Aku mendengus kesal, Mas Arya belum sempat menjawab pertanyaanku ketika sebuah dering telepon membuyarkan percakapan kami. Ku lihat ia hanya menatap dengan sudut mata seperti tak berani mengangkatnya, mungkin karena kemarahanku tadi. "Angkat saja!" ucapku sambil beranjak. "Naya yang telepon." "Iya tidak apa-apa, angkat saja! Ku lihat ia ragu untuk mengangkat, meskipun akhirnya diangkat juga. "Kenapa?" Suaranya terdengar ketus. "Masa kaya gitu aja gak becus, aku juga kan baru pulang dari sana. Kamu pikir gak lelah?" Terdengar ia menggerutu lagi. Aku masih belum beranjak dari kamar dan mendengarkan ia terus bergerutu. Hingga puncaknya ia sedikit membentak kemudian mematikan telepon. "Kenapa sih, Mas?" Jangan seperti itu. Pelankan suaramu saat bicara dengannya. Seberapapun kamu marah