"Kenapa?" Anin tersentak, menolehkan kepala, ia dapati sosok Dinda—wanita yang dikenalnya sebagai kekasih dari Dika. "O—oh, nggak apa-apa." Tersenyum canggung, Anin merasa kikuk saat tingkah anehnya yang sejak tadi memerhatikan tangan kirinya membuat Dinda keheranan. Mendudukkan diri di samping Anin, wanita bersurai coklat sebatas bahu itu mengulurkan mug berisi coklat panas, "mau?" Menggelengkan kepala, Anin tersenyum kecil, "tidak, terima kasih." "Udah jam setengah dua pagi, gue belum ngantuk juga. Jadi bikin cokelat panas, siapa tau bisa bikin rileks." Menoleh pada tempat tidur berukuran king size, Dinda mendapati sosok Nadia—kekasih Dava yang sudah tampak lelap. "Itu bocah satu langsung tepar." Kekehnya sembari meneguk pelan minumannya dengan hati-hati. "Susah tidur juga?" Tanya