"Masih mau menangis?" "Aku menangisi orangtuaku." "Bukan orang yang masih menunggumu di depan sana." Tentu saja Darren tahu. Anak buahnya tentu saja akan terus memberitahu perkembangan dan pergerakan mantannya Ellery. Ya jujur, ia memang menangisi lelaki itu. Karena masih di sana dengan spanduknya. Sayang, nasi sudah jadi bubur. Ia tak bisa memutar waktu kembali. Salahnya karena menyianyiakan Ellery selama bertahun-tahun. Memang ini caranya balas dendam. Tapi entah lah. Ia sudah tak yakin sekarang. "Tutup tirainya atau dia akan melihatku menciummu." Dalam sekejab saja Ellery sudah jengkel. Mau tak mau ya ditutup. Tapi toh ia yakin kalau lelaki itu juga tak melihatnya. "Aku mandi duluan." Darren tentu saja bete lah. Karena Ellery malah menangisi lelaki lain dihari pernikahan mereka