Tautan bibir itu tidak juga terlepas meski Diva memukul-mukul dan mendorong dadanya. Juna masih belum rela melepaskan bibir manis Diva. Ia masih belum puas memainkan dan merasakannya. Namun, akhirnya Juna melepaskannya juga. Ia mengalah pada kebutuhannya akan oksigen.Dengan sangat tidak rela Juna melepaskan bibir Diva. Namun, ia tidak melepaskan sepenuhnya. Ia masih tidak rela. Diva duduk dengan gelisah di pangkuan Juna. Dia menggeliat ingin melepaskan diri, tapi tangan Juna yang membelit pinggangnya tidak mengizinkan. Bibir dan lidah pemuda itu menjalari lehernya. Terasa geli dan basah, membuatnya semakin serba salah. Tubuhnya terasa aneh, panas dan ada rasa lain yang tidak dijelaskan. Bukan tidak dapat dijelaskan, hanya dia saja yang tidak mengetahui namanya. "Juna!" Diva memekik, an