Perjalan Rora dan Sandra pagi ini cukup jauh, mereka mungkin akan menempuh waktu hampir 2 jam utuk sampai ketempat tujuan.
Rora membiarkan Sandra terus menyandar pada bahunya sembari ia terus memberikan usapan-usapan lembut pada rambut putri kesayangannya itu.
Sejenak Rora tersadar, membuatnya terbawa pada ingatan lalu kini putri kecil yang ia bawa dari panti dan mengalami penyakit pencernaan kronis hingga mengalami gizi buruk kala itu sudah besar dia tumbuh begitu cepat.
Entah bagaimana bisa dia menerima Sandra dengan mudahnya padahal dia adalah anak dari selingkuhan suaminya yang sengaja di tinggalkan di panti lalu lalu wanita yang membuanganya itu itu pergi dan menghilang.
Sandra membawa kebahagian yang teramat dahsyat untuk Rora setelah ia di vonis tidak lagi bisa mengandung, Sandra datang disaat yang tepat walau dia tidak tumbuh seperti anak lain dulu, hanya memiliki berat badam 11 kilogram padahal usianya sudah 5 tahun.
Sandra bahkan terus sakit-sakitan dia nyaris dikatakan memiliki usia yang tidak panjang, namun Rora dengan penuh cinta dan keyakinan terus mengusahakan agar Sandra bisa pulih dan tumbuh normal seperti anak lain.
Entah dimana ibu kandung Sandra dia begitu tega meninggalkan anak yang dalam kondisi tidak baik seperti ini ke panti, apakah dia tidak punya dana dan sudah menyerah dengan keadaan anaknya sendiri lalu membuat keadaan supaya David Nathan mengambil anak itu, beberapa kali Rora mencari selingkuhan suaminya itu sebab Sandra terus mencarinya namun ia sama sekali tidak pernah menemukannya lagi.
Hingga Rora pun lelah sebab tidak juga bisa menemukannya Rora memutuskan untuk menganggap ibu kandung Sandra itu sudah mati, dan jangan berharap dia bisa membawa putrinya lagi suatu hari nanti sebab dia sudah menelantarkannya.
Hingga tahun ke tahun pun berlalu akhirnya di usia Sandra ke 8 tahun, semesta mengabulkan segala usaha dan doa-doa Rora, Sandra berangsur membaik bahkan bisa dikatakan sembuh dan tumbuh normal lagi seperti anak lain.
Sandra tumbuh menjadi anak kecil yang cantik dan pintar, Rora memberikannya segala fasilitas terbaik untuk segala pendidikan, kesehatan dan semua hal, segala ketulusan hati Rora membuat Sandra begitu mencintai dan bergantung padanya, Sandra tidak bisa jauh-jauh dari Rora dia selalu ikut bersama Rora kemanapun yang mana ia juga pernah mengalami trauma ditinggalkan ibunya di panti, membuat Sandra begitu takut Rora meninggalkannya.
“Mama— jangan tinggalin Baby….baby takut…” Tangisan Sandra yang selalu Rora ingat hingga sekarang jika Sandra bangun tidur tidak melihat Rora berada dirumah.
Sandra tumbuh menjadi anak yang riang diantara kedua kakak-kaka lelakinya, Alan dan Jerry, mereka pun begitu menyayangi Sandra, tidak pernah sedikitpun terbesit rasa iri dan benci pada Sandra, bahkan ketika ibu mereka lebih mengutamakan adik kecil mereka yang jaraknya lumayan jauh hampir sekita 10 tahunan itu.
“Alan, Jerry! Mama mau ke arisan lihatin Baby dia lagi tidur, jangan dibuat nangis, jangan di usili, mama nggak mau dengar baby telepon mama suruh pulang karena kalian jahilinnya!”
“Jerry tu bilangin, dasar rese!” umpat Alan pada Jerry.
“Sandra aja yang cengeng, sudah mama tenang pergilah semuanya aman!” ucap Jerry kemudian.
Rora tersenyum kala mengingat itu, Jerry begitu suka menjahili Sandra yang memang sangat cengeng, sementara Alan yang akan selalu menenangkan adiknya itu saat menangis, Sandra begitu beruntung mempunyai kedua kakak yang memiliki dua karakter berbeda.
Jerry yang selalu membuat dia menangis namun juga selalu membuat dia tertawa karena keusilannya. Sementara Alan adalah kakak yang bijaksana, dia tidak suka bermain tapi selalu menjadi tempat ternyaman dan menenangkan saat Sandra sedang menangis dan ada masalah.
Keduanya memang begitu peka terhadap Sandra, dari Sandra datang sakit-sakitan kedua kakak beradik itu membantu Sandra untuk pulih mereka tidak malu membawa Sandra bermain keluar agar dia merasa gembira dan memperkenalkannya sebagai adik perempuan mereka seperti apapun kondisinya.
Alan dan Jerry juga selalu yang paling panik saat Sandra sakit atau kenapa-kenapa keduanya juga sering menangisi adiknya itu yang memang dulu kala sangat rentan sekali sakit dan membuat rumah sakit sudah seperti rumah sendiri.
Begitupun dengan David Nathan, lelaki itu hingga hari ini dia bahkan tidak tahu bahwa Sandra adalah anak dari selingkuhannya dengan sang mantan, dia sangat menyayangi Sandra bahkan sering memarahi Jerry dan Alan jika membuat Sandra atau Baby kesal.
Sandra bahkan masih sering tidur menyalip diantara David Nathan dan Rora hingga sekarang, dia semanja dan sedekat itu dengan kedua orang tuanya itu.
Rora masih enggan membuka, ia enggan mengungkit rasa sakitnya, Sandra mencoba ikhlas mungkin juga itu salah dia, dia yang pernah meminta David Nathan menikah lagi dan mendapatkan ibu sambung untuk Jerry dan Alan, tapi kenapa?
Tapi kenapa mereka harus bersama sebelum dia yang sakit benar-benar mati, hanya itu yang Rora sesali hingga sekarang, namun terus ia tutup biarlah menjadi masa lalu, semua orang pernah buat dosa termasuk dia juga meski bukan berselingkuh.
Tapi bagaimana pun dahulu keadaan hingga membuat Sandra lahir dari sebuah perselingkuhan, Sandra hanyalah kanvas kosong dia tidak tahu apapun dan tidak pernah mahu menjadi bagian dari sebuah kekelaman orangtuanya itu sendiri.
***
“Ma! Mama…MAMA!!”
Sandra membuat Rora yang sedang termenung ke ingatan lalu seketika terkesiap atas panggilan sang anaknya yang padahal sudah berkali-kali itu, “I-iya kenapa, sayang?”
“Mama tidur?” lirik Sandra pada sang mama.
“I-iya mama jadi ikutan ngantuk nih, sudah sampai mana kita?” Rora mengadarkan pandagannya keluar jendela menetralkan rasa terkejutnya yang sudah termenung jauh, memutar memori lama, “Pak masih jauh ya?”
“Tidak Bu, 15 menit lagi mungkin sampai.”
Rora berdehem, kemudian merogoh tas make-up kecilnya didalam tas untuk mengambi sebuah cermin ingin melihat polesan wajahnya yang mungkin berantakan, “Lipstik mama terlalu merah nggak by?”
“Nggak kok, sudah bagus….jangan ditampah lagi Ma, menor banget!”
“Iya-iya!” Rora tertawa atas keposesifan Sandra, dia selalu sebal jika mamanya berdandan terlalu berlebihan Sandra menjadi anak sekaligus teman mamanya berbagi banyak hal termasuk cara bermake-up dan berpakaian.
“Kamu itu coba deh, pakai lipstick yang ada warnanya biar lebih segar aja gitu, lipspglos kurang menantang rasa mama.”
“Baby mau nantangi siapa coba? Mau kemana juga pakai lipstick yang berwarna-warna,.”
“Ya bukan mau nantangi siapa-siapa, kamu itu sudah dewasa tidak ada salahnya merubah peampilan, mulai berdandan.”
“Hemm iya! Oh ya Ma, Baby mau bilang sesuatu, tapi… mama jangan marah ya….” Sandra melihat wajah sang Mama meyakinkan.
Segera Rora memasukan cermin kecilnya kedalam tas, menatap sang anak serius, “Mau bilang apa Baby? Jangan buat mama takut, jangan bilang kamu nggak mau lanjut kejar gelar master kamu!” Tuding Mama seakan sangat paham semua hal.
Sandra seketika tertawa sungguh Mama tahu segala hal padahal belum diutarakan, sedetik kemudian Sandra diam ia menarik nafasnya berat.
“Baby ingin kerja Ma, bukankah pendidikan bisa dilanjut nanti, ayolah Ma izini Baby, Tyas bahkan sudah bekerja Ma, dia bekerja di perusahaan pengikklanan terbesar milik Omnya, biar punya pengalaman Ma! Masak Sandra gini-gini mulu!”
Mama diam sejenak, sungguh dia sudah memikirkan ini ada saatnya Sandra nanti ingin hidup bebas dan meminta kebebasan tapi entah kenapa dia sebagai seorang ibu selalu takut melebihi kenyataan yang ada, “Jika mau cari pengalaman bisa di kantor papa.”
Sandra menarik nafanya lalu mengehembuskan, “Mama, Baby itu jurusan beda dengan papa, mana Baby ngerti tentang hukum atau semacamnya, Ma… Baby mau seperti teman Baby yang lain, bukan aku tidak bersyukur atau tidak sayang Mama tapi sekali saja Ma izini Baby jalani yang Baby suka.”
“Jadi selama ini kamu terpaksa menjalani semua yang mama minta?”
Segera Sandra memeluk sang Mama, “Tuh kan salah paham, nggak seperti itu, selama ini memang Baby tidak tahu mau lakuin apapun jika bukan karena mama yang mengarahkan, tapi sekarang baby sudah dewasa, baby ingin jalani yang baby rasa itu baik buat baby….”
Rora selalu luluh jika Sandra sudah seperti ini menempel dan memelas, ia menarik nafasnya panjang lalu mengusap pungung sang anak.
”Kamu mau kerja dimana?”
“Sama dengan Tyas…”
Mama segera menggelengkan kepalanya, “Baby, Mama tahu Tyas kerja dimana, Mama sudah dengar sebelum kamu cerita, kerja Tyas itu tempatnya jauh sekitar 2 jam lebih dari rumah kita, jangan bilang kamu mau tinggal diluar ya, Mama nggak izini, apa lagi papa, Alan juga Jerry!”
Andai Mama tahu itu yang aku Mau ma, jauh dari rumah dan tidak akan bertemu alan atau Jessica, sungguh Sandra sangat paham bagaimana sang papa juga kakak-kakaknya pasti tidak akan mengizinkannya keluar dari rumah.
“Baby yakin, walaupun semua menentang tapi jika mama sudah turun tangan semua tidak bisa apapun, Ma ayolah! Baby hanya tinggal dilain rumah bukan lain Negara, Mama bisa datang kapanpun begitu pun baby akan pulang kerumah jika weekend dan hari libur kerja.”
“TIDAK, TITIK!”
“Ma, baby mohon!” Sandra mulai melancarkan aksinya, ya memelas dan mengeluarkan air mata, yakin sekali dia mama akan luluh lagi pula dia memang tidak pernah membantah dan meminta apapun, Sandra yakin dengan berat hati pasti sang mama akan mengizinkannya.
“Kemana lagi baby akan meminta….”
“Baby, minta yang lain jangan tentang tinggal diluar rumah!”
“Mama ayolah, kontrakan Tyas itu nggak jauh dari appartemen kak Alan kok! Mama nggak perlu khawatir,” Yakini Sandra lagi dan kini sedikit membuat mama berfikir dan luluh.