Mencari masalah.

1199 Words
Sandra masih terus berjongkok sesegukan menangisi kebodohannya dan juga ucapan-ucapa Alan yang menyakitinya. Padahal dahulu semuanya bisa ia lawan dan bisa ia sikapi biasa saja namun kini entah kenapa ia seakan begitu rapuh ia menjadi lebih cengeng dengan perasaanya. Ting. Suara pintu besi terbuka, seketika menyadarkan Sandra, ia cepat bangkit menarik tas miliknya dilantai untuk segera berlari pergi dari sana, demi apapun dia tidak ingin melihat wajah Alan lagi. Masih terus terngiang seperti apa Alan membanggakan Jessy membandingkan dengan dia si gadis manja yang hanya bisa berbuat hal bodoh dan hanya seorang anak mami yang bisanya hanya membuat masalah jika berada diluar. "Aku bisa lebih baik dari dia, aku bisa! ALAN. Persetan dengan Jessy!" Gerutu Sandra. Sandra melepas stilettosnya yang rasanya sangat tidak nyaman sekali itu, memilih bertelanjang kaki berjalan cepat sekali menuju pintu utara menghindari lobby yang mungkin saja Alan menyusulnya, beberapa mata tampak menatapnya heran dan tidak bekedip sesosok gadis cantik nan berantakkan seperti habis mendapati sebuah serangan atau tindak kejahatan. “BABY!!” Alan melihat Sandra berbelok arah, membuat Sandra melambat menangkap suara yang sudah sangat ia kenal itu, sedetik kemudian Sandra segera berlari kencang ke pintu keluar menabaraki siapa saja yang akan masuk. Alan pun berlari mengejar adiknya itu hingga ia pun keluar lewat pintu dimana ia lihat Sandra tadi pergi, “Baby!!” Alan terus memanggil, namun tidak membuat langkah Sandra berhenti. Tiba-tiba saja Sandra melihat seseorang lelaki yang baru saja turun dari mobil, Sandra kemudian berlari kearah laki-laki itu dan mendapatkan sebuah ide cemerlang untuk lari dan membuat Kakaknya panik. “Mas! Terimakasih sudah mau jemput aku…” Tarik Sandra tangan lelaki tampan berstelan kemeja rapi, seperti orang kantoran. Lelaki itu terperangah.“What? Mas apa?” “Please, mas berpura-puralah," Bisik Sandra, "Tolong saya mas, sesuatu yang buruk sedang menimpa saya, saya harus pergi dari sini.” Tunjuk Sandra ke arah Alan yang berlari mencari belum melihat yang di lakukan Sandra. Sesaat kemudian Alan berhenti namun dengan sorot mata yang tajam melihat adiknya itu dengan seorang lelaki yang tidak asing baginya itu, begitupun lelaki yang tangannya masih dipegang Sandra erat itu, keduanya saling bertatapan dari jauh, terlihat seperti sekutu yang sedang bertemu, hawa dingin seketika menyergapi keduanya. “Sandra apa yang kamu lakukan!” Teriak Alan di beberapa meter jauh disana. “Tuh kan, please tolong saya, bawa saya keluar dari kawasan apart ini, di halte luar sana minimal...ayolah kumohon! ” Sandra semakin panik langkah Alan semakin cepat ia tampak sangat murka dan siap menarik kasar Sandra, “Ah,berengsek, nggak guna! Minggir lo sialan, mending gue lariii dari tadi!” “Tunggu! Ayo, naik.” Tari lelaki itu tangan Sandra langsung dia mempersilahkan Sandra segera masuk kedalam mobilnya. Alan semakin terperangah, “Sandra!Turun kataku. SEKARANG!” Lelaki itu masuk kedalam mobilnya mengacuhkan Alan segera menggerakkan mobilnya siapa pergi. Namun Alan berlari menghalangi cepat dan menghalanginya. “Turunkan adikku! Jangan mencari masalah.” Sandra menggigit jemarinya, “Cepat pergi! Jangan buka jendelanya.” Lelaki yang siap mengemudi itu tersenyum, “Kau adiknya?” ia sedikit terkesiap masih terus melengkungkan senyuman, tidakmengingdahkan ucapan Sandra kemudian ia segera menurunkan jendela mobilnya. “Adik Alan?” “Turunkan dia.” “Jalan!” Teriak Sandra, “Dia temanku, bukan urusan kakak siapapun yang mengantarkanku, selagi dia baik.” Lelaki itu tersenyum seperti memang suka sekali melihat kemurkaan Alan, “Aku antarkan tuan putri pulang sekarang, dan memastikan dia akan selamat sampai tujuan tidak lecet sedikit pun.” Lelaki itu tersenyum begitu merekah, lalu mengakiri kepergiannya dengan sebuah suara klaksonnya seperti mengejek segera pergi dari sana. “SANDRAAAA!” Alan berteriak frustasi namun tidak lagi Sandra hiraukan dia lebih lega menjauh dari sana. Dan Alan kemudian pergi menuju mobilnya mengejar sanga adik. Di dalam mobil Sandra mulai mengatur dirinya, baru kali ini dia menjadi sangat pembangkak kepada Alan, Sandra tahu ketenangan ini hanya sementara, nanti Alan pasti akan membuat peritungan menghukum dan memarahinya habis-habisan, bagi Sandra yang terpenting saat ini dia sudah merasa sangat puas, membuat sang kakak kesal. “Eh iya maaf sudah ngerepotin,” Sandra mulai berbasa-basi, “Kamu kenal kak Alan? Temannya atau tetangga di apart? Baiklah turunkan aku disana.” Tunjuk Sandra sebuah halte,”Sekali lagi maaf merepotkan, maaf…” Lelaki asing yang Sandra repoti tadi tidak menurunkan Sandra di jalan, dia bersedia mengantarkan Sandra pulang kerumahnya. Sandra dan dia pun berkenalan, lelaki itu bernama Roman Alvaro dia merupan teman satu sekolah Alan dan Jerry. Dia juga baru pindah ke appartement yang sama dengan Alan tersebut dan tidak tahu jika Alan tinggal disana. “Oh, jadi kak Roman kenal kak Alan, eh tapi kok kaya musuhan sih? Biasanya aku ya kalau ketemu teman satu sekolah itu excited gitu.” Roman melengkungkan senyum tipis, “Biasa aja, mungkin wanita dan pria berbeda, aku baru tahu kalau Alan punya adik perempuan, setahuku hanya Jerry saja.” “Hemm, sama kak Jerry dekat? Kak Jerry lagi dapat kerjaan di NYC.” “Oh ya? Sudah lama tidak bertemu dia, kalau sama Jerry pernah satu tempat gym bareng, beberapa kali ketemu dulu, kalau boleh tahu tadi kenapa? Kamu dengan Alan, ada masalah?” Sandra menggelengkan kepalanya, “Tidak ada, aku hanya sedang bête aja sama kak Alan.” “Bukan sedang buat salah?” Ejek Roman, “Sorry bercanda, ngomong-ngomong Alan sudah menikah?” Sandra melampirkan smirk malasnya, “Hemm, mungkin sebentar lagi, ini baru mau tunangan.” “Oh ya? Sandra, hemm…nama yang bagus, apa kegiatan kamu, kuliah? Kerja atau jadi adik yang baik Alan dirumah duduk manis.” Ini orang nyindir atau bagaimana? “Sorry, bercanda…masih tinggal dirumah yang lama?” Lelaki bernama Roman itu bersuara lagi. “Masih dirumah lama, tahu?” “Ya, dulu Jerry pernah minta antarkan pulang.” Lirik Roman pada Sandra yang acuh melihat ke arah jalanan. Sandra memilih diam selama di perjalanan dan laki-laki bernama Roman itu juga tidak ingin banyak bertanya lagi dia seakan paham Sandra tidak suka banyak ditanya-tanya, tanpa terasa mereka pun tiba di kediaman mewah milik keluarga Nathan itu. Sandra segera melepas seat beltnya danseketika matanya membola, ia lihat didalam sana mobil milik Alan sudah terparkir sembarang, helaan nafas Sandra mengudara berat, ‘Bencana aku pulang…’ Sudah bisa Sandra tebak semarah apa Alan, setelah tingkahnya semalam di club, Alan jemputnya, mendapati perlakuan menjijikan adiknya sendiri, dia yang bahkan gila kerja libur gara-gara Sandra dalam keadaan mengkhawatirkan ada di appartemen miliknya dan baru saja Sandra lagi dan lagi kembali memancing harimau yang sedang emosi semakin meledak-ledak. “Rasanya ingin mati saat ini juga.” “Apa?” “Ah tidak ada, terimakasih ya…maaf sekali lagi.” ucap Sandra segera turun. Roman segera menurunkan jendela mobilnya melihat Sandra yang turun membuat Sandra berbalik lagi untuk berbasa-basi memberikan anggukan hormat lalu pergi. Dari dalam sana Alan sudah melihat Sandra yang turun dari mobil Roman dengan tatapan sengitnya, wajahnya juga sangat menjelaskan dia sedang murka sekali. Rora sang ibu tidak paham apa yang terjadi Alan terlihat marah sekali, ia bertanya-tanya kepada Alan apa yang Sandra lakukan. Rora takut Sandra berbuat salah, Rora takut sekali jika anak sulungnya si pendiam itu sudah marah, dia selalu bertindak keras dan berani, ayah mereka saja takut pada Alan jika membuat kesalahan. "Alan?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD