Letta berjalan gontai setelah turun dari taksi yang ditumpanginya. Lalu berdiam diri menatap pagar besi besar berwarna hitam yang saat ini berdiri kokoh di hadapannya. Tampak pos satpam yang biasa dihuni oleh pria berkumis tebal dengan wajah sangar bernama Pak Sugeng itu kosong. Bukannya memencet tombol bel Letta justru mematung di sana dengan air mata mulai bergulir. Ia sangat merindukan rumah beserta isinya yang telah ia tinggalkan seminggu lamanya. Letta bahkan tak pernah berpikir untuk pergi dari mereka, andai ia bisa memutar waktu maka ia akan menuruti nasihat kedua orang tuanya untuk berhenti dari organisasi kampus pecinta alam yang pada akhirnya mempertemukan dirinya dengan Azka. Allah mengabulkan doa yang selalu ia panjatkan agar mempertemukan dirinya dengan pria yang dicintainya i