Dari Lombok

1516 Words

Menyenangkan itu saat bisa melakukan apapun yang diinginkan. Ketika dirinya menunjuk permen kapas, Samudra mengangguk mengizinkannya. Daripada berkencan dengan seorang perempuan, Samudra lebih merasa sedang mengasuh seorang anak kecil. “Om, mau naik itu.” “Nggak, kita pulang sekarang.” “Ih, kapan lagi ke sini. mana naik yang begituan lagi. Nanti gimana kalau janin di kandungan aku ileran?” “Mana ada,” ucap Samudra menatap heran pada perempuan yang tengah membulatkan matanya, mencoba untuk membuatnya mengizinkan. “Sana sendiri,” ucapnya demikian. Ini sudah malam, sudah seharusnya Samudra mengantuk dan terlelap. Namun keberadaan Sena benar benar menyebabkan siklus hidupnya yang teratur menjadi berubah. Kini lebih banyak ketidakpastiaan. Seperti sekarang, Samudra sedang duduk di bangku k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD