Bab 13. Membahas Bisnis

1020 Words
"Apa semua sudah sesuai dengan perhitungan kita? Tidak ada yang kurang, kan?" tanya Maxime pada Frans setibanya di gudang. "Sudah, Bos. Tidak ada yang kurang, kami tinggal melakukan pengecekkan ulang. Oh ya,l ada kiriman khusus untuk Bos dari Tuan Sergey. sebentar saya ambil," ucap Frans dan bergegas menuju satu ruangan dan keluar kembali sambil berlari kecil. "Ini, Bos." Frans menyodorkan sebuah kotak yang langsung disambut oleh Maxime. Maxime meminta Lois memegang kotak dan dia langsung membukanya, melihat isinya membuat Maxime tersenyum. "Cz 82, kaliber 9x18. Bukankah ini sudah tidak diproduksi dan nyaris langka?" tanya Maxime menatap Frans. "Benar, Bos. Ini adalah koleksi pribadi dari Tuan Sergey dan diberikan pada Anda," jawab Frans yang memang bertugas melakukan transaksi langsung ke Rusia. "Kalau begitu aku akan meneleponnya langsung untuk berterima kasih," ucap Maxime dan berjalan menjauh sambil mengambil ponsel di sakunya. Lois yang memegang kotak berisi pistol tadi langsung menutup kotak itu dan meminta rekannya menyimpan kotak itu di mobil. Lois berjalan menyusul Maxime yang mencoba menelpon Tuan Sergey relasinya dalam jual beli senjata api ilegal. "Halo, Tuan Sergey." Lois mendengar Maxime menyapa Tuan Sergey yang artinya panggilan diangkat, dia mendengar kedua orang itu berbincang. Maxime terdengar sumringah dan sangat ramah saat bicara dengan relasinya itu, berbeda saat dia bicara dengan anggotanya kelompoknya yang lebih terkesan tegas. Maxime bahkan terdengar tertawa, hal yang sangat jarang di dengar Lois. "Baiklah, kalau begitu sudah dulu. Anda pasti sibuk. Kapan-kapan kita lanjutkan obrolannya, bila perlu kita bertemu secara langsung." Maxime mengakhiri panggilan teleponnya dan memasukkan kembali ponsel ke dalam saku bagian dalam jasnya. Maxime berbalik ke arah Lois dengan senyum yang masih tersisa. "Apa sudah kamu simpan senjatanya?" "Sudah, Bos. Lalu apa kita akan langsung kembali?" tanya Lois balik. "Iya, kita akan mampir ke beberapa tempat. Barulah setelah itu kita ke Klub tempat kita janjian bertemu dengan klien yang akan membeli senjata kita. Karena dia adalah pembeli baru, kita harus bisa menyenangkan hatinya. Semakin banyak kita bisa menjual, maka kita bisa mendapatkan banyak keuntungan. Apalagi dengan pemberian baru, kita bisa menaikan harga sedikit dari biasanya." Maxime menyahuti Lois sambil berjalan keluar dari gudang untuk kembali ke mobilnya. "Benar, Bos. Apalagi mereka kelompok wilayah seberang yang pastinya tidak terlalu paham dengan harga pasaran wilayah kita." Maxime mengangguk setuju lalu naik kembali ke mobil, anak buahnya yang berbaris rapi tadi langsung masuk ke mobil mereka masing. Frans yang sudah berada di belakang Maxime saat Maxime keluar dari gudang, berdiri di dekat mobil sang Bos yang akan pergi. Maxime membuka jendela sebelum mobil melaju, untuk mengingat Frans. "Jaga baik-baik barang kita, jangan sampai ada yang hilang satu pun. Aku tidak mau mendapatkan komplain dari pembeli lagi seperti waktu itu." "Baik, Bos. Saya akan lebih hati-hati dan mengawasi orang kita di sini," jawab Frans. Maxime mengangguk lalu kembali duduk bersandar, jendela mobil tertutup kembali. Barulah setelah itu mobil melaju meninggalkan area gudang senjata milik kelompok Red Wolves. Maxime memang menempatkan gudang senjata di tempat terpencil yang cukup memakan waktu saat mengunjunginya. Semua itu agar gudang penyimpanan mereka aman, bukan hanya dari aparat kepolisian tapi juga dari sesama kelompok Mafia. Ada beberapa kelompok yang tidak akur dengan Red Wolves, mereka sering mencari masalah dengan kelompok yang dipimpin Maxime. *** "Sepertinya kita tiba terlalu awal, Bos. Tuan Dimitri belum sampai," ucap Lois saat mereka tiba di klub. "Biarkan saja, aku memang sengaja karena ingin minum lebih awal. Aku sangat lelah hari ini dan butuh alkohol," jawab Maxime seraya duduk. Lois dengan sigap menuangkan minuman ke dalam gelas yang sudah di sediakan, Lois memang melarang waiters untuk masuk sebelum klien mereka datang. Kebiasaan Maxime yang lebih nyaman dilayani Lois daripada waiters saat di klub. "Tentu saja Anda lelah, Bos. Semalam dan hari ini Anda menghabiskan tenaga ekstra untuk bercinta," sahut Lois tersenyum. "Darimana kamu tahu jika hari ini aku bercinta? Apa kamu mengintip?" tanya Maxime menuding. "Tidak, Bos. Mana mungkin saya berani melakukan itu, saya tahu karena Anda terlambat turun tadi. Bukankah Bos bilang hanya ingin berganti pakaian, tapi Bos turun hampir dua jam kemudian. Apalagi tadi Bos berpesan pada pelayan untuk membersihkan kamar dengan cepat saat Nona Callista sedang mandi. Padahal saya lihat tadi pagi dia sudah mandi saat kita menuju penjara bawah tanah," jelas Lois agar sang bos tidak salah paham. "Oh, jadi karena itu. Apa begitu kentara?" "Bahkan sangat jelas, Bos." Maxime terdiam dan menenggak minumannya, dia tidak nyaman saat jika anak buahnya menyadari apa yang dilakukannya bersama Callista. Anehnya baru kali ini Maxime merasa seperti itu, padahal selama ini dia beberapa kali bercinta dengan wanita tanpa merasakan perasaan seperti saat ini. "Bos, Anda sudah terlalu banyak minum. Sebaiknya tunggu Tuan Dimitri sampai dulu," ucap Lois setelah beberapa saat Maxime terus menenggak minumannya. "Cepat kamu hubungi mereka, kenapa belum sampai juga. Aku tidak suka orang yang tidak tepat waktu, ini sudah lewat hampir setengah jam lamanya dari jadwal kita. Bagaimana kalau aku sedang sibuk, akan banyak pekerjaan yang terbengkalai." Maxime yang mulai kesal menunggu meminta Lois menghubungi Dimitri rekan bisnis itu. "Baik, Bos." Lois menjauh sedikit untuk menghubungi orang kepercayaan Dimitri. Saat Lois menjauh, Maxime kembali minum tanpa mendengarkan apa yang dikatakan Lois tadi jika dia harus menunggu Dimitri lebih dulu. Tak berapa lama, Lois berbalik dan kembali berjalan mendekati Maxime. "Mereka sudah tiba, Bos. Sekarang sedang diantar pelayan kemari," ucap Lois melaporkan. Maxime mengangguk paham dan kembali minum, tidak lama Dimitri masuk bersama salah seorang kepercayaannya. Maxime berusaha bersikap ramah meskipun tadi dia kesal karena rekan bisnisnya itu tidak tepat waktu. Tapi bagaimana Dimitri adalah pembeli yang harus dihargainya, itu semua agar bisnisnya berjalan lancar. "Jadi kita sudah sepakat dengan harga yang kami berikan, semoga kerjasama kita bisa berjalan lancar seterusnya." Maxime mengulurkan tangannya yang langsung disambut Dimitri. "Saya berharap juga begitu, apalagi produk Anda terkenal karena kualitasnya. Itu kenapa saya tidak keberatan dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari tempat lain," ucap Dimitri tulus. "Kalau soal itu Anda tidak perlu khawatir, karena pasti tidak akan mengecewakan. Saya selalu memasok barang dengan kualitas bagus, itu kenapa bisnis saya berjalan lancar. Bagi saya kepuasan pembeli adalah segalanya, Saya berani jamin dengan kualitas barang kami." "Hehehe, saya percaya itu. Anda cukup terkenal dengan produk Anda yang berkualitas," jawab Dimitri terkekeh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD