Belva memperhatikan tangan kiri Zayn yang tengah mengemudi di sampingnya. Ada tanda kebiruan di tangan itu akibat cengkraman pengawal tadi. Belva mengusapnya perlahan dengan sorot mata khawatir. “Sakit?” tanya Belva. “Sedikit, tapi enggak apa-apa nanti bisa di kompres. Badan kamu bagaimana? Tadi bertarung seperti itu, maaf ya harusnya aku yang melawannya,” tutur Zayn dengan nada penyesalan yang terdalam. “Enggak apa-apa kok, lawan sepuluh orang kayak dia juga aku bisa,” dengus Belva yang masih saja sebal dengan pria yang melakukan kekerasan itu. Apakah dia pikir mereka ini penjahat? Yang patut diperlakukan layaknya orang jahat! “Kamu memang jagoan,” kekeh Zayn, sedikit memendarkan raut sedih di wajahnya. “Sekarang kita mau ke mana?” tanya Zayn sambil memperhatikan jalanan di hadap