TBSM - Chapter Four

2615 Words
“Apa yang sebenernya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu. “Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu. “Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu. “Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata. “Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agrata. “Jadi, Daddy kalian belum mengatakan apa-apa. Agrata tolong jaga adikmu, aku ingin melihat Daddymu sebentar.” Agrata menganggukkan kepalanya, Chacha mengangkat Adelicia lalu di letakkannya di pangkuan Agrata. Wanita itu masuk ke dalam ruangan kerja Andrew dan melihat pria itu masih saja bicara dengan seseorang melalui telepon. “Andrew,” Panggil Chacha pelan, pria itu tidak menjawab ia hanya menoleh saja. Wanita itu mendekat dan memeluk dari belakang. “Ulang lagi semuanya dari awal bodoh! Jika kau gagal lagi aku akan membunuhmu!” Setelah mengatakan itu sambungannya di matikan dan Andrew melempar handphonenya ke sofa. Chacha mencium bahu Andrew. “Ada masalah?” Tanya Chacha pelan. “Ya, sepertinya kita harus membatalkan rencana liburan kita. Aku harus turun langsung untuk melihat pekerjaan si bodoh itu, jika tidak aku akan rugi besar.” Chacha berjalan berdiri di hadapan Andrew dan mengalungkan lengannya di leher pria itu. “Kau pemimpinnya, kau bisa meminta asistenmu untuk melakukan itu. Kita sudah janji pada anak-anak untuk membawa mereka liburan, kita tak bisa ingkar janji. Mereka akan kecewa, sebagai orang tua kamu tidak boleh seperti itu.” Ucap Chacha pelan. “Tapi pekerjaanku sed—” “Apakah pekerjaanmu jauh lebih penting dari pada aku dan anak-anakmu? Kau mau aku dan anak-anakmu marah? Kami yang akan selalu ada di sisimu, bukan pekerjaanmu. Kau bisa menyuruh sekretarismu untuk mengatasi itu bukan? Kami membutuhkan kamu, liburan keluarga ini tak ada artinya jika kau tak ada. Tapi pekerjaanmu itu bisa berjalan tanpa ada kau di sana. Ayolah, jangan kecewakan mereka.” Chacha berusaha membujuk Andrew agar tetap pergi. Ini akan menjadi liburan pertama bersama mereka dengan kedua anak Chacha. Mereka sangat senang saat tahu mereka akan liburan. “Baiklah, kita akan tetap pergi. Tapi aku mau kau melayaniku, tolong tenangkan aku. Tidak mungkin dengan perasaan seperti ini aku berhadapan dengan anak-anak, kau jelas tahu harus melakukan apa bukan untuk menenangkanku? Hanya kau yang bisa membuatku tenang.” Chacha tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya. Andrew segera menarik Chacha dan wanita itu kini duduk dipangkuan Andrew. Ia segera meraup bibir Chacha dengan ganas dan wanita itu terkejut karena ia belum siap. Hanya saja Chacha tidak bisa menolak, karena jikalau sudah seperti itu ia tahu apa yang diinginkan oleh Andrew. Chacha harus meladeni nafsu sang kekasih. Andrew sudah cukup berumur, tetapi kalau sudah mengenai hal ini Andrew selalu menjadi juaranya. Andrew sangat hebat di bandingkan pria lain yang masih muda yang pernah Chacha rasakan sebelumnya. Pria itu terus mencium bibir mungil milik Chacha dan membungkam wanita itu. Laki-laki dewasa itu mencumbui bibir sang kekasih sekaligus modelnya dengan sangat bernafsu. Andrew begitu tergila-gila dengan Chacha sampai sekarang. “Kau siap?” Tanya Chacha yang mengerti keinginan sang kekasih. Kalau soal s*x jangan tanyakan dan ragukan lagi bagaimana keahlian seorang Chacha. Karena wanita itu sangat ahli dalam hal