Tepat jam 2 siang. Beberapa mahasiswa sudah berjalan pulang keluar dari kampus. Meski sebagian masih ada pelajaran di dalam kelas.
Sepulang dari kampus, Kinan hanya berjalan sendiri. Dia melipat kedua tangannya di atas dadanya. Dengan, tas ransel di belakang punggungnya. Penampilan yang sedikit tomboy, dengan rambut di kuncir satu di atas. Sdikit po i menutupi dahinua. Tatapan mata tajam saat menatap laki-laki. Tapi, aura kecantikan ada diri Kinan masih melekat di wajahnya. Senyuman manis dan wajah yang tak bisa di ragukan lagi. Putih cantik, mata coklat dengan bulu mata lentik memasuki kedua matanya.
Tit... Tit..
Suara bel montor yabg terdengar keras di samping dia jalan. Kinan masih acuh, tak pedulikan siapa yang menganggunya. Sebuah sport berwarna hitam pekat memelankan kecepatannya. Dia seolah sengaja berjalan pelan mengikuti setiap langkah Kinan. Hampir berjalan seperti semut mengikuti langkah kaki Kinan.
Komen sekilas melirik ke arah laki-laki di sampingnya. Dari tatapan matanya, dengan wajah yang tertutup helm full ficenya.
Kuman mengerutkan keningnya. Kina kembali menatap kedepan. Dia tertegun sejenak Mencoba mengingat tatapan mata yang sangat familiar di ingatannya.
Bentar.. Bukanya dia laki-laki playboy yang kemarin goda cewek di taman belakang kampus. Ada apa dia disini? Dia sengaja mau menggodaku sekarang.. Ih.. Nggak deh. Sapa juga yang mau dengannya. ogah...!
Kuman menggelengkan kepalanya jijik. Dia segera berjalan lebih cepat. Meski tetap saja, laki-laki itu mengikutinya.
"Hai... Cewek. Boleh kenalan gak?" suara seorang di belakangnya. Laki-laki yang kini sudah di sebelahnya.
Apaan sih nih cowok.. Apa dia udah kekurangan wanita? Dasar playboy kampung.
Kinan menarik sudut bibirnya sinis.
"Hai.. Kenalin, Gue Saja. Lu pasti udah kenal sama gue. Lagian gue terkenal di kampus ini. Pasti kamu pernah dengan namaku."
"Kegedean banget, sih." lirih Kuman, memutar bola matanya malas.
Hufff.. Kenapa Saka mengejarku, laki-laki buaya ini benar-benar sangat meresahkan. Kemarin wanita lain, sekarang aku? Apa sebenarnya maunya?
"Lo, cantik!" ucap laki-laki itu terus terang. Tanpa rasa malu sama sekali.
Kinan terdiam sejenak. Melebarkan matanya tak percaya denga apa yang di katakan Saja.
"Lo cantik, Kinan."
"Basi!" jawab Kinan singkat. Dia memalingkan wajahnya acuh. Kembali berjalan kembali.
"Kamu Kinan, kan?" tanya Saka memastikan.
"Lo udah tahu. Bukanya Lo yang hampir saja menyentuhku tadi? Dasar otak kotor." letaknya kesal. Kinan mempercepat langkah kakinya.
"Eh.. Tunggu! Gue mau minta maaf, sekaligus mau kenalan sama lu." teriak Saka.
Kinan memutar matanya malas. Dia tahu siapa di sampingnya. Dan, sama sekali dia tidak peduli dia siapa, meskipun dia tampan, idola kampus. Dia juga tidak peduli dengan semuanya.
"Lo benar Kinan, kan. Kenapa kamu jutek sih. Tadi gue melihat lu ramah dengan teman laki-laki lu."
"Bukan, Aku siti." jutek Kinan. Kinan terus berjalan tanpa melirik sama sekali ke arah laki-laki di sampingnya.
"Hahaha.. Kenapa kamu bohong segala."
"Kalau lu, gak percaya, pergilah!" ucap Kinan mengeraskan suaranya.
Saka mencoba untuk sabar. Kali ini dia harus tenang jika ingin mendekati wanita. Apa lgi wnaita dengan sifat keras kepala seperti Kinan.
"Terserah lu, mau nama lu, Kinan atau Siti sekalipun. Gue tidak peduli." jawab Saka.
"Kinan..." teriak seorang wanita, berlari mengejarnya. Dia menyenggol bahu Kinan.
"Ayo.. Pergi, disini ada buaya."
"Buaya? Siapa buaya?" tanya Siti. Di balas dengan kedipan mata oleh Kinan.
Siti menoleh ke arah Saka. "Oo.. Iya. Aku tahu." ucap Siti. Tersenyum simpul. Siti dan Kinan segera mempercepat langkahnya. Dan, itu bukan hal terkahir bagi Saka. Dia tetap bertekad akan mendekatinya.
Laki-laki itu menghentikan motornya. Dia membiarkan montornya di pinggir jalan. Berlari mengejar Kinan.
"Siapa dia? Pacar kamu?" tanya Siti menepuk bahu Kinan.
"Bukan, gak kenal!" jawab jutek Kinan.
Siti, tersenyum terus memandangi wajah tampan Saka.
"Eh.. Kinan, Kinan tunggu! Kenapa kamu pergi. Aku hanya ingin kenal denganmu." Saka terus mengejarnya.
"Siti... lu mau kenalan gak sama dia?" Kinan menatap ke arah Siti. Mengabaikan laki-laki yang berjalan di depannya, dia berjalan mundur. Dia menatap ke arah Kinan di depannya.
"Boleh.... Jika kamu gak mau, gue yang akan kenalan sama dia." ucap siti antusias. Siti mendorong mundur tubuh Kinan di belakangnya. Dia mengulurkan tangannya ke arah laki-laki di depannya.
Saka menarik sudut bibirnya sinis. Pandangan matanya tetap saja melihat ke arah Kinan melangkah pergi.
"Eh.. gue disini." Siti mengarahkan wajah Saka padanya. Di balas dnegan tatapan jijik oleh Saka.
"Ih... Siapa juga yang mau kenalan sama lo.. Gue mau kenalan sama Kinan, bukan sama lo." ucap ngegas laki-laki di depannya.
"Em... Baiklah, gue hanya bilang jika nama Gue siti." ucap Siti.
"Gue gak tanya." Saka terus menatap ke arah Kinan
"Aku hanya kasih tahu lo, gak lebih. Lagian, laki-laki playboy kayak lo. Gak pantas dekati Kinan." Kinan melangkahkan kakinya pergi. Membiarkan Siti berdebat dengan Laki-laki tadi.
"Byee..." Siti mengibaskan tangannya pada Saka. Meski Saka tidak eprdulikan akan hal itu.
Arrggg.... Sialan! Kenapa gue susah sekali mendapatkan Kinan." Saka menendang botol minuman di depannya sangat keras. Mengenai laki-laki yang berjalan melewatinya.
"Eh.. Bro.. Punya mata gak?"
"Maaf.. maaf!" ucap Saka. Dia segera berlari pergi. Menaiki montonya lagi.
***
Di kantin waktu jam kampusnya. Beberapa anak sedang sibuk menikmati makanan sembari berbincang. Saka, laki-laki yang terkenal playboy itu begitu percaya diri dengan penampilannya yang sok cool. Bagi wanita tidka normal memang dia sangat di banggakan. Tetapi berbeda dnegan Kuman. Dia sama sekali tidak tertarik. Saat kebetulan, Siti dan Kinan berjalan ke kantin kampusnya. Langkah mereka terhenti. Kuman berbisik pada Siti. Kuman membiarkan Siti berjalan lebih dulu. Mendekati Saka. Sementara Kuman membalikkan badannya, dan berjalan sirkit menjauh.
"Ehh..." Siti menepuk bahu Kevin.
"Apaan, sih lo, Ti." Kevin menepis tangan Siti dari bahunya.
Situ memelotot tajam ke arah Kevin. "Aku tidak ada urusan sama, Lo. Phin.. Phin."
Phin adalah panggilan siti pada Kevin. Jika kesal selalu meledaknya dnegan nama itu. Terkadang juga pig.
"Lo.. Saka, kan?" tanya Siti.
Saka menghentikan minumnya. Dia menoleh menatap Siti. "Ada apa?" tanya Saka jutek. "Lo, mau ganggu gue lagi. Udah, deh.. Pergi sana. Aku tidak suka dengan wnaita model kyak lu." Saka kembali minum es teh. Mengibarkan tantangannya ke belakang mengusir Siti.
Siti mengerucutkan bibirnya. Dia mengepalkan tangannya tepat di atas kepala Saka.
"Dapat salam dari Kinan." ucap Siti.
"Kinan?" untuk kedua kalinya, Saka menghetikan minumnya. Dengan cepat dia membalikkan badannya menatap Siti.
"Salam apa?" tanya Saka antusias.
Siti menarik sudut bibirnya. Dia mengangkat tangannya, memberikan jari tengahnya pada Saka. "F*ck." ucap Siti, laku melangkahkan kakinya pergi.
"Eh.. Kurang ajar tuh, cewek." geram Kevin.
"Ka... Lo juga harus kasih pelajaran sama tuh, Siti, Markuti." saut Garvin.
Saka mengepalkan tangannya, hembusan napasnya semakin kasar. Rahangnya perlahan mulai memegang. Aliran darahnya merangkak naik. Mendengar kata itu, membaut kepalanya panas. Saka menoleh mencari dimana keberadaan Kinan. Dia melihat wanita itu tersenyum simpul ke arahnya.
"Eh.. Bro... Lo di tantang sama dia?" tanya Kevin.
"Tantang balik, jangan takut sama cewek." saut Garvin. "Atau, Lo balas dia dengan rayuan lu aja." timpal Viko.
Braakk...
"Sialan dia, memangnya dia pikir dia siapa? Berani sekarang mendatangi. Jika dia berikut lutut padaku, aku akan membaut dia sakit." geram Saka. "Lagian, jadi wanita sok jual mahal banget."
"Emang berapa harganya?" timpal Kevin sembari tertawa snagat keras. Membaut kegaduhan di kantin.
"Goceng." ucap Garvin.
"Iya, kalau goceng. Kalau cepek gimana?" timpal Viko tak hentinya tertawa. Saat semua tertawa, berbeda dengan saka. Dia masih menahan emosinya. Saka mencoba untuk tetap
"Gimana kalau kalian bantu aku nanti."
"Bantu apa?" tanya Garvin.
"Lo, Phin. Buat si Siti jatuh cinta sama lo. Jika Siti jarang sama Kinan. Aku akan mencoba mendekatinya. Dan, ada kesempatan untuk bisa bersama dengannya."
"Lo, yakin?" tanya Kevin.
"Emang kenapa?" tanya Saka kesal.
"Bukanya gue, gak percaya sama lo. Tapi, Kuman kabarnya sekarang dekat sama anak BEM. Dan, dia juga sudah lama gabung."
"Aku tidak percaya. Lagian, Tos Ka mungkin cewek secuil Kuman bisa jatuh cinta."
"Iya.. Tapi, benar apa yang di bilang Kevin. Kemarin gue gak s3ngaja melihat mereka berdua di bioskop. Dan, terkejutnya aku wanita secuek Kuman bisa b******u mesra dnegan laki-laki."
"Lo... Gak salah lihat, kan" tanya Kuman.
"Enggak, lah! Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri."
"Lo, Yakin?" tanya Saka.
"Iya.. Kau yakin jika itu Kinan." jawab Viko
"Lo tahu, siapa laki-laki yang bersama Kinan?" tanya Saka. Dia mulai kesal. Antara cemburu dan amarah dalam dirinya.
"Gue gak kenal siapa? Tapi, sepertinya laki-laki itu beda dengan yang di bilang Garvin tadi."
Sama terdiam sejenak. Dia tertunduk, mencoba memutar otaknya. Siapa yang bersama dengan Kinan.
"Lo, tahu Rumah, Kinan?" tanya Saka.
"Gue tahu," saut Kevin.
"Oke, nanti malem, gue akan pergi ke rumah lu. Nanti, kita ikuti kemana Kinan pergi." kata Saka. Penasaran, kali ini dia tak mau ambil pusing lagi. Papan kondisi Kinan nanti. Dia akan terima dia apa adanya. Apa lgi dia juga sama-sama pemain. Setidaknya pemain bermain dengan pemain pasti akan seru. Buaya sama buaya.
Hanya itu yang ada di pikiran Saka. Dia begitu terobsesinya dengan Kinan. Hingga apapun akan dia lakukan hanya ingin membuat Kinan sekali saja menatap ke arahnya. Atau, bisa di ajak jalan-jalan meski hanya sebentar saja.
Saka tak berhentinya terus tersenyum membayangkan wajah cantik Kinan yang selalu memenuhi pikirannya saat ini.
"Oke.. Baiklah!" ucap Kevin.