"Papa butuh bicara sama kamu. Papa tunggu di ruang kerja, El." Beranjak dari tempat duduknya, Anggoro pergi begitu saja. Iva merengut, kenapa tak bicara di sini saja agar dia pun ikut mengetahui apa yang ingin dibicarakan? Meski begitu, melihat wajah keruh sang suami membuatnya memilih bungkam dan hanya bisa menelan paksa rasa penasarannya. Mungkin ... Jika waktunya sudah tepat, dia bisa mencari tau. Tapi yang pasti, bukan sekarang. Di saat Anggoro memperlihatkan wajah keras yang menandakan kemarahan walau coba ditekan. Kenapa harus marah? Pikir Iva heran. Bukankah bagus, Elard akhirnya memiliki pendamping? Anak itu sudah menjadi pria dewasa yang tak hanya tampan, tapi juga mapan. Justru mengkhawatirkan jika belum juga memiliki pasangan. Terlebih, belum sekali pun Elard kedapatan menjal