"Maaf ya, Bu Endang. Anda memang neneknya, ada darah anda mengalir di tubuh Asifa. Tapi, ke mana saja anda selama ini. Anda membiarkan Asifa hidup menderita di bawah tekanan ayahnya, putra anda. Anda tidak datang untuk mencari Asifa saat ibunya meninggal, dan ayahnya masuk penjara. Dan, sekarang tiba-tiba saja anda datang, merasa paling berhak atas diri Asifa." Tari menatap Endang dengan perasaan yang mulai kesal. "Aku memang berhak atas dirinya, aku Neneknya!" "Aska, aku rasa kita harus telpon polisi, aku merasa terganggu dengan kehadiran mereka!" Tari benar-benar merasa hilang kesabarannya. "Anda ingin melaporkan saya ke polisi. Baik, saya juga akan melaporkan tindakan anda yang berusaha menghalangi saya untuk menjemput Asifa, cucu saya." "Silahkan, saya lebih senang lagi, kalau mas