Chapter 5 : Pertengkaran hebat antara Kasih dan Jhon

1169 Words
Chapter 5 : Pertengkaran hebat antara Kasih dan John. - PCC - "Hai, kamu? Mau kemana kali ini?" sapa seseorang yang telah duduk di bangku depan Citra. "Hai, kamu? Aku mau balik ke tempat yang dulu lagi." ujar Citra. "Senang bisa ketemu kamu lagi, btw kita belum sempat kenalan dulu, siapa nama kamu?" tanya laki-laki itu. Badannya tinggi dan tidak terlalu besar, alias kurus. Tapi terlalu terlihat bahwa dia kurang sedikit ideal dengan tinggi badannya. Kulitnya kuning Langsat dengan surai hitam. Ada tatto di lengan kirinya. "Aku Citra, kamu dari mana? Atau mau kemana?" timpal Citra. "Perjalanan pertama aku pulang kampung juga, ibu aku meninggal. Perjalanan kali ini masih sama dengan berita duka, ayahku telah wafat," ucapnya dengan sedikit senyum yang di paksakan. "Benarkah? Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih," sesal Citra. "Tidak masalah, aku tahu semua yang hidup pasti akan meninggal dan pergi. Bagaimana kerjamu?" ucap laki-laki itu mengalihkan topik. "Alhamdulillah semua lancar. Kamu kerja juga di sana?" tanya Citra. "Iya, aku membangun sebuah tempat percetakan kecil-kecilan. Yah, yang bisa memberiku kehidupan sebelum dan sesudah kejadian ini," tuturnya. "Sekali lagi aku minta maaf. Semangat ya, aku tahu kamu kuat," hibur Citra. "Aku boleh minta nomor ponselmu? Siapa tahu kita tetangga di sana. Nanti kita pulang bareng gimana?" usul pria itu. "Nomor ponsel? Buat apa? Aku tidak ada ponsel," kilah Citra. "Rupanya kau adalah gadis yang tidak pandai berbohong." Pria itu mengambil ponsel Citra yang berada di meja kecil yang menempel pada jendela itu. "Lantas ini milik siapa?" tanya laki-laki itu. "Hah? Ini ... Ini?" Citra gugup dan salah tingkah akibat ulahnya sendiri. Laki-laki itu tanpa ijin membuka ponsel Citra yang tidak diberikan keamanan tambahan. Pria itu menekan nomor ponsel miliknya sendiri pada ponsel Citra. Tidak berapa lama ponsel laki-laki itu berbunyi. "Thanks ya, lain kali kalau mau berbohong latihan dulu," kikih laki-laki itu. Wajah Citra bersemu merah karena malu. Ia benar-benar merasa ditelanjangi dengan sikapnya yang konyol itu. Obrolan mereka berlanjut hingga kereta yang mereka naiki telah tiba di stasiun Kota Bougenville itu. Hujan tengah turun di kota itu. Membuat udara semakin dingin dan lembab, becek akibat genangan air di mana-mana. "Mau aku antar pulang?" tawar pria itu. "Tidak perlu, saya bisa naik angkutan umum. Lagian saat ini hujan. Tentu akan sangat merepotkan kamu bukan?" tolak Citra dengan halus. "Tidak masalah jika kamu mau, jangankan hujan air hujan batu pun aku siap mengantarmu kemanapun," canda laki-laki itu. "Gombal, sudah ya aku duluan," pamit Citra, ia berjalan menjauh dengan tas di punggungnya dan memberhentikan angkutan umum. Semoga kita bertemu lagi Citra, kau bahkan tak menanyakan siapa namaku? Lucu. Batin Deny. Yah pria di kereta beberapa waktu lalu adalah Deny, laki-laki yang bertemu kembali dengan citra hari ini adalah Deny. Sejak saat itulah Deny menyukai perangai dari seorang Citra yang lucu, dan jujur. Ceria serta pekerja keras. Dari semua cerita yang ia dengar dari Citra, ia tahu bahwa Citra adalah wanita tangguh yang memang pantas untuk diperjuangkan. "Kita akan bertemu lagi, aku yakin itu." gumamnya sembari terus menatap kepergian Citra. ------ Alur mundur 3 hari yang lalu. - PCC - Di rumah hunian impian para wanita yang telah berumah tangga. Tidak semua wanita menginginkan rumah yang besar dan mewah tapi ada juga sebagian wanita yang ingin memiliki rumah sederhana, tetapi nyaman untuk di tinggali. Seperti halnya Kasih. Usai liburan selesai ia kembali lagi ke rumah yang sudah bertahun-tahun menjadi tempatnya berteduh. Dengan suaminya Jhon yang tak lain adalah bule dari Amerika itu. Ia menetap di Indonesia demi bisa bersama dengan gadis pujaannya Kasih. Kasih adalah pegawai Bank, di bagian Customer servis. Sedangkan Jhon dia adalah pemilik salah satu Hotel restoran di Kota Bougenville itu. Sore hari pukul lima Kasih dan Jhon sedang bersantai di halaman belakang rumahnya sembari membakar ikan juga daging. Mereka tengah berpesta BBQ. Ponsel Jhon berdering berkali-kali saat Jhon pergi mengambil tambahan daging. Kasih yang risih dengan deringan ponsel itu lalu mendekat pada meja yang berada tidak jauh dari dirinya itu. Tangannya meraih benda pipih yang masih bergetar dan bising itu. Kasih begitu terkejut melihat *name tag* yang ada di layar ponsel canggih itu. Rasty? pikir Kasih. Kasih mencoba membuang pikiran buruknya. Mungkin dia hanya sekertaris Jhon, atau mungkin klien Jhon. Kasih meredam amarah yang belum terbukti itu. Kasih menggeser ikon hijau dan mendengarkan tanpa bersuara. Ia ingin mendengar siapa dan kenapa orang itu menelepon Jhon. "Mas? Kenapa lama sekali angkat teleponnya? Aku rindu. Kamu di mana? Apa istrimu masih ada di sampingmu? Cepat kemari ya, aku menunggumu." ucap seseorang wanita dari seberang. Dengan suara yang mendayu-dayu manja. Kasih yang mendengar itu dari mulut wanita lain, langsung lemas tak berdaya. Ponselnya terlepas dari genggamannya. Kakinya melemas dan ia jatuh tersungkur di bawah meja. Ia sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Tak menghiraukan apapun yang ada di sekitarnya, tak perduli dengan ikan dan daging-daging yang dipanggang telah gosong. Hatinya remuk, hancur, perih dan teriris. Seakan perasan air jeruk menyiram lukanya. Ia tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menangis tersedu-sedu. Menunduk memegang d**a serta meremas bajunya. Berharap itu bisa mengurangi rasa sakit yang ia rasakan. "Kau, kau mengkhianati aku Jhon? Apa salahku? Apa dosaku padamu?" lirihnya, ia masih terus menangis. Hingga Jhon datang dengan satu kotak daging yang ia bawa. Jhon lantas menghampiri Kasih yang tengah bersimpuh di bawah meja. "Baby, kenapa? Apa kau terluka?" tanya Jhon. Sungguh drama yang hebat yang tengah di ciptakan oleh Jhon. "Kenapa? Kenapa kamu lakukan ini sama aku Jhon? Kau biadab. Pergi kamu dari hadapanku. Aku muak melihat mukamu!" teriak Kasih didepan wajah Jhon. "Ada apa baby? Aku tak mengerti apa yang kau katakan." kata Jhon. "Siapa Rasty? Dia bilang dia merindukanmu, pergilah! Pergilah dari sini Jhon! Pergi!!" Kemarahan Kasih semakin memuncak saat mengatakan bahwa ada seorang wanita lain yang tengah merindukan suaminya. Ia memukul-mukul d**a Jhon. Jhon mencoba menenangkan Kasih. Mendekap dan meluluhkan kembali hati Kasih. Namun kemarahan Kasih lebih besar dari hanya sekedar kepura-puraan Jhon. Kasih berlari menuju kedalam rumah dan mengunci diri di kamar. Ia tak pernah keluar dari kamar sejak hari itu. Alur kembali normal. Hingga sudah 3 hari Kasih masih mengurung diri di kamar. Ia tak mengisi perutnya walau hanya dengan segelas air. Jhon berusaha membujuk Kasih, meminta maaf akan kesalahannya. Ia menyesal ia ingin kasih membuka pintu dan mengijinkan Jhon masuk. Yang ada dipikiran Jhon adalah ia ingin berdua kembali dengan Kasih, melepaskan apa yang perlu ia lepaskan pada Kasih. Sudah 3 hari ia tak membelai lembut wajah wanita cantik yang menjadi istrinya selama bertahun-tahun itu. Jhon memang tak pandai bersyukur, memiliki istri yang baik, pandai merawat diri seperti Kasih. Dia justru mencari kesenangan di luar sana yang belum tentu wanita itu lebih baik dari Kasih. Jhon semakin uring-uringan dan cemas dengan keadaan Kasih. "Baby, bukalah sebentar pintunya. Aku membawakanmu makan. Makanlah sedikit. Sudah 3 hari kamu belum makan baby, aku takut kamu sakit." bujuk Jhon. Namun tidak ada jawaban dari dalam. Anak-anak Kasih, ia tak tahu jika kedua orang tuanya bertengkar. Mereka asik dengan hiburan mereka masing-masing. Apa yang terjadi dengan kasih apa dia nekat mencelakai dirinya sendiri? Hanya demi laki-laki b******k seperti Jhon?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD