BARU saja Kinanti hendak merebahkan tubuh, HP yang tergeletak di atas karpet beludru kecil yang tergelar di lantai kamar, berdering nyaring. Kinanti melirik jam di dinding. Pukul empat belas. Tadinya, dia hendak istirahat. Melepas penat setelah seharian beraktivitas. Berjualan berkeliling lalu dilanjut membantu Warni dan Lastri melayani pembeli. Tengah banyak pesanan minuman untuk kegiatan di gedung olah ragu yang berada di sekitar komplek. Kinanti menghampiri karpet, tubuhnya agak condong dan tangan kanannya memungut benda pipih itu. Dadanya bergetar melihat siapa yang menelepon. Dia tidak menyimpan nomor itu tetapi kenal dengan nomor itu. Beberapa hari lalu, nomor itu meneleponnya dan berhasil membuatnya tak bisa tidur semalaman. Perbincangan yang tidak lama, hanya lima menit lantaran