itu, ia sudah banyak belajar bagaimana cara memuaskan seseorang dalam s*x. Makanya Andrew sangat menyukai permainan panas yang diberikan Chacha. Sehingga Andrew tidak pernah puas akan Chacha, ia ingin lagi dan lagi dipuaskan oleh kekasihnya itu. Chacha sudah tersenyum menggoda sambil mengusap-usapkan jari telunjuknya pada bibir Andrew. “Yes! Lakukan Baby!” Kata Andrew dengan tegas sambil memukul b****g indah milik Chacha. Kini jari-jari Chacha merambat turun menuruni leher dan kemudian ingin melepaskan dasi milik Andrew. Namun tiba-tiba Andrew mengendong tubuh Chacha sehingga membuat wanita itu menjerit pelan. “Akhhh.” Chacha menjerit pelan ketika Andrew mendudukkannya di atas meja. Kemudian mereka kembali berciuman dengan panas. Permainan lidah pun kini menghiasi percumbuan keduanya. Lidah mereka saling bertemu dan bertautan. Wangi parfum yang tercium dari tubuh Chacha membuat nafsu Andrew kian menggelora. Andrew segera menanggalkan blouse yang digunakan Chacha begitu saja dan jari-jari Chacha kini sedang berada di kepunyaan Andrew yang sudah nampak terbuka. Chacha tahu apa yang harus dilakukan oleh jari-jarinya sehingga membuat tonjolan yang ada menjadi semakin membesar. Dengan cekatan Andrew segera membuka pengait bra milik Chacha sehingga terpampanglah sebuah gundunkan gading kenyal dan padat, dengan puncak kecil berwarna merah yang menantang. Senyum Andrew jelas terpancar menginginkannya. “Aku sangat menginginkan hal ini.” Kata Andrew dengan mengusap dan memelintir pelan puncak bukit kembar kanan milik Chacha. Wanita itu hanya tersenyum dan mendesah pelan. Tangan Andrew mendarat dan meremas bukit kembar kiri sang kekasih yang menurutnya sudah semakin membesar dari pertama kali ia merasakannya. Andrew kembali mencium bibir mungil Chacha dan membiarkan bukit kembar terbuka milik wanita itu. “Di biarkan saja?” Tanya Chacha menggoda sang kekasih yang menanyakan keberadaan bukit kembarnya yang kini sudah bebas. “Tidak akan!” Jawab Andrew dengan geram sambil melahap bukit kembar kanan Chacha ke dalam mulutnya. Dengan penuh nafsu Andrew melahap kedua bukit kembar Chacha secara bergantian. Andrew sangat menyukai kedua bukit kembar Chacha yang sangat montok itu. Chacha terlihat menikmati sekali sedotan dan permainan lidah Andrew pada kedua bukit kembarnya. Belum lagi remasan tangan Andrew yang tak kalah membangkitkan nafsunya. Sambil menggigit bibir bawahnya menahan geli, Chacha meremas rambut pria itu. Chacha seperti seorang wanita yang sedang menyusui bayi. “Akhhh,” Pekik Chacha pelan ketika Andrew menggigir puncak bukit kembarnya. “Aku sangat menyukai hal ini.” Kata Andrew di sela-sela ciumannya. “Apakah kau menyukainya?” Tanya Chacha yang merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab. Karena sudah pasti jawabannya Andrew menyukai hal itu. Sambil tetap menikmati kepadatan bukit kembar Chacha, perlahan tangan kanan Andrew turun pada betis Chacha dan mengelusnya dengan pelan. Andrew bisa meraskaan kelembutan kulit Chacha sehingga merayap ke atas sampai tangan Andrew perlahan masuk ke dalam rok pendek yang dikenankannya membuat geli disekujur tubuh Chacha. Chacha semakin membuka lebar pahanya semakin mempermudah Andrew untuk masuk mengakses miliknya. Kini Chacha bisa merasakan jari-jari tangan Andrew telah menyentuh permukaan celana dalamnya. “Kau udah basah Baby!” “Ahhhhh,” Chacha hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mendesah. Rok span milik Chacha semakin tinggi terangkat ketika tangan Andrew berada di dalam g-string milik Chacha dan merabai bulu-bulu halus yang ada disana. “Ahhhh,” Chacha berterak ketika Andrew menekan bagian terkecil miliknya. “Kau menyukainya?” Tanya Andrew menggoda kekasihnya itu. Chacha menganggukkan kepalanya menikmati permainan tangan Andrew. Kemudian Andrew memasukkan kedua tangannya ke dalam rok Chacha dan mulai menarik turun g-string wanita itu. Chacha sedikit membantu Andrew dengan mengangkat pantatnya agar mudah terlepas. Setelah terlepas Andrew segera tersenyum melihat kain mungil yang berada ditangannya. Andrew segera berjongkok di depan meja dan melepaskan kedua high heels milik Chacha. Setelah selesai Andrew mulai menciumi jari-jari kaki Chacha secara bergantian. Chacha terlihat kegelian dan ia sangat menikmati hal itu. Ciuman Andrew mulai naik menuju kedua betis Chacha dan terus naik menuju paha wanita itu. Permukaan kulit Chacha membawa sensasi tersendiri bagi Andrew. Putih, lembut, wangi dan menjadi candu baginya. Andrew segera membuka lebar kedua paha kekasihnya itu, semakin terlihatlah dengan jelas sebuah lubang kenikmatan dengan bulu-bulu halus tipis di sekitarnya. Lubang kenikmatan yang selalu mampu membuatnya terbang melayang. Masih begitu sempit dan sekat walaupun ia sering memasukinya bahkan lelaki lain dulu sering memasukinya. “Akhhhh.” Desah Chacha ketika Andrew mulai menjilati lubang kenikmatan miliknya itu. Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya. Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha. Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu. Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya. Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil memegang dasi yang dikenakan kekasihnya. Chacha membuka dasi itu dan melepaskan kemeja kekasihnya. Kemudian dengan cekatan Chacha meraba kepunyaan Andrew. Jari-jari Chacha meremas-remas kepunyaan Andrew yang memang sudah mengeras. Chacha segera melakukan tugasnya untuk melayani Andrew seperti biasanya. Hal itu sudah menjadi tugasnya, Chacha segera berjongkok di depan kekasihnya itu. Dengan perlahan untuk menggoda kekasihnya itu ia membuka sabuk dan reseleting celana panjang yang dipakai Andrew. Kemudian celana kain itu diturunkannya dengan celana dalamnya, sehingga kini dihadapan Chacha terpampang sebuah batang yang sudah tegang. Andrew segera mengelus-elus kepala Chacha, sementara jari-jari lentik wanita ini kini sudah bekerja dengan sempurna mengocok kepunyaan Andrew. Dengan telaten Chacha menjilati, mengulum dan mengocok kepunyaan Andrew sehingga mengakibatkan kepunyaan Andrew semakin menegang dan membesar. Chacha memang ahli dalam melakukan oral sehinggal Andrew dibuatnya keenakan merasakan permainan lidah dan mulutnya. Dengan bergantian Chacha menjilati kepunyaan Andrew berserta dengan buah zakarnya. Kuluman mulutnya di bantu dengan kocokan tangan memberikan kenikmatan yang luar biasa bagi Andrew. “Cukup Baby!” Andrew memegang pundak Chacha dan kemudian membantu kekasihnya itu berdiri. Andrew segera menyerang puncak bukit kembar kanan Chacha ke dalam mulutnya. Bukit kembar kiri pun ia berikan perlakukan yang sama. Keduanya secara bergilir dihisap dan diemut oleh Andrew. Sedangkan tangan kanan Andrew kini sibuk kembali maraba milik Chacha. Andrew merasa Chacha sudah sangat terangsang dan sangat siap untuk dimasuki. Andrew bisa melihat mata sendu milik Chacha dan Andrew menghentikan kulumannya di bukit kembar Chacha. Tangan kanan Andrew kini mengarahkan kepunyaannya di permukaan milik Chacha. “Kau sudah siap?” Tanya Andrew dan Chacha menganggukkan kepalanya. “Aaaakhhh,” Chacha berteriak ketika kepunyaan Andrew menghujam dengan keras ke dalam miliknya. “Akhhh, ohhhhhh, ahhhh,” Desahan keluar dari bibir Chacha seiring pompaan yang diberikan Andrew padanya. Andrew merasakan jepitan milik kekasihnya itu begitu kencang. Kocokan Andrew semakin megencang membuat Chacha menggunakan kedua tangannya untuk menahan tubuhnya yang mulai bergoncang. Kedua tangan Chacha mencengkram erat ujung meja yang berada di belakangnya. “Kau menyukainya?” Tanya Andrew di sela-sela hujamannya. “Yah Andrewww akhhhhhh, terus lakukan dengan keras.” Teriak Chacha melupakan ada anak-anak Andrew yang sedang menunggu mereka diluar menantikan tentang kejelasan kepergian mereka. Namun Chacha harus melakukan tugasnya terlebih dahulu agar mereka bisa pergi. Semua ini Chacha lakukan untuk anak-anak Andrew. Selain itu rasa nikmat yang dialami Chacha jauh lebih gila. Chacha memeluk tubuh kekasihnya itu dan mencium bibirnya meredam desahan dan erangan yang keluar dari mulutnya. Chacha terlihat pasrah lumatan dan juga remasan demi remasan yang dilakukan Andrew pada bukit kembarnya. Ciuman dan lumatan pun tak henti-hentinya dirasakan Chacha begitu juga dengan lehernya. Apa lagi disaat yang bersamaan genjotan kepunyaan Andrew semakin kencang menghujam ke dalam milik Chacha. Tak perlu waktu lama untuk membangkitkan gelora gairah bagi keduanya. “Ohh s**t! Kau memang selalu bisa memuaskanku Baby!” Maki Andrew merasakan kepunyaannya yang seperti di jepit dengan erat. Chacha sedikit bangga dalam pujian yang dilakukan Andrew saat ini padanya. “Akhhhhh,,” Chacha terus mendesah, ditengah kepunyaan Andrew yang sedang memompa di dalam miliknya. Sementara tangan Andrew yang meremasi bukit kembar Chacha. Andrew segera mencabut kepunyaannya, ia langsung membalikkan tubuh Chacha dan wanita itu kini mengambil posisi menungging. Chacha kembali menggunakan kedua tangannya sebagai penumpu. Andrew menatap ke arah bongkahan p****t Chacha yang sangat montok sambil mengocok kepunyaannya sendiri. Chacha mengangkat rok spannya dan sedikit menggoyakan pantatnya menggoda Andrew. “Damn! Baby!” Maki Andrew membuat gairah Chacha naik mendengar makian Andrew. Chacha membuka kedua kakinya semakin lebar untuk mempermudah kepunyaan Andrew memasukinya. Kini sebuah p****t montok dengan milik Chacha yang merah basah tersekpos dengan siap, Andrew semakin membelakkan matanya menatap pemandangan indah itu. Padahal ini bukan menjadi yang pertama bagi Andrew tetapi tetap saja melihat milik kekasihnya itu memberikan sensasi yang berbeda baginya. Kepunyaan Andrew sangat tegak dan keras. “Akhhhh,,” Chacha tidak bisa lagi menahan lenguhan panjang keluar karena Andrew memasukkan kepunyaannya bukan ke dalam miliknya melainkan kedalam lubang pantatnya. Andrew merasakan kenikmatan luar biasa dari jepitan lubang a**s kekasihnya itu. Sedangkan Chacha menahan rasa sakit karena memang ia tidak siap sama sekali dengan serangan padang lubang pantatnya itu. Chacha menggigit bibirnya berusaha menahan rasa sakit dan cengkramannya semakin kuat. Chacha tidak bisa protes saat Andrew memang menginginkan itu. Karena memang sudah kewajibannya untuk memuaskan sang kekasih apabila sedang seperti ini. Walaupun ini bukan pertama kali bagi Chacha untuk Andrew memasukkannya ke dalam sana, tetap saja ia masih belum terbiasa dan merasakan sakit. “Akhhhh, Andrew pelan-pelan.” Kata Chacha. “Ohhh sakit,” Lagi Chacha menyuarakan rasa sakit yang dialaminya. Mulut Chacha ternganga lebar ketika Andrew kian mempercepat genjotan kepunyaannya. Lubang a**s Chacha yang masih kering kini semakin sakit. Tanpa bisa Chacha tahan bulir matanya mengalir dipinggir matanya. “Ohhh Baby!” “Aaaakhh Andrewww, akhhhh” “Andrew ampunnn akhhhh” Memang bukan pertama bagi Chacha melakukannya baik itu dengan Andrew ataupun laki-laki lain. Hanya saja Chacha belum siap dan belum ada persiapan pasti sakit. Andrew menghentikan genjotannya dan menarik kepunyaannya. Rasa perih masih dirasakan Chacha, tetapi belum sempat ia mengatur napasnya kini Andrew kembali menghujamkan kepunyaannya keras ke dalam milik Chacha. “Ohhh,,” Kembali Chacha harus melenguh panjang. “Baby Chacha! Ahhh.” Desah Andrew. Chacha kini bisa menikmati persetubuhannya dengan kekasihnya itu karena Andrew memilih memasuki miliknya. Kini Chacha menggoyangkan pinggulnya agar lubang kenikmatannya dapat memberikan jepitan maksimal untuk Andrew. Rasa sakit itu kini berganti menjadi rasa nikmat. Andrew semakin mempercepat genjotannya demi mencapai pelepasann. Andrew berusaha menghujam-hujamkan kejantannnya dengan secapat mungkin membuat Chacha tak henti-hentinya terus mendesah. “Akhhhh Andreww.” “Akhhhh.” “Baby,” “Faster,” Keduanya semakin meracau tak karuan menadakan kalau mereka sudah diambang klimaks. Rasa nikmat yang semakin kencang membuat keduanya semakin sulit menhan teriakan dan derasahan yang terus keluar dari mulut mereka. Maka keduanya berteriak sekencang-kencangnya menunjukkan betapa hebatnya permainan panas yang mereka lakukan saat ini. “Akhhhhhh,” Chacha melenguh hebat. Kepalanya terdongak dan matanya terpejam merasakan sensasi nikmat. Di tengah genjotan kepunyaan Andrew yang menggila Chacha mencapai puncaknya. Tak lama setelah itu Andrew juga mendapatkannya semakin menunjukkan wajah yang memerah, dan akhirnya menyusul mencapai puncak kenikmatan. “Akhhhhhh.” Andrew mendapatkan pelepasannya. Sambil memompa dengan perlahan sampai mengeluarkan semburan cintanya yang keluar. “Thankyou Baby!” Kata Andrew, wanita itu terkapar di sofa. Namun sebentar saja Chacha beristirahat Andrew kembali menyerangnya. Pria itu tak cukup melakukannya hanya sekali saja. Kali ini Andrew melakukannya lebih keras dari pada sebelumnya. Andrew benar-benar menyiksa wanita itu, Chacha hanya bisa terima diperlakukan kasar. Ia sudah terbiasa akan hal itu. Karena jika tidak berbuat kasar Andrew tidak akan merasa puas. Maka Chacha sudah cukup siap untuk itu. Selama dua jam keduanya bergumul did alam sampai Chacha mendapatkan pelepasannya yang entah ke berapa kali. Barulah Andrew menyudahi permainan itu. Andrew lebih dahulu keluar dari ruangan kerjanya itu untuk masuk ke dalam kamar guna membersihkan diri. Sedangkan Chacha masih harus beristirahat sejenak. Miliknya sangat terasa pedas saat ini, perasaan Andrew sudah membaik membuat Chacha lega setidaknya liburan mereka tetap akan terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD