Bab 58

2019 Words
 Mesya menatap Dira yang masih tampak tidak sadarkan diri. Wanita itu sudah berbaring di ranjang ini selama dua hari. Kenapa dia tidak kunjung bangun dan sadarkan Dira? Mesya duduk di samping Dira. Mengusap beberapa permukaan kulit Dira menggunakan air hangat dan juga handuk. Sekarang, melihat Dira yang tetap saja diam dalam posisi yang sama selama beberapa hari ini, Mesya merasa bersalah. Seharusnya Mesya tahu apa yang menjadi awal dari masalah ini. Kakaknya itu, dia menanggung banyak beban berat dalam hidupnya. Bertahun-tahun mereka hidup terpisah, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Dira karena selama ini, Mesya seperti putus hubungan dengan Kakaknya. Di masa lalu, mereka juga bukan tipe saudara yang sangat dekat hingga bisa saling menceritakan apa yang terjadi satu sama lain. Tidak, Mesya dan Dira lebih sering bertengkar dari pada duduk dan bicara dengan serius. Sejak kecil, apapun yang terjadi, Bapak dan Ibu selalu mengatakan kalau mereka harus tetap hidup sebagai saudara sampai selamanya. Tidak Mesya sangka kalau Mesya pernah mengingkari janjinya pada kedua orang tuanya. Sekarang, Dira dan Mesya memang sudah jauh lebih dekat. Mereka bahkan bisa tinggal di rumah yang sama. Tapi, lihatlah apa yang sekarang terjadi. Mesya tidak sanggup melihat Kakaknya seperti ini. Keadaan Dira yang terlihat seperti orang tidak sadarkan diri. Bagaimana kalau ada sesuatu yang buruk terjadi? Bukankah seharusnya Dira dibawa ke rumah sakit? Wanita itu harusnya mendapatkan penanganan yang lebih baik. Mesya dan Adrel tidak terlalu tahu mengenai masalah medis. Sekalipun kedua orang tuanya adalah seorang dokter, Adrel juga tetap tidak mengeri apapun hal yang berhubungan dengan medis. Sekali lagi, Mesya mengusapkan kain hangat untuk membasuh kulit Kakaknya. “Mbak Dira harus baik-baik aja. Aku janji akan selalu bantu Mbak Dira” Mesya tersenyum kecil. Tidak, apapun yang terjadi harusnya Mesya tidak terlalu khawatir. Dira akan baik-baik saja. Iya, Kakaknya itu akan baik-baik saja. Kenapa Mesya terus ketakutan? Mesya menggelengkan kepalanya ketika mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Di sana Adrel sedang menyandarkan tubuhnya ke arah pintu dan menatap Mesya sambil tersenyum. Sungguh, tidak ada seorang suami yang sebaik Adrel. Suaminya itu mau saja direpotkan dengan masalah yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengannya. Adrel mau membantu Mesya mengurus Dira yang saat ini memang sedang dalam masalah besar. Lagi, Mesya kembali mengucap syukur karena memiliki suami yang sangat baik seperti Adrel. “Sudah selesai? Kita harus makan malam sekarang..” Adrel melangkahkan kakinya untuk mengangkat wadah air hangat yang tadi Mesya gunakan. Pria itu berjalan menuju kamar mandi lalu membuang airnya. Mesya menatap Adrel sambil tersenyum. Adrel adalah suami yang baik. Bagaimana mungkin dia juga mau membantu Mesya mengurus Dira? Dulu, apa yang pernah Mesya lakukan sehingga dia bisa mendapat suami yang seperti ini? Mesya sangat beruntung. Ini adalah keberuntungan seumur hidup yang belum tentu bisa didapatkan oleh orang lain. “Ayo, Sya. Kamu belum makan dari siang..” Adrel menggenggam tangan Mesya untuk membawanya keluar dari kamar ini. Mesya menatap Adrel lalu kembali tersenyum. Iya, dia memang belum makan sejak tadi siang. Bagaimana mungkin Mesya akan makan ketika keadaan Kakaknya seperti ini? Mesya rasanya sudah melupakan segalanya karena masalah yang terjadi hari ini. Sungguh, bahkan ketika kaki dan tangannya terluka, Mesya bisa melupakan itu semua untuk tetap bisa mengurus