Ezell kembali ke kamarnya setelah tahu siapa yang datang. Ia membiarkan Oriel menunggunya di ruang bermain. Saat ini menghukum Qiandra jauh lebih penting dari berbincang dengan Oriel.
Di atas ranjang, Qiandra masih berada dalam posisi yang sama. Darah dari goresan pisau Ezell tadi kembali mengalir.
"Menungguku, Qian?"
Setiap langkah Ezell bagaikan menanti hukuman mati bagi Qiandra.
"Kak, hentikan. Kita kakak beradik." Qiandra mencoba mengembalikan kewarasan Ezell tapi sayangnya sejak awal Ezell menolak kenyataan dia punya adik tiri.
"Sejak kapan kita kakak beradik, Qian?" Ezell naik ke atas ranjang. Ia duduk di atas perut Qiandra. Membuat Qiandra sesak karena berat badan Ezell. "Aku putra tunggal Mommy dan Daddy." Tangan Ezell bergerak mengambil sesuatu dari nakasnya. "Kau hanya anak wanita tidak tahu diri yang merusak keluargaku. Satu-satunya hubungan yang kau dan aku miliki saat ini adalah master dan slave." Penjepit sudah ada di tangannya. Ezell menjepit p****g p******a Qiandra dengan benda itu.
"Akh..." Qiandra mengejang karena rasa sakit dari siksaan Ezell. "Kak, hentikan. Aku mohon." Qiandra bergerak gelisah.
"I swear to you, I won't stop until your legs are shaking." Ezell menjepit p****g p******a Qiandra yang lainnya, "Sampai para penghuni rumah ini mendengarkan kau meneriakan namaku dengan keras." Senyuman iblis Ezell terlihat jelas.
Ucapan frontal Ezell dan siksaan dari jepitan itu membuat kesadaran Qiandra menghilang perlahan-lahan.
Ezell bergerak ke bawah, menekuk kaki Qiandra dan mulai menggoda klit Qiandra lagi.
"Ahh, Kak." Tubuh Qiandra melengkung. Gelombang gairah sudah sampai di otaknya.
"Aku bukan kakakmu, Qiandra. Aku adalah tuanmu. Kau adalah pelacurku. Kau mengerti?" Ezell menusukan dua jari ke kewanitaan Qiandra. Membuat Qiandra merasakan sakit.
Lidah Ezell bergerak membelai s**********n Qiandra. Basah dan lengket, membuai dan membuat gila.
"Ah,, Ezell." Qiandra menyebutkan nama Ezell. Senyuman terlihat di wajah Ezell. "Kau cocok jadi p*****r, Qiandra. Desahanmu membuatku ingin menghujammu, cepat, dalam dan kasar." Ezell menggerakan tangannya lebih cepat, menghujam Qiandra hingga membuat rasa sakit Qiandra menjadi tak karuan.
Ketika tangan kanannya sibuk bermain di liang Qiandra, tangan kirinya bermain di p******a Qiandra. Meremasnya kuat hingga membuat air mata Qiandra mengalir. Rasanya sakit, tapi setelahnya nikmat itu terasa.
"Ezell!" Qiandra mencapai puncak untuk kedua kalinya. Cairannya membasahi tangan Ezell.
"Lihat cairanmu ini." Ezell menunjukan dua jarinya yang ternoda lendir milik Qiandra. Ezell menjilati dua tangannya, merasakan lagi bagaimana rasa cairan Qiandra. "Rasamu cukup enak, Qiandra." Ezell menyeringai kecil. Ia meraih ikatan tangan Qiandra dan melepaskannya dari sisi ranjang. Jangan pikir jika Ezell akan melepaskan Qiandra, karena permainan yang sebenarnya belum dimulai. Ikatan tangan Qiandra terbuka dan gantinya lehernya yang terikat dengan sisi ranjang. Ezell turun dari ranjang. Ia melangkah ke walk in closetnya.
Qiandra mencoba melepaskan ikatan yang berada di sisi ranjang, tapi belum ikatan itu terlepas, Ezell sudah kembali dengan seringaian.
"Hanya pisau yang bisa melepaskanmu dari sana, Qiandra." Ezell tak akan mungkin memberikan celah bagi Qiandra untuk kabur. "Berhentilah bersandiwara, kau menikmati siksaanku, kan?" Ezell mencubit p******a Qiandra hingga membuat Qiandra meringis.
"Lepaskan aku, Kak! Kau sudah gila! Lepaskan aku!" Qiandra memberontak lagi.
"Minta lepaskan sekali lagi maka anak buahku akan menggilirmu. Kau mau?"
Qiandra memucat. Ancaman ini bukan sekedar ancaman. Qiandra tahu jika kakaknya cukup tega untuk membuatnya digilir. Ia bahkan sudah menari telanjang di depan teman-teman kakaknya.
Ezell mengingkat tangan Qiandra dengan dasinya yang lain. Kali ini Qiandra tak bisa mencoba melepaskan diri lagi. Satu-satunya yang harus Qiandra lakukan adalah menuruti Ezell. Hanya itu.
Ezell melepaskan semua pakaiannya. Ia naik ke atas ranjang dan berdiri di depan Qiandra. Kejantanannya yang menegang berada tepat di depan wajah Qiandra.
"Puaskan kejantananku dengan mulutmu!"
Qiandra tak ingin melakukannya. Ia menutup mulutnya kuat. Saat Qiandra tak ingin melakukannya, dari di leher Qiandra yang bicara. Leher Qiandra tercekik, tubuhnya melengkung ke belakang karena cekikan itu.
"Aku tidak akan membuatmu mati sekarang, tapi aku bisa membuatmu menderita hingga mati jika kau tidak menuruti kata-kataku, p*****r!"
23 tahun hidup Qiandra, dia tidak pernah mendapatkan pelecehan dan penghinaan seperti ini. Dan sekarang ia dapatkan penghinaan ini dari kakak tirinya. Kenapa harus kakak tirinya? Jika saja bukan kakak tirinya maka Qiandra akan meminjam bom Lova untuk meledakan pria yang berani mempermalukannya hingga seperti ini.
"Buka mulutmu, p*****r!" Ezell menyodorkan kejantannya pada bibir Qiandra.
Air mata Qiandra jatuh lagi, sekarang dia berpikir, mungkin lebih baik kehilangan ayahnya dari pada diperlakukan seperti itu.
"Buka, PELACURR!!" Cekikan di leher Qiandra makin terasa menyakitkan. Karena Qiandra masih tak ingin membuka mulutnya, akhirnya Ezell memaksa. Tangannya mencengkram rahang Qiandra dengan kuat hingga mulut Qiandra terbuka. Dengan segera Ezell memasukan kejantanannya ke mulut Qiandra.
"Hisap!" Perintah Ezell.
Qiandra tak bergerak beberapa saat, sodokan Ezell makin dalam hingga membuatnya hampir muntah.
"Hisap, p*****r!"
Qiandra tak bisa melawan lagi. Jika ia terus melawan maka ini tak akan pernah selesai. Setelah ini selesai, Qiandra akan mencari cara untuk kabur dari Ezell. Dia harus segera pergi dari binatang seperti Ezell.
Qiandra bergerak menghisap kejantanan Ezell. Maju mundur seperti yang pernah ia lihat di viedo porno.
"Ashh!" Ezell mengerang nikmat! "Jika kau berani menggigitku maka aku yakinkan kau akan sengsara hari ini!" Ezell bersuara tajam.
Keinginan itu memang sudah Qiandra pikirkan. Ia ingin sekali menggigit kejantanan Ezell hingga kejantanan itu terputus dari tempatnya.
Tak puas dengan gerakan Qiandra yang lambat, Ezell mencengkram rambut Qiandra, ia memajukan mundurkan pinggulnya dengan cepat.
Qiandra nyaris saja tersedak karena kejantanan Ezell yang sampai ke kerongkongannya.
"Mulutmu memang sialan, p*****r kecil!" Ezell mengerang lagi. Ia terus bergerak hingga kejantanannya berkedut dan memuntahkan cairannya ke mulut Qiandra.
"Kau harus lebih banyak belajar memuaskan, Qiandra." Ezell mengelus bibir Qiandra kasar.
Usai oral, Ezell melepaskan ikatan di ranjang, ia membalik tubuh Qiandra dan menekuk paha Qiandra. Dasi yang tadi diikat ke ranjang kini ada di tangannya. Ia memperlakukan Qiandra seperti binatang peliharaannya.
Ezell menampar keras b****g Qiandra dengan tangannya hingga b****g mulus Qiandra memerah. Tak tahu sakit mana yang Qiandra rasakan. Semua tubuhnya sakit. Lehernya tercekik, tangannya terikat, kakinya tertekuk, dadanya tergores begitu juga dengan kewanitaannya.
Ezell memasukan kejantanannya ke kewanitaan Qiandra. Bergerak maju mundur dengan kasar tanpa peduli ini adalah yang pertama kalinya bagi Qiandra. Setiap Ezell mundur dasi yang ia pegang ikut mundur, membuat Qiandra makin tercekik dan kesakitan. Dari semua rasa sakit itu, yang paling membuatnya sakit adalah keperawanannya yang hilang dengan cara binatang seperti ini.
Mulai detik ini Qiandra membenci Ezell. Ia benar-benar membenci Ezell. Pria ini bukan kakaknya tapi binatang buas yang lahir karena s****a ayah tirinya.
Kewanitaan Qiandra terasa seperti terkoyak. Rasanya sangat sakit. Ia tak menikmati sama sekali sentuhan kasar dan kejam Ezell. Ia mengutuk di setiap hentakan Ezell. Ia menahan bibirnya agar tak mendesah, agar tak memberikan apa yang diinginkan oleh Ezell.
Bibir Qiandra sampai berdarah karena ia menahan erangannya.
"Ah, Qiandra!" Ezell mengerangkan nama Qiandra. Cairannya sudah berpindah ke liang Qiandra. Begitu nikmat, tapi ia belum puas. Ia akan membuat Qiandra melayani nafsu buasnya hingga ia puas. Tak peduli Qiandra lelah ia akan memaksa Qiandra untuk melayaninya. Melihat air mata Qiandra membuatnya senang. Ia akan menjatuhkan air mata itu sebanyak mungkin tanpa mau menghapusnya.
tbc