katakan akan aku turuti," ujar Callista tersenyum sumringah. Maxime hanya mengangguk, dia senang saat melihat Callista tersenyum senang seperti itu. Hanya saja, dia tidak ingin menunjukkannya. Jadi tentu saja dia akan tetap memasang wajah datar tanpa ekspresi seperti biasanya. "Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya ada hal menyenangkan sampai membuatmu terlihat senang," ucap Shinee tiba-tiba muncul di hadapan mereka dengan tatapan sinis. "Tidak perlu tahu, apa kamu harus tahu semua yang kami bicarakan dan lakukan? Sudah sana bayar apa yang kamu beli, kita masih harus ke tempat lain lagi." "Hem, iya-iya." Shinee beranjak dengan wajah kesal karena Maxime tidak mau menjelaskan dan dia tidak berani memaksa juga. Selesai Lois membayar barang belanjaan Shinee mereka keluar dan mampir ke beberapa toko, termasuk toko pakaian dan pakaian dalam karena Callista tidak memiliki banyak pakaian dalam membuatnya meminta ijin Maxime untuk membelinya. Setelah semua beres, Maxime mengajak mereka ke sebuah restoran yang ada di Mall tersebut, dia sengaja tidak memilih ke food court seperti keinginan Shinee karena tidak suka makan di tempat terbuka. "Pilihlah makanan yang kalian inginkan, aku akan bicara pada Lois sebentar." Maxime beranjak dari duduknya, sepertinya ada pembicaraan rahasia yang hendak dibicarakannya pada Lois. Setelah bicara pada Lois, Maxime kembali duduk. Dan dengan percaya dirinya Shinee mengatakan jika dia sudah memesan makanan untuk Maxime dan yakin itu makanan kesukaan Maxime. "Lain kali jangan melakukan itu, bisa jadi apa yang aku suka sudah berubah. Apalagi kita sudah lama tidak bertemu," ucap Maxime mengingatkan. "Mana ada orang yang berubah dengan apa yang disukainya, jangan-jangan kamu sengaja karena wanita ini. Kamu ingin menunjukkan kalau aku itu buruk, jadi seenaknya memesan makanan buatmu. Kamu benar-benar berubah setelah ada dia, Max!" tukas Shinee kesal. "Jangan suka menyalahkan orang lain, ini tidak ada hubungannya dengan dia. Mungkin kamu yang berpikir seperti itu, memesankan makanan agar dia melihat kalau kita dekat. Tapi sayangnya kita sudah lama tidak bertemu dan seleraku sudah berubah," jawab Maxime menohok. "Ucapanmu benar-benar menyakitkan, aku benar-benar marah. Aku akan menghilang, bila perlu mati sekalia!" bentak Shinee seraya beranjak dengan penuh amarah. "Tenangkan dirimu, Shinee!" tegas Maxime tapi Shinee malah berlalu dan pergi. "Bagaimana ini, dia pergi dalam keadaan marah. Bagaimana kalau dia benar-benar sampai nekat?" tanya Callista khawatir. "Sudah, tidak perlu khawatir. Aku akan minta anak buahku untuk mengikutinya," jawab Maxime dengan santainya. Callista hanya bisa menarik napas panjang, tidak tahu harus bagaimana. Meski Shinee terus membuatnya kesal, tapi melihatnya kecewa akan sikap Maxime membuat Callista simpati. Dia bisa merasakan apa yang dirasakan Shinee, terlebih dia juga merasakan hal tidak mengenakkan dari Maxime meskipun dengan cara berbeda. Maxime dan Callista tetap makan, biarpun tidak ada Shinee. Maxime terlihat tidak khawatir sama sekali, berbeda dengan Callista yang masih memikirkan Shinee dan membuatnya tidak berselera makan. "Kenapa makanmu sedikit sekali?" "Tidak kenapa-napa, hanya saja aku masih memikirkan gadis itu. Aku takut dia melakukan hal bodoh yang membahayakan, aku akan merasa bersalah karena apa yang terjadi disebabkan oleh kehadiranku. Dia bersikap seperti itu karena tidak menyukaiku dan kamu tidak paham itu," jelas Callista apa yang menjadi pikirannya. "Tidak usah dipikirkan, jika terjadi sesuatu padanya anak buahku pasti sudah menghubungiku. Aku juga tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya, karena dia dititip orang tuanya pada keluarga kami. Jadi kamu tidak usah berlebihan memikirkan hal ini," jawab Maxime membuat Callista sedikit lega. Selesai makan mereka meninggalkan restoran, semua barang belanjaan Shinee di bawa oleh anak buah Maxime. Terlihat Lois menyerahkan sesuatu pada Maxime saat Lois muncul kembali, Callista tidak tahu apa itu karena di dalam sebuah paper bag. Mereka meninggalkan Mall tanpa Shinee seperti saat mereka pergi, kali ini Callista duduk di samping Maxime seperti keinginan Maxime. Saat mobil mulai melaju membelah jalanan yang mulai gelap karena sudah menjelang malam, Maxime menyodorkan paper bag di pangkuannya pada Callista. "Untukku?" tanya Callista menatap Maxime. "Tentu saja, memangnya untuk siapa lagi. Kenapa? Apa kamu tidak mau?" "Bu-bukan begitu, tapi sudah banyak yang kamu belikan untukku tadi. Memangnya ini apa?" "Sudah jangan berisik, kalau penasaran buka saja." Maxime menyahuti tanpa melihat ke arah Callista dengan wajah tanpa ekspresi apapun. Callista yang penasaran langsung mengeluarkan sebuah kotak dari dalam paper bag. Begitu dikeluarkan barulah terlihat jika itu adalah kotak ponsel, Callista langsung tersenyum bahagia dan buru-buru membukanya. "Beneran ini untukku?" tanya Callista sumringah. "Tidak, itu untuk dibuang. Begitu saja masih tanya," sungut Maxime kesal. "Hehehe, iya maaf. Habisnya aku senang karena tidak menyangka akan secepat ini mendapatkan ponselnya, aku pikir kamu akan mempertimbangkannya lagi. Kalau begitu, terima kasih banyak. Aku janji akan mempergunakannya dengan baik dan tidak akan menelpon siapapun tanpa seijinku." "Tentu saja itu harus, kalau sampai kamu melanggar maka siap-siaplah mendapatkan hukuman. Lagipula di sana tidak ada nomor siapapun, hanya ada nomorku dan Lois seperti yang aku perintahkan. Tapi mungkin saja kamu hapal nomor keluargamu, jadi jangan melanggar ucapanmu." Maxime mempertegas tentang janji Callista yang tidak akan menelpon sembarangan. "Baiklah, aku tidak akan ingkar janji. Terima kasih, terima kasih," sahut Callista tersenyum bahagia.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD