"Lo kenal sama mantan gue? Kalian dekat?" tanya Shilla beruntun kepada Shasa begitu mereka sudah berada di dalam kamar.
"Cuma kenal doang, kita nggak dekat," ujar Shasa sedikit ragu. Masalahnya dia akhir-akhir ini merasa lumayan dekat dengan cowok itu. Entah apa jenis apa kedekatan mereka bagi Satria, Shasa tak bisa menerkanya.
"Yah... gue kira lo kenal dekat sama dia, ujar Shilla kecewa. Padahal gue pengen tau sekarang dia masih sendiri atau udah punya pengganti gue."
"Kayaknya belum punya pacar.”
"Dari mana lo tahu? Yakin?”
"Dia kan terkenal di kampus, apalagi dia juga ketua Mapala. Jadi, kalau ada gosip tentang dia pasti heboh. Dengar dari anak-anak sih, katanya dia masih jomblo," tutur Shasa.
Wajah Shilla yang tadinya murung, seketika ceria kembali.
"Nggak heran sih, dia jadi ketua Mapala. Dulu, waktu kita masih pacaran, dia sering ngajakin gue ke tempat-tempat bagus dengan nuansa alam gitu." Shilla tersenyum mengingat kenangannya bersama cowok itu. "Umm… berarti kalau dia belum punya pacar, gue masih ada kesempatan dong!"
"Iya, bisa aja. Makanya lo jangan pantang menyerah!" ujar Shasa memberikan semangat pada sepupunya itu. Di dalam hatinya, who know's?
Shilla mengecek ponselnya ketika ada notifikasi pesan yang masuk. Dia mengerutkan keningnya membaca pesan itu, dari nomor tidak dikenal. Kemudian dia segera mengetik balasannya.
"Kenapa?" tanya Shasa melihat perubahan mimik muka Shilla.
"Gue kayaknya keluar bentar, ada perlu.”
"Ya udah, gue anterin!" sahut Shasa.
"Enggak usah deh, gue sendirian aja. Lagian nggak jauh kok dari sini tempatnya," ujar Shilla sambil meraih sling bagnya.
"Ya udah, hati-hati.”
Beberapa saat kemudian, Shilla tiba di cafe dan mengedarkan pandangan ke segala arah mencari keberadaan seseorang. Orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya. Hingga matanya menyipit ke arah seorang cowok yang melambaikan tangan memanggilnya. Shilla tersenyum, dia mengenali cowok itu. Lalu dia berjalan mendekatinya.
"Kak Guntur?"
"Yeah, it's me! Kenapa? Kaget?"
Shilla tersenyum sambil duduk di kursi di depan cowok itu.
"Apa kabar lo?" tanya Guntur memulai pembicaraan.
"Baik, tapi enggak dengan hati gue," jawab Shilla jujur, sambil memaksakan senyumnya.
Guntur terkekeh.
"Gamon lo dari adik gue?" tanyanya tepat sasaran. Cowok itu tau Shilla menjalin hubungan dengan Satria saat masih duduk di bangku SMA, karena mereka bersekolah di tempat yang sama. Guntur berada satu tingkat di atas mereka. Shilla dan Satria, adiknya menjalin hubungan sejak kelas 1 sampai dengan kelas 2. Setelah putus, Shilla memutuskan untuk pindah mengikuti kedua orang tuanya yang menetap di Paris.
"Gue masih sayang dia,” ucap Shilla lirih. Tapi kayaknya dia udah benci banget sama gue, nggak mau maafin gue sampai saat ini."
"Lo masih kurang berusaha kayaknya," sahut Guntur.
"Maksud lo kak?"
"Kayak gini aja, lo udah pesimis banget. Usaha yang lebih keras lah!"
"Gue harus gimana lagi?" tanya Shilla dengan suara melemah.
"Gue bakalan bantuin lo.”
"Lo serius mau bantuin gue?" tanya Shilla dengan mata berbinar.
"Iya. Lebih tepatnya kita bisa kerja sama untuk mendapatkan apa yang kita inginkan," ujar Guntur menatap Shilla tajam.
Shilla mengerutkan keningnya. Tidak mengerti ke mana arah pembicaraan cowok itu.
"Maksudnya, Kak?”
Guntur menyeringai. Dia mengeluarkan ponselnya, membuka galeri, lalu menyodorkannya kepada Shilla.
"Lo lihat ini!"
Shilla yang masih belum paham, namun dia mengambil ponsel cowok itu. Dia membelalakkan matanya melihat beberapa foto di sana. Kemudian dia malah tersenyum.
"Maksudnya apa ngeliatin ini ke gue?"
Guntur berdecak. "Lo bisa lihat sendiri foto-foto itu! Masih belum paham juga?"
"Gue nggak percaya, ini pasti editan.”
"Lo salah, semua foto ini asli.”
"Enggak mungkin.
"Ayo lah, lo pikir adik gue nggak bakalan tertarik sama orang lain setelah putus dari lo?" tanya Guntur menohok.
Raut wajah Shilla langsung berubah sendu mendengar perkataan cowok itu.
"Dia sepupu gue. Dia bilang kalau dia nggak dekat sama Satria sewaktu gue tanya," ujar Shilla. “Lo jangan adu domba gue sama sepupu gue sendiri.”
"Mereka lagi dekat, itu faktanya."
Shilla menggeleng tidak percaya.
"Makanya gue ajak lo ketemuan, gue mau kita kerja sama."
"Lo suka dia?" tebak Shilla yang langsung diangguki oleh cowok itu.
"Gue nggak tau sejauh mana kedekatan mereka, tapi yang pasti gue nggak bakal biarin gebetan gue direbut sama dia. Meskipun dia adik gue sendiri."
"Apa yang harus gue lakuin?" tanya Shilla kemudian.
Bagus! Cepat paham juga nih anak, batin Guntur.
"Kita harus pisahin mereka. Lo mau adik gue, dan gue mau sepupu lo jadi milik gue! Secepatnya gue akan kabarin lo tentang rencana kita."
Pada malam hari, Shasa tersenyum melihat Shilla yang baru saja memasuki kamar. Jujur, dia khawatir karena cewek itu pergi sendirian tanpa mau ditemani. Apalagi keadaan hatinya sedang tidak baik-baik saja sejak tadi bertemu mantan kekasihnya.
"Lo belum tidur?" tanya Shilla datar, tanpa senyuman.
"Ya belum lah, gue khawatir lo belum pulang juga tadi. Kok lama?"
"Iya. Habis dari cafe, gue kangen main ke SMA gue dulu."
"Ooh. Besok lo mau ikut gue ke kampus lagi nggak?"
"Enggak usah, lain kali aja.”Shilla merebahkan badannya di samping Shasa.
"Kenapa? Udah nyerah aja sama Satria itu?" tanya Shasa.
"Kalau iya kenapa? Kalau enggak juga kenapa? Bukan urusan lo!" kata Shilla sambil menarik selimutnya.
Shasa mengerutkan alisnya. Heran kenapa tiba-tiba cewek itu berkata ketus padanya.
"Chil, lo kenapa?”
“Nggak kenapa-napa. Udah ya, gue mau tidur, capek.” Shilla mengubah posisi membelakangi Shasa.
***
Pulang kuliah kali ini, Shasa memesan taxi online lagi. Dia tidak membawa kendaraan karena paginya berangkat bersama dengan papahnya yang mau ke kantor. Tadi dia berdiskusi dulu dengan salah satu dosen mengenai tempat magangnya nanti. Kelamaan mengobrol, dia malah ditinggal kedua sahabatnya yang pulang terlebih dahulu. Sepertinya mereka ada urusan penting sehingga meninggalkan Shasa yang masih berada di ruang dosen.
Shasa berdiri di pinggir jalan, di depan gerbang kampusnya. Cewek itu seringkali bernasib sial saat memesan taxi online. Sudah empat orang driver yang membatalkan order-annya dengan alasan jauh kalau mutar balik ke arahnya dan banyak alasan lainnya lagi. Shasa mendengus pelan. Dia hendak berjalan kaki ke seberang jalan melewati jembatan penyebrangan yang tidak jauh dari kampusnya. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Sang pengemudi langsung keluar dari dalam mobil dan menghampiri cewek itu.
"Mau pulang? Gue anterin yuk!" tawar seseorang yang merupakan kakak kandung dari Satria itu.
"Enggak usah, gue mau naik taxi online aja," tolak Shasa sambil tersenyum.
"Dari pada lama nungguin, mendingan sama gue aja," ujar cowok itu lagi, masih berusaha agar Shasa mau menerima tawarannya.
"Dia bareng gue!" ujar seorang cowok yang baru saja datang dengan motor gedenya. Dia turun dari motornya dan menghampiri kedua orang itu. Seseorang itu tak lain adalah Satria. “Ayo pulang!" titahnya sambil menarik pelan lengan Shasa.
"Eung… gue… “
"Shasa!" Terdengar suara seorang cewek memanggil dirinya. Shasa menoleh, dia terkejut, dan dihempaskannya tangan Satria yang memegang lengannya. Dia tidak ingin Shilla salah paham melihatnya.
"Lo ngapain di sini, Chil?" tanya Shasa heran. Pasalnya semalam sepupunya itu menolak untuk ikut dengannya ke kampus. Dan sekarang, tiba-tiba muncul di sini.
"Gue ada keperluan di dekat sini, jadi sekalian aja mampir. Ternyata benar, lo belum pulang," ujar Shilla sembari tersenyum.
Shasa bingung dengan kedatangan Shilla yang mendadak, apalagi ada Satria di dekatnya dan juga Guntur.
"Tur, gue mau pulang sama lo! Ayo!" Shasa menarik tangan Guntur, terpaksa melakukan itu. Sebelumnya, dia membisikkan sesuatu kepada Shilla.
Satria kaget. Ternyata Shasa lebih memilih kakaknya dibanding dirinya. Sungguh di luar dugaannya, padahal Satria telah mengingatkan Shasa pada malam itu. Sedangkan Guntur, cowok itu tersenyum penuh kemenangan ke arah Satria.
Shilla berjalan mendekati Satria.
"Sat, anterin aku pulang dong!” Pinta Shilla dengan wajah memelas.
"Malas!" jawab cowok itu lalu kembali ke motornya. Shilla tidak menyerah, dia berdiri tepat di depan motor cowok itu.
"Minggir lo!"
"Nggak… enggak mau!" seru Shilla sambil membentangkan kedua tangannya.
"Gila lo ya!” bentak Satria kesal.
"Iya, aku gila karena kamu!"
Satria berdecak. Dia memijit alisnya. Memikirkan bagaimana cara menghadapi cewek di hadapannya ini.
"Minggir atau gue tabrak?" Dia mulai menyalakan motornya. Shilla bergeming, cewek itu malah memicingkan matanya.
Satria frustasi. Dia mengusap wajahnya kasar.
"Oke, gue anterin lo! Naik! Cepetan!"
Shilla membuka matanya, dia langsung tersenyum. Ketika dia minggir dari depan dan bersiap akan menaiki motor, cowok itu langsung tancap gas. Alhasil Shilla terjatuh karena baru sempat memegang jok motor itu.
Shilla menggerutu sebal. Dia mengepalkan tangannya erat.
"Awas aja, lo pasti akan kembali lagi ke pelukan gue! Kalaupun nantinya gue nggak bisa dapatin elo lagi, orang lain juga nggak bakalan bisa. Walau itu sepupu gue sendiri, gue nggak akan rela!" serunya.
Sayang sekali, Satria tidak mendengar ucapannya itu.