Kakaknya. Apa yang Dira lakukan hari ini, itu semua sangat mengerikan. Iya, Mesya tahu jika semua ini terjadi bukan karena keinginan Dira. Wanita itu memang sedang berada di bawah kekuasaan roh yang lain. Mesya memang tidak tahu pasti apa yang terjadi. Tapi, sepertinya Delila akan terus membantu mereka. Wanita itu berubah pikiran dengan sangat cepat. Dia datang di saat yang tepat. Delila akan membantu Mesya untuk menghadapi semua ini. iya, Dira akan tetap baik-baik saja. Mesya yakin akan hal itu. Delila mungkin tidak akan bisa membantu Mesya dengan cepat. Tapi wanita itu mau berusaha membantu Mesya. Iya, itu saja sudah lebih dari cukup untuk Mesya. Adrel membawa Mesya menuruni tangga dengan pelan-pelan. Mesya tersenyum ketika Adrel terus saja menggenggam tangannya dan mencoba untuk membuat Mesya berjalan dengan nyaman. Sungguh, kalau saat ini, kakinya memang sudah tidak terlalu sakit. Adrel mengkhawatirkan Mesya dengan sangat berlebihan. Tadi, ketika Mesya memaksa untuk berlari, dia bisa melakukannya. Ya, sekalipun pada akhirnya Mesya harus menerima sebuah rasa sakit yang cukup menyiksanya. Ah, seharusnya kemarin Mesya tidak bertindak bodoh dengan cara masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kalau saja kemarin dia masuk bersama dengan Adrel, semuanya pasti tidak akan seburuk ini. “Ayo makan, Mesya. Kamu harus banyak makan karena aku yakin, kita butuh energi untuk semua masalah ini” Mesya tertawa pelan ketika melihat Adrel mengambilkan semua makanan untuk Mesya. Pria itu bahkan langsung duduk di samping Mesya dan mulai mengarahkan sendok berisi makanan ke arah mulut Mesya. Untuk sesaat, Mesya rasanya ingin menangis. Ketika ada masalah besar, Mesya masih memiliki Adrel yang akan selalu bersamanya dan juga menjaganya. Tapi, ketika saat itu Dira mendapat masalah, wanita itu tidak memiliki siapapun. Dia ditinggalkan oleh suaminya. Seseorang yang Dira anggap akan selalu menemaninya hingga akhir kehidupan mereka, ternyata orang itu pergi dengan alasan yang paling menyakitkan. Dira sendirian.. wanita itu pasti sangat kebingungan dan ketakutan. Sekarang Mesya jadi merasa bersalah. Bagaimana mungkin Dira melalui semua masalahnya sendiri? “Sya, kamu nggak perlu khawatir. Delila sudah bilang kalau dia akan bantu kita. Mbak Dira akan baik-baik aja..” Adrel menatap Mesya sambil tersenyum. Mesya membalas senyum itu. Iya, Mbak Dira memang akan baik-baik saja. Mesya tahu akan hal itu. Mesya tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Kakaknya. Mereka sudah lama terpisah, sekarang mungkin adalah saat yang tepat untuk kembali memulai segalanya. Mesya akan melakukan apapun untuk membantu Kakaknya keluar dari semua masalah ini. “Adrel, apa Delila selalu berhasil untuk membantu orang seperti Mbak Dira?” Sejak tadi Mesya memang tidak pernah menanyakan apapun yang berhubungan dengan Delila. Mesya tidak tahu apa hubungan antara Adrel dan Delila selain fakta bahwa mereka berdua adalah salah satu teman di kampus. Tunggu dulu, apakah orang seperti Delila juga bersekolah seperti kuliah dan sebagainya? Ini adalah pertama kalinya Mesya menemui orang seperti Delila. Maksudnya, dulu memang sudah ada paranormal yang datang untuk membantu Dira. Tapi, semuanya hanya sebatas itu saja. Mesya tidak pernah berbicara dengan orang semacam itu. kali ini adalah kali pertama dimana Mesya bisa berbicara dan mengatakan apa saja yang terjadi dengan Dira. Delila adalah wanita pendengar yang sangat baik. Mesya tahu jika selain mendengarkan Mesya, wanita itu juga sedang berusaha menebak apa yang sebenarnya terjadi sehingga mereka bisa menemukan solusi atas masalah itu. Kata Delila, jika hanya untuk mengembalikan Dira ke tubuhnya, itu adalah hal yang sedikit mudah untuk dilakukan. Tapi, bagaimana jika setelah Dira kembali ke tubuhnya, iblis juga kembali datang dan berusaha mengusai tubuhnya lagi? Oleh sebab itu Delila berusaha menyelesaikan apa yang terjadi. Wanita itu ingin mencari tahu akar masalah yang terjadi sehingga mereka bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah itu. “Maksud kamu?” Tanya Adrel. Pria itu kembali mengulurkan tangannya untuk menyuapi Mesya. Sungguh, Adrel adalah pria yang sangat sempurna. Dia suami yang hebat dan juga pria yang bertanggung jawab. Mesya menatap Adrel sekilas sebelum kembali memberikan penjelasan mengenai apa yang dia tanyakan. Mesya berharap kalau Delila memang selalu berhasil membantu orang seperti Dira. Mesya hanya takut kalau semua ini akan berakhir sia-sia. Baik Mesya maupun Adrel, mereka berdua tidak mengenal siapapun yang bisa diminta bantuan dalam hal seperti ini. “Iya, apakah dia selalu berhasil menangani kasus semacam ini? Dia terlihat seperti orang yang sangat tahu dengan apa yang terjadi” Mesya kembali menatap Adrel. Adrel meletakkan piring dan juga sendok ke atas meja makan. Untuk sejenak, Adrel menghembuskan napasnya dengan pelan. Mesya tahu jika ini adalah saat yang sangat tepat untuk menanyakan pada Adrel mengenai siapa sebenarnya Delila itu? Mesya sudah sejak tadi ingin tahu. Wanita seperti Delila memang sangat jarang bisa ditemui di dunia ini. Mereka melakukan pekerjaan yang sangat tidak wajar dengan cara berhubungan dengan dunia yang tidak sama dengan dunia manusia. Dira menyebutnya sebagai alam baka. Mesya sendiri sebenarnya tidak tahu hal-hal seperti itu. Bertahun-tahun yang lalu, Mesya memang pernah mengalami hal yang cukup mengerikan. Tapi semuanya hanya sampai di situ saja. Beberapa saat berlalu dan Dira semakin membaik. Setelah wanita itu baik, Dira langsung meminta menikah dengan Damar. Iya, itu adalah pernikahan yang cukup fenomenal di desa. Banyak yang menyayangkan keputusan Dira yang ingin menikah dengan Damar. Ya, banyak juga yang berpikir kalau Dira sudah kena guna-guna. Saat itu, metode mengerikan semacam itu memang masih sering digunakan di desa. Tapi, kalau menurut Mesya, Dira tidak akan mungkin di guna-guna. Sejak awal, Dira sendiri yang tertarik dengan Damar. Bahkan awalnya Damar yang terlihat sangat tidak suka dengan Dira. Dalam waktu yang sangat singkat, pria itu bisa berubah pikiran dan meminta untuk menikah dengan Dira. Sungguh, semua orang juga sangat tahu bagaimana tabiat Damar. Pria itu tidak suka terikat dalam satu hubungan serius yang akan membuatnya tidak bebas untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Tapi, memang begitulah yang terjadi. Damar menikah dengan Dira. Mereka juga terlihat sangat bahagia saat itu. Mesya melihat sendiri dengan mata kepalanya. Damar dan Dira adalah pasangan yang cukup jarang bertengkar. “Aku kenal Delila sejak aku kuliah. Dia wanita yang cukup misterius di kampus. Aku lupa gimana awalnya, tapi seiring berjalannya waktu, aku dan Delila malah jadi dekat. Dulu bahkan ada beberapa orang yang mengira kalau kami berpacaran” Mesya mengernyitkan dahinya ketika mendengar penjelasan yang Darel berikan. Sekalipun Mesya tidak pernah berkuliah, Mesya jelas sangat tahu kalau Delila dan Adrel berbeda jurusan sehingga sangat mustahil jika mereka menjadi dekat. Ah, tapi Mesya memang tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam dunia perkuliahan, bukan? Mesya hanya seorang gadis desa yang sudah sangat bangga karena bisa lulus SMA. Dulu di desa, rata-rata wanita putus sekolah setelah lulus SMP. Dira dan Mesya termasuk ke dalam gadis yang cukup beruntung karena bisa melanjutkan sekolah sampai ke SMA. “Awalnya aku nggak tahu dia itu sebenernya siapa. Aku pikir dia sama kaya anak-anak yang lain.. ternyata aku salah..” Adrel menatap Mesya dengan pandangan serius. Mesya pikir dia tidak perlu menyela omongan Adrel. Pria itu perlu waktu untuk menjelaskan sesuatu yang sudah sangat lama terjadi. Iya, Mesya mengerti akan hal itu. Jika benar Adrel sudah mengenal Delila sejak dia kuliah, itu artinya mereka adalah teman lama yang cukup dekat karena sampai sekarang saja Adrel dan Delila masih saling mengingat satu sama lain. Mesya ingin tahu seberapa dekat hubungan suaminya dengan wanita itu. tidak, Mesya tidak merasa cemburu atau apapun itu.. Mengenai candaan yang Delila ucapkan ketika mereka pertama kali bertemu, Mesya juga tidak mempermasalahkan hal itu. Mungkin Delila memang tipe wanita yang sangat suka bercanda di beberapa saat tertentu. Masalahnya, kenapa Adrel sama sekali tidak pernah menceritakan Delila pada Mesya? Selama ini, banyak sekali cerita mengenai masa lalu Adrel yang diketahui oleh Mesya. Pria itu suka berbagi kisah masa lalunya dengan Mesya. Sayangnya, seingat Mesya, Adrel tidak pernah mengatakan apapun mengenai Delila. “Waktu itu lagi ada hujan deres banget. Kami berdua lagi nongkrong di kantin bareng temen-temen kami yang lain. Hujannya deres, beberapa kali ada petir juga. Aku nggak tahu gimana, tiba-tiba slaah satu cewek yang ikut nongkrong di situ, dia teriak-teriak kaya orang kerasukan. Semua orang panik banget, Sya. Kami semua sangat awam dengan hal-hal kaya gitu” Mesya menganggukkan kepalanya. Benar, melihat teman sendiri sedang kerasukan di depan mata kita. Itu adalah hal yang paling mengerikan. Apalagi kalau tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan. Mesya sangat mengerti dengan keadaan yang sedang Adrel ceritakan. “Tiba-tiba, Delila datengin cewek itu. semua orang jelas langsung minta Delila buat menjauh karena takut kalau dia malah diserang atau semacamnya. Tapi kamu tahu? Sejak saat itu jati diri Delila jadi terungkap. Semua orang menganggap Delila sebagai cewek yang aneh karena dia bisa sembuhin orang yang lagi kerasukan” Mesya mengernyitkan dahinya. Aneh? Semua hal itu memang cukup mengerikan. Tapi untuk orang yang bisa membantu menghentikan sesuatu yang mengerikan, kenapa orang lain harus menyebutnya aneh? Sungguh, kadang dunia memang sangat tidak adil. Bakat yang dimiliki Delila sangat berguna untuk banyak orang. Sekarang Mesya sangat tahu jika di luar sana ada banyak sekali orang yang sedang kebingungan karena mencari bantuan untuk menyelesaikan hal yang berhubungan dengan supranatural. Tapi, kenapa Delila malah disebut aneh? Mesya saja sampai harus memohon untuk mendapatkan bantuan Delila. Wanita itu adalah penyelamat.. dia membantu banyak orang. “Semua orang jauhin dia, Sya. Aku sejujurnya berusaha untuk nggak menjauh dari dia karena aku rasa, dia nggak pantes mendapat semua omongan miring dari anak-anak. Tapi, apa yang bisa aku lakuin? Kami berda jurusan. Aku Cuma bisa temenin dia kalau kita lagi sama-sama nggak ada kelas. Setelah itu? Aku sama sekali nggak tahu omongan apa aja yang harus dia terima dari temen-temennya” Adrel melanjutkan ceritanya. Kali ini, sepertinya Mesya bukan hanya mendapat jawaban dari satu pertanyaannya saja. Mesya mendapatkan semua jawaban bahkan dari pertanyaan yang belum sempat dia tanyakan.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD