Sembilan

2880 Words
"Chat sama siapa lo sampe senyum-senyum gaje gitu, gebetan baru nih?" tanya Rania kepada Dian. "Teddy," jawab Dian jujur. "Widih, makin dekat aja sama doi?” Dian cuma tersenyum tanpa menoleh Rania, dia masih sibuk berbalas pesan dengan Teddy. "Ran, lo weekend ini ada acara nggak?" tanya Dian setelah selesai berbalas pesan dengan Teddy. Dia meletakkan ponselnya di atas nakas. "Nggak ada kayaknya. Kenapa emang?” "Pantai yuk! Sama anak-anak kampus kita juga ramean." "Ayo!” sahut Rania antusias. “Shasa gimana? Kira-kira dia mau nggak?” "Coba tanya di grup, tar gue bantu komporin juga.” "Oke, gue coba." BFF Rania Sha... Shasa Ya, kenapa Ran? Rania Tumben langsung nyaut! Shasa Hmmm... Rania Weekend ini lo free nggak? Shasa Free, kenapa emang? Rania Refreshing yuk! Kita ke pantai aja, gimana? Shasa Wah boleh tuh, sama Dian juga kan? "Tuh si Shasa mau katanya, giliran lo jelasin gih!" Dian langsung mengambil ponselnya dan ikut nimbrung di group chat mereka bertiga. Dian Iya sama gue juga dan yang lainnya juga. Shasa mengerutkan alisnya membaca chat dari Dian. Shasa Maksud lo? Dian Jadi kita ke pantai ramean, sama anak kampus kita juga. Gimana, Sha? Shasa Gue pikir-pikir dulu deh! Melihat jawaban Shasa, Rania kembali membujuk sahabatnya itu Rania Yaah… ikut dong, Sha! Sekali-kali doang bareng anak kampus. Dian (2) Shasa Lihat nanti, oke? Dian Sha, yang ngadain acara ini anak Mapala loh! Shasa Terus, kenapa emang kalau anak mapala? Dian Otomatis Satria bakalan ikut, Sha! Gue baru tahu kalau dia ketua Mapala. Yakin nggak mau ikut? Rania Yakin nggak mau ikut? (2) Di kamarnya, Shasa segera meletakkan ponselnya setelah membaca chat terakhir dari Dian. Dia tidak ingin membalasnya lagi. "Menurut lo, dia bakalan ikut nggak?" tanya Rania penasaran. "Kita lihat aja besok, kan disuruh kumpul tuh di ruang Mapala," ujar Dian tersenyum. Lalu dia membuka room chat pribadi dengan Shasa. Sharaza Besok kumpul di ruang Mapala bareng gue dan Rania, kalau lo mau ikut. *** "Jangan lupa tugas yang saya kasih dikumpulkan minggu depan! Kalian ini sudah semester enam, jangan banyak main-main lagi. Nggak kerasa bakalan lulus sebentar lagi,” ujar dosen yang sekaligus merangkap sebagai Kaprodi S-1 Akuntansi memperingatkan mahasiswanya. “Selamat siang, sampai jumpa di pertemuan kita selanjutnya," sambungnya lalu melangkah keluar kelas. "Siang, Pak!" jawab mahasiswanya serentak. “Nggak kerasa, kita udah mau magang aja," ujar Rania kepada Shasa sambil memutar tempat duduknya. Shasa mengangguk. "Pusing juga banyak tugas gini," ujarnya. Dian yang duduk di bangku depan Shasa langsung memutar badannya. "Makanya, yuk kita refreshing weekend ini!" Shasa hanya diam tidak menjawab seruan Dian. "Udah jam 12, yuk ke kantin dulu sebelum ngumpul!" sela Rania. "Ayo! Gue laper habis dengar ceramah itu dosen," timpal Dian. "Lo mau langsung pulang atau ikut kita ke kantin, Sha?" tanya Rania melirik Shasa. Cewek itu tersenyum lalu bangkit dari duduknya. "Yuk!!" Dian dan Rania saling tatap, kemudian mereka ikut berdiri mengikuti langkah gadis cantik itu. "Mau kumpul jam berapa emangnya?" tanya Shasa sambil menunggu makanan mereka datang begitu mereka tiba di kantin. Kedua sahabatnya langsung menatap Shasa dengan pandangan bertanya-tanya. "Lo mau ikut?" tanya Rania. "Setelah gue pikir, nggak apa-apa sesekali ikut acara begini. Sebelum nanti kita lulus, seenggaknya ada kenangan." Dian menaikkan alisnya. "Hmmm... bukan karena si dia?” "Enggak lah! Ngapain juga, ikut atau enggaknya dia juga nggak ngaruh bagi gue," elak Shasa. "Iyain aja deh! Ya nggak Ran?" ujar Dian meminta persetujuan Rania. Cewek itu mengangguk setuju. Shasa memutar bola matanya. “Pada ngumpul jam berapa?” ulang Shasa kembali. "Jam 1-an kata Teddy." Selesai makan, mereka menuju ruangan Mapala yang sudah diberitahu tempatnya oleh Teddy. Tiba di sana, ternyata sudah banyak yang datang. Shasa, Rania dan Dian langsung mencari tempat duduk. Tepat jam 1, semua peserta yang mau ikut sudah ada di dalam ruangan itu. Total semuanya ada sekitar 40 orang. Tidak lama lima orang cowok memasuki ruangan itu dan duduk di kursi bagian depan yang sudah disediakan. "Hai semuanya, gue Jerry ketua panitia acara kita ke pulau weekend ini. Salam kenal dari gue buat kalian yang baru bergabung di sini," ujarnya tersenyum hangat. Matanya menyapuh seluruh peserta di ruangan itu. Jerry terkejut mendapati Shasa beserta kedua temannya ada di dalam ruangan. "Jadi weekend ini, kita akan ke Kepulauan Seribu. Kita berangkat hari Jum'at pagi dan pulang sebelum ashar pada hari Minggu. Hari pertama, kita akan ke Pulau Harapan dan menginap di homestay. Hari kedua, kita akan camping di Pulau Semak Daun. Dan hari terakhir kita pulang dari Pulau Pramuka. Buat semua kegiatan sudah ada itinerarynya. Sampai di sini, ada yang mau ditanyakan?" Semua mengangguk. "Oke, gue rasa semua udah paham, ya?" Kemudian Jerry memanggil Teddy. "Ted, minta tolong bagiin print-an itinerary yang tadi gue pinta!" "Siiap!" Lalu Teddy membagikan satu persatu kepada para peserta. "Kalian pahami itu aja biar lebih jelas,” ujar Jerry kembali bersuara. "Asik, ternyata kita ke pulau loh!" seru Rania heboh. Sedangkan Shasa tampak tidak berminat membaca kertas yang sudah dibagikan oleh Teddy. Matanya malah fokus ke arah depan. Lebih tepatnya melihat seorang cowok yang sedang duduk di bagian tengah. Cowok itu adalah Satria. Dia tampak paling menonjol di antara banyak cowok di ruangan ini. "Cukup sekian dari gue, sekarang giliran ketua Mapala kita yang mau menyampaikan sesuatu,” ujar Jerry menutup pembicaraannya, lalu meminta Satria untuk bangkit berdiri. Satria bangkit dari duduknya. "Siang semuanya!" sapa Satria sambil tersenyum. Shasa tentu saja melongo melihat Satria yang tersenyum. Itu merupakan hal langkah yang dilihatnya sejak mengenal cowok itu. "Siang juga!" Seketika ruangan langsung heboh. Beberapa anak cewek nampak terpesona dengan cowok yang berdiri di depan sana. Ya, ada beberapa dari mereka yang bukan anggota Mapala. Bahkan ada juga cewek anggota Mapala yang memang selalu terpesona dengan ketua mereka itu. Terdengar bisik-bisik dari kaum hawa. "Ganteng banget, ya Lord!" "Sumpah demi apa itu ketua Mapala kita? Tau gitu dari kemarin-kemarin gue gabung masuk Mapala!" "Duh Satria, meleleh adek bang liat senyummu!" "Ketua Mapala kita jomblo nggak? Gue mau dong jadi pacarnya!" Dan banyak lagi lontaran yang diucapkan cewek-cewek di ruangan itu. Shasa hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. "Kenalin, nama gue Satria Dikjaya. Saat ini gue semester enam jurusan Teknik Elektro. Alhamdulillah gue baru diangkat menjadi ketua Mapala pas semester lima kemarin, terima kasih atas kepercayaan yang sudah diamanatkan kepada gue. Salam kenal buat yang baru mau gabung dengan acara ini. Gue harap kalian semua menikmatinya." Mata Shasa tidak berkedip mendengar perkenalan singkat dari Satria. Cowok itu sempat melirik Shasa sebentar, lalu segera mengalihkan pandangannya. *** Shasa mengembangkan senyumnya saat membuka notifikasi chat yang masuk pada ponselnya. Cowok Es Besok berangkat ke dermaga bareng gue, jangan telat bagun! Shasa segera mengetik balasan kepada cowok itu. Shasa Nggak usah, gue udah janjian sama teman gue. Cowok Es Teman lo bareng Teddy. Shasa mendengkus pelan. Dia menghubungi Dian untuk memastikan hal itu. Kalau Rania, gadis itu sudah pasti diantarkan oleh abangnya. "Hallo, kenapa Sha?" tanya Dian di seberang sana. "Besok subuh lo nggak jadi jemput gue emang, sama sopir bokap lo?" "Sorry banget, gue bareng Teddy jadinya. Lagian kasian juga kalau sopir bokap gue pagi buta udah anterin gue, habis itu nganterin bokap gue ngantor. Mumpung Teddy nawarin, ya udah gue iyain." "Hmmm." "Lo bareng Satria aja, gimana? Kata Teddy si cowok es itu bawa mobil sendirian." "Dia chat gue, ngajakin bareng." "Hah, serius? Ciee... ada kemajuan nih! Good luck.” "Au ah, bye! Sampai ketemu besok!" Setelah mematikan sambungan teleponnya, Shasa mengetik balasan chat Satria. Shasa Oke, besok bareng. Jam 5 pagi, Shasa sudah rapih dan memoles mukanya dengan bedak dan make up tipis hingga terlihat lebih natural. Sedikit rambutnya dia jepit ke belakang. Ada sebuah notifikasi masuk ke ponselnya ketika Shasa hendak meraih day pack-nya. Cowok Es Gue udah di depan rumah lo, buruan keluar! Shasa Iya, tunggu bentar. Cowok Es Gercep! Lama gue tinggal. Es batu ngeselin, ngajakin bareng tapi ketus banget! Shasa menggerutu kesal sambil mengantongi ponselnya. Dia mengambil daypack dan segera menuruni anak tangga. "Gue nggak lama, ‘kan?" Shasa saat ini sudah berdiri di hadapan Satria. Cowok itu tengah bersandar di mobilnya. Dia menatap Shasa tanpa berkedip. Walaupun masih subuh, tapi cahaya dari teras rumah Shasa dan lampu jalan bisa menyorot wajah cantik gadis itu. "Sat! Hallo... yuk berangkat!" Shasa menepuk pundak Satria pelan hingga membuat cowok itu sadar dari lamunannya. "Eh, iya buruan!" ujar Satria dingin, lalu dia memutari mobilnya dan masuk di bagian pintu pengemudi. *** Pukul 05:40 mobil Satria memasuki area Dermaga Kali Adem. Ternyata sudah ramai teman lainnya di sana. Keberangkatan mereka masih lumayan lama, sekitar pukul 06:30. Nantinya mereka akan menaiki kapal yang sudah disewakan oleh panitia Mapala. Tidak menggunakan kapal kayu yang penumpangnya berjubel, bahkan sampai ke bagian atas kapal. Panitia telah menyiapkan semuanya agar lebih privasi, tidak bercampur dengan penumpang lain. Kapasitas kapal yang mereka sewa adalah 50 orang, cukup buat peserta sebanyak 40 orang dan dari pihak panitia 6 orang. Per orang dikenakan biaya sebesar 1 juta. Cukup besar karena mereka menyewa kapal itu bukan hanya untuk berangkat dan pulangnya saja. Tapi juga untuk nanti di sana, saat berpindah dari Pulau Harapan ke Pulau Semak Daun, tentunya kapal itu akan berlabuh di Pulau Pramuka. Kemudian baru menggunakan kapal kecil menuju Pulau Semak Daun. Biaya yang dikeluarkan itu semua sudah all included, biaya transportasi, makan dan barbeque, sewa homestay, sewa alat snorkeling, sewa kapal-kapal kecil untuk jelajah pulau dan biaya tidak terduga lainnya. Untuk tenda camping yang akan digunakan pada hari kedua, pihak Mapala kebetulan punya sendiri dan juga camera underwater untuk snorkeling. Pihak panitia benar-benar already prepared. Shasa dan Satria keluar dari dalam mobil. Beberapa pasang mata melirik dua orang itu, mereka berbisik-bisik entah apa yang dibicarakan. Satria cuek, dengan santainya dia berjalan menuju teman-temannya dan bertos ria. Sedangkan Shasa melirik kanan kiri mencari keberadaan sahabatnya. Karena tidak ada lagi yang dikenalnya selain mereka dan gengnya Satria. "Sha, sini!!" teriak Rania melambaikan tangannya dari sebuah tempat duduk. Terlihat juga di sana, Dian yang tengah mengobrol sambil sesekali tertawa dengan seorang cowok. Siapa lagi kalau bukan Teddy, cowok yang akhir-akhir ini sering berkomunikasi dengannya. "Udah nyampe dari tadi lo?" tanya Shasa sembari duduk di sebelah Rania. "Nggak beda jauh dari lo." Sementara itu, Dian yang berada tidak jauh dari Rania belum menyadari keberadaan Shasa. Dia terlalu asik dengan obrolannya. Hingga Shasa menepuk pundak gadis itu pelan. "Issh, apaan sih Ran gangguin gue aja!" kesalnya tanpa menoleh. Teddy yang melihat itu menahan tawanya. "Gue Shasa kali, bukan Rania!" Dian membalikkan badannya. "Eh, Shasa!" ucapnya menyengir. "Seru amat ngobrolnya sampe nggak ngeh gue datang," ledek Shasa. "Guys, gue cabut dulu!” seru Teddy lalu melangkah pergi. "Ciee... ada yang lagi pedekate ceritanya," ujar Shasa setelah Teddy menjauh. "Ih, apaan sih? Enggak, kok!" elak Dian. Namun pipinya tampak merona. "Gimana tadi berangkat bareng pangeran? Seru nggak?" tanya Dian mengalihkan pembicaraan. "Apanya yang seru, dari masuk mobil sampai mau turun itu si es cuma diem aja. Berasa sendirian aja gue di mobil,” keluh Shasa. "Curhat ceritanya?" "Nggak! Lo kan nanya, ya udah gue jawab. Lagian lo tega banget, Dii! Udah janjian mau bareng sama gue juga.” "Ya, sorry. Tiba-tiba Teddy chat gue, lagian kasian juga sama sopir bokap gue takut tar dia kecapean," alibi Dian. "Bisa banget alasan lo! Gue tau kok lo itu sengaja pengen gue berangkat bareng sama Satria, ‘kan? Apa jangan-jangan lo sekongkol sama Teddy?" Shasa menatap Dian penuh selidik. Dian hanya menyengir. Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya kapal mereka berlabuh di Pulau Harapan. Sedikit lebih cepat dari pada kapal kayu yang juga mengangkut penumpang yang mau berwisata atau penduduk sana yang habis ada keperluan dari sekitaran Jakarta. Shasa mengerjapkan matanya ketika menyadari bahwa kapal berhenti, tandanya sudah sampai di tempat tujuan. Beberapa menit waktu kapal baru jalan tadi, dia sungguh menikmati pemandangan di sekitar. Melihat beberapa pulau dan kapal lainnya juga. Namun setengah perjalanan dirinya mengantuk dan tertidur, berbeda dengan Rania yang baru 10 menit berada di kapal langsung tertidur. "Ran, Dii, bangun! Kita udah nyampe.” Shasa menepuk bahu mereka berdua bergantian. Rania dan Dian menguap dan mengucek mata. "Cepat banget!" ujar Rania masih sambil mengucek matanya. Shasa melihat jam di ponselnya. "Udah jam setengah delapan, lumayan lama 2 jam-an. Lonya sih, baru juga naik kapal langsung molor. Dasar pelor!" Emang dari zaman sekolah, Rani gampang sekali tertidurnya. Kalau ada di posisi yang nyaman dan suasana mendukung, bisa langsung berada di alam mimpi. "Yuk turun! Gue udah nggak sabar!" ujar Shasa. Dia sangat excited, tidak sabar untuk melihat pemandangan di luar kapal. Rombongan mereka kemudian turun disambut oleh pemandu wisata pulau itu. Terlihat Jerry berbicara dengan salah seorang pemandu di sana. "Sesuai dengan itinerary yang gue kasih kemarin, sekarang kita istirahat sebentar di homestay. Silahkan sarapan dan kalau ada yang belum mandi tadi pas berangkat, kalian bisa mandi dulu. Nanti jam 9, kumpul lagi di dermaga ini. Kita akan jelajahi pulau-pulau sekitar sini dan juga snorkeling menggunakan kapal kecil," ujar Teddy kepada rombongan yang tengah berkumpul. "Oh ya, satu lagi buat homestay, total cewek kan ada 20 orang, kita bagi menjadi dua kelompok. Dan buat cowok ada 26 orang, jadi menggunakan dua homestay juga. Gue bacain nama-namanya untuk penghuni masing-masing homestay." "Kalian bisa ikutin Mas yang pakai baju merah itu, nanti juga homestaynya saling berdekatan kok!" ujar Teddy lagi. Rania lega, untungnya dia satu penginapan dengan kedua sahabatnya itu. Menuju jalan ke homestay, Shasa tertegun melihat cowok yang sedang mengobrol dengan seseorang, tampaknya orang itu merupakan penduduk pulau ini. Itu bisa senyum-senyum sama orang, lah kenapa sama gue ketus banget! Shasa terus memperhatikan Satria yang sedang berbicara itu. Satria yang menyadari bahwa Shasa sedang memperhatikannya, dia menoleh menatap Shasa dengan ekspresi datarnya. *** Panitia benar-benar disiplin dengan waktu, jam sembilan kurang sepuluh mereka udah berkoar-koar di grup yang dibuat khusus untuk acara ini. Pas jam 9 seluruh peserta sudah berada di dermaga dan bersiap naik ke kapal kayu kecil yang sudah disediakan. Kapasitasnya cuma buat lima belas orang. Tujuan pertama mereka adalah snorkeling di dekat Pulau Putri, alam bawah laut di sana sangat indah. Masing-masing mereka telah di bekali pelampung dan alat snorkeling. "Sha, ayo lompat!" seru Dian yang sudah terjun duluan ke dalam air dari kapal kecil. Mereka saat ini telah berada di dekat Pulau Putri. Shasa menggeleng lemah. Bukannya tidak bisa berenang, tapi dia cuma agak ragu saja. "Ayo dong! Kan lo bisa renang juga, seru di bawah sini," ujar Dian, kemudian menyelam ke dalam air. Dari kapal lain, seorang cowok melihat Shasa yang belum juga turun ke dalam air laut. Dia melompat dari kapalnya dan berenang menuju ke arah kapal gadis itu. "Lompat!! titah Satria ketika sudah sampai di hadapan Shasa. "Gue nggak yakin!" jawab Shasa gemetar. “Takut… “ "Lompat aja, tar gue bantuin!" Dengan ragu, akhirnya Shasa melompat juga. Satria pun langsung menggenggam jemari gadis itu saat sudah berada di dekatnya. Shasa saling bertatapan dengan cowok itu dalam jarak yang lumayan dekat. Tak lama keduanya sadar dan memutuskan kontak mata mereka. Duh jantung gue nggak aman kayaknya. Rania dan Dian terkekeh melihat kedua muda mudi itu. Sementara dari balik kapal Shasa, ada Jerry yang berenang menjauhi keduanya. Dia tahu jika temannya itu memiliki rasa terhadap Shasa. Jerry lebih memilih untuk mundur. "Ayo menyelam!" ajak Satria setelah memastikan alat snorkeling yang digunakan Shasa terpasang dengan benar. Dia tambah mempererat genggaman tangannya pada Shasa ketika sudah mulai menyelam menuju dasar laut. Usai menikmati keindahan laut di sekitar Pulau Putri, kapal kecil membawa rombongan menuju spot lainnya yaitu Pulau Bira. Alam bawah laut yang tak kalah indah di sekitar pulau itu membuat banyak wisatawan takjub. Shasa sekarang sudah tidak merasa takut lagi. Sampai di tempat tujuan, begitu kapal kecil berhenti, dia langsung melompat ke dalam air dan berenang. Satria yang melihat itu mengembangkan senyumnya. Tak lama dia pun ikut melompat dari kapalnya. "Mau nyelam lagi nggak?” Shasa yang sedang asik mengapung di atas air, menoleh. "Sejak kapan lo di sini?" "Baru aja. Nyelam lagi!" ajak Satria dengan wajah datarnya. Shasa mengangguk. Di dalam air, Satria mengeluarkan camera underwater dan mengambil gambar gadis itu. Puas berenang dan snorkeling, pemandu wisata mengarahkan kapal menuju Pulau Panjang. Mereka akan makan siang di Pulau ini dengan nasi kotak yang sudah disediakan oleh penduduk di Pulau Harapan tadi. Sehabis makan siang dan bersih-bersih berganti pakaian, mereka berfoto di pinggir pantai. Ada juga di mengabadikan indahnya pantai di atas jembatan kayu. Menjelang sore, barulah mereka menaiki kapal kembali menuju Pulau Bulat. Bersantai di sana menikmati indahnya pantai sambil menunggu momen sunset. Satria tersenyum tipis melihat Shasa yang sedang bercengkrama dengan para gadis lainnya. Cewek itu sesekali tersenyum, sangat cantik! Waktu berlalu, hingga menampakkan sang surya yang mulai terbenam perlahan. Memang kalau travelling ke Pulau Harapan, rata-rata pemandu wisata di sana akan membawa ke Pulau Bulat ini untuk menyaksikan matahari terbenam. Satria, cowok itu sangat menyukai fenomena alam seperti ini. Tidak hanya sunset, dia juga menyukai momen terbitnya matahari di puncak gunung atau di sebuah bukit yang tinggi. Satria menulis sesuatu di sebuah kertas kemudian menggulungnya dan menaruhnya di sebuah botol kosong. Lalu dia menghanyutkan botol itu. Isi tulisannya adalah, 'Kapanpun kamu ingin melihatku, lihatlah selalu ke matahari terbenam. Aku akan ada di sana' Cowok itu lalu bangkit dan berjalan menelusuri pinggir pantai dengan sebuah camera di tangannya. Dia mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik. Satria menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang menjadi pusat perhatiannya belakangan ini. Satria mengabadikan gambar gadis yang sedang duduk bersama temannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD