Sore ini, Januar kembali hadir. Mengisi salah satu kursi ruang tamu. Duduk diam sembari menatap Mama penuh penyesalan. Kemeja kerja yang dikenakan sedikit basah. Di luar gerimis. Dan Januar memang baru saja mengunjungi makam Sabria sembari membawakan sebuket mawar putih. Satu kegiatan yang selalu dilakukan semenjak Sabria pergi. Yena hadir. Membawakan dua gelas teh manis hangat. Meletakkan sedikit lebih kasar, karena nampaknya Yena masih belum bisa diajak berdamai untuk saat ini. “Diminum dulu, Nak,” ucap Mama. Januar mengangguk sembari tersenyum samar. Hatinya kembali dibuat menyesal. Setelah Januar menyakiti Sabria sampai sedalam itu dengan hasil akhir berupa persakitan yang jauh lebih menyiksa, Mama masih bisa menunjukkan senyuman serta sikap ramah. “Maaf karena mengganggu wakt