Jadian

1667 Words
Gue ini awalnya jomlbo, ralat single maksudnya secara gue gak pernah pacaran sejak dari orok dan semuanya berubah saat negara api menyerang eh semua berubah saat gue kenal Sulaiman Malik yang sekarang berstatus sebagai bakal calon imam dalam rumah tangga gue. ja elah coy bahasa gue tinggi amat. Teman-teman dan keluarganya biasa manggil dia dengan panggilan Malik, dan karena gue ini someone nya dia sudah sepatutnya gue kudu harus wajib punya panggilan sayang buat dia jadilah gue manggil dia lain daripada yang lain yaitu, Bang Sul, alias Bang Sulaiman. Karena kepanjangan jadinya gue singkat aja jadi Bang Sul. Awalnya dia protes tapi lambat laun dia mengiklaskan diri gue panggil demikian, lagian yah gue kan gak maksud ngatain dia. Haha modus ae sih gue. . Lagi pula panggilan sayang sudah terlalu biasa gak ada greget – gregetnya. Gue itu sebenarnya sebelas dua belas sama temen gue si Dewi. Nama panjangnya kalian gak perlu tahu takutnya nanti kalian kayak gue yang sudah tahu nama panjangnya jadi setiap ketemu manggil dia pakai nama marganya. Bayangin dah tuh lo datang ke rumah dia terus manggil dia pakai nama marga, alamat satu penghuni rumah yang nyahut. Si Dewi itu sebelas dua belas nasibnya sama gue, bedanya dia sebelas dan gue dua belas. Dia walaupun jomblo udah kerja dan walaupun jomblo banyak yang suka. Lah apa kabar gue? dekat cowok aja jarang. Entah kenapa setiap kali ada cowok yang mau deket sama gue gak sengaja langsung gue hempas karena ada aja hal yang bikin gue ilang feeling sama mereka. Oke lupakan perkara sekutu jomblo gue. Awal kisah gue yang sudah saking frustasinya ditanyain jodoh nekat ikut dating online. Tergoda dengan iklan yang gue lihat di medsos dan katanya situs itu dibuat oleh salah seorang publik figur alias artis Indonesia. Coba-coba bisa kali ya siapa tahu nemu jodoh beneran. Dan ya salam pas gue mau daftar banyak banget yang mesti diisi, mulai dari biodata sampai kebiasaan kita, ini ono sampai setengah jam-an lebih mungkin gue ngisinya saking banyaknya. Pake segala nanyain suka sama pasangan yang kamarnya gimanalah dan bala-bala lainnya. Selesai daftar gue nunggu dah tuh siapa yang nyantol sama foto profil kece gue. Dan benar aja baru sebentar udah ada beberapa chat yang masuk dan gue seleksi satu - satu, gue balasin dah chatnya. Sebelum ketemu sama bang Sul gue udah kenalan lebih jauh sama beberapa orang sampai ada yang ngajakin ketemuan langsung tapi gue tolak, takut di modusin doang gue terus ah sudahlah gue takut berpikiran buruk, takut jadi kenyataan. Gue adalah manusia dengan standar jodoh tersendiri, gue gak muluk-muluk kok gue cuma mau cowok sederhana dan serba bisa. Sederhana dalam artian bisa ngasih apa aja yang gue minta,  dan serba bisa, bisa nyuci, ngepel, masak, nyapu dan lain-lain jadi gue bisa santai. Gue tipikal manusia yang susah jatuh cinta. Gue pernah tu suka sama anak teman bapak gue, anaknya baik santun dan sholeh sampai dikira kelewat sempurna. Nah itu dia kami sempat dekat karena kami memang pernah satu sekolah tapi seketika gue dihempas dengan kenyataan karena kata teman gue yang KKN satu tempat sama dia, ada cewek yang datang ke tempat KKN mereka sama orang tua itu si mantan sempikkan gue dan lo tahu itu cewek siapa? Tunangannya sodara-sodara, sakit hati hayati ya tuhan. Lupakan dia yang penting gue udah punya bang Sul yang kece topan ngalahin p****g beliung. Gue itu mau cowok yang punya pekerjaan tetap, ada tuh sebelum bang Sul gue sempat dekat sama seseorang yang kerjanya di Capil kabupaten sebelah mayankan kerjaannya? Tapi eh tapi dia menghilang tanpa jejak. Gue mematut diri di depan cermin memperhatikan dandanan gue yang tsadis keren banget versi gue, ngarang woy. Tahu gue bisa cantik gini dari zaman kuliah gue dandan gak urakan macaman dulu, pantesan dah lo Tiah kagak bisa ngegaet cowok. Gue udah siap dengan jeans hitam, Tunik selutut berlengan panjang dengan motif garis-garis lurus berwarna hitam dan abu-abu kalau kata kakak gue mah ini baju motif telegu you know telegu? Iyess Sigung kalau gak salah nama kerennya, itu loh yang senjata utamanya gas berbau dahsyat alias kentut. Gue memadupadankan pakaian gue dengan jilbab berwarna magenta, nabrak-nabrak dah ni warna bodo amat yang penting muka gue kelihatan cerah bin kinclong. Gue juga udah siap dan mulai memasang masker, jaket dan helm sebelum menuju ke arah Mabuchi, motor matic hitam gue. siap berangkat menuju tempat pertemuan gue dengan sang calon yang sekiranya tertarik sama gue. Gak sampai setengah jam motor yang gue kendarai sampai di parkiran Cyber, samping perpustakaan daerah. Gak elit bangetkan ya tempat ketemuannya? Dimana-mana mau ketemu calon itu di tempat yang bagus, kayak taman semisal atau gak caffe ala-ala. Lah ini di Cyber eh tapi gue sih yang minta sekalian gue berselancar di dunia maya. Lagian dia bilang tempat kerjanya dekat sini, tapi gue lupa nanya dia kerja di mana. Setelah memilih tempat yang serasa lapang dan adem, gue duduk dan mulai mengeluarkan laptop dari tas kemudian mulai menyalakannya. Gue lihat waktu baru menunjukkan pukul sebelas siang yang artinya satu jam-an lagi dari waktu ketemuan. Tak terasa gue udah nangkring di mari sudah lebih dari satu jam, minuman rasa jeruk yang gue beli udah mentok gue sedot sampai tandas. "Tiah." Sebuah suara menyeruak masuk ke kuping gue yang ketutupan ciput dan jilbab. Gue mendongak melihat ke arah sumber suara yang nyebut nama gue. Sesaat pandangan kami bertemu, lelaki dengan tubuh tegap di balut dengan kemeja putih dan celana dasar hitam siap mendaratkan dirinya di samping gue begitu gue membalas sapaannya. "Udah lama ya nunggunya?" gue lihat dia melirik ke arah dua botol air mineral dan minuman rasa jeruk yang sudah tandas di samping laptop gue. "Hehe, sengaja sih datang cepat." Gue nyengir mencoba bersikap biasa. Haruskan gue katakan, makhluk di samping gue ini sungguh sangat-sangat cool, cool, kulkas. Keren coy bawaannya lihat cowok kantor – cowok kantor yang kece begini. "Udah makan?" tanyanya. Kami bicara seolah sudah kenal lama padahal baru seminggu kenal di situs chating pula. Gue menggeleng cepat sembari nampang senyum manis supaya dia terkesan sama kecantikan gue, cailaah kecantikan preeetlah. "Mau makan apa?" tanyanya lagi. Gue terdiam sesaat, berpikir sebentar. "Terserah deh." Buat apa lo mikir Tiah kalau ujung-ujungnya jawab terserah, dasar cewek. Eh. "Nasi kotak gak apa-apakan? Belum makan siang nih." Gue ngangguk-ngangguk aja mengiyakan. Gue lihat dia mulai fokus pada layar ponselnya kemudian mendongak melihat ke arah abang-abang berbaju hijau yang lagi duduk berkumpul di seberang meja kami. Ini orang mesan makanan online kayaknya buktinya salah satu abang-abang itu kemudian berjalan dan berlalu dengan motornya. "Sendirian dari tadi ngapain aja?" dia mendongak melihat ke arah layar laptop gue yang lagi ngepul download anime. "Download anime, searching - searching gak jelas." Dia mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Sering ya ke sini?" gue mengangguk sambil tersenyum alias nyengir kadang gue suka begitu perasaan gue lagi senyum tapi yang lihat ngira gue lagi nyengir. "Istirahatnya sampai jam berapa?" Dia melihat ke arah jam tangannya sebentar. "Sampai setengah dua bisa, tadi sudah izin," katanya, gue ngangguk aja secara kami baru kali ini ketemuan lagaknya macam sudah akrab banget padahal chat pun kadang dibalas kadang enggak telponan juga gak pernah, elah. Kami ngobrol ngaur ngidul beberapa saat menanyakan berbagai macam hal mulai dari keluarga sampai seputar pendidikan. Usut punya usut dia lulusan kampus beralmamater warna pinang masak dan dulu kuliah jurusan akuntansi gak salah sih sekarang dia kerja di bagian hitung menghitung di bank yang jaraknya lima menit dari sini. Dia juga rupanya tinggal gak jauh dari rumah teman gue itu loh si Dewi teman seperjuangan gue mencari jodoh. Obrolan kami terhenti saat abang-abang berjaket hijau mendekat sembari membawa kantong kresek putih berukuran agak besar membawa dua kotak nasi bungkus yang aromanya bikin ngiler, pasti ayam panggang. Aduh netes dah ni liur gue. Dia mengeluarkan dompetnya, membayar pesanan makanan plus ongkos ojek online nya. Tadinya gue mau ikut bayar juga secara gue kan ikut makan tapi kan ya gue pengangguran dan dia udah kerja, dia cowok, gue cewek jadi menurut gue gak ada salahnya dia yang bayar. Kami makan dalam diam, untung ada sendok plastiknya jadi gak mestikan gue nyuap langsung dari jari gue, kan malu. Kayak punya malu aja lo. Gue masih asik mensuir daging paha ayam bakar gue sampai dia mengatakan sesuatu yang membuat gue nyaris tersedak dan terlihat seperti orang tulul. "Jadi pacar Abang ya," katanya singkat sembari menatap langsung ke arah gue yang lagi khusyuk menyuap nasi dan daging ayam. Gue memutar kepala menoleh langsung ke arahnya yang tersenyum dan gue yakin dia mau ketawa ngelihat kelakuan gak banget gue, mangap dengan mulut penuh makanan. Untungnya ini makanan gak nyembur di muka dia saking kagetnya gue. "Mau ya." Dia mengulangi kalimatnya. Gue menelan nasi dan temannya si ayam yang masih ada di dalam mulut gue dengan cepat setelah mengunyahnya asal, kemudian menenggak air mineral sampai seperempatnya. "Ciuz ni? Aku aneh Lo Bang orangnya," ucap gue sekenanya mengingat gue amat sangat sadar diri gue ini rada ambigu kelakuannya. Mendengar omongan gue dia malah ketawa. "Seaneh apa sih emangnya?" Gue sedikit memiringkan kepala, kalau ditanya begitukan gue jadi bingung juga mau jawab apa? Gue mencoba berpikir sesaat dengan otak yang sudah beberapa bulan lalu jarang gue gunain dengan benar. "Abang bukan laki orangkan?" pertanyaan yang kudu wajib ditanyain sebelum menerima ajakan pacaran seseorang, takutnya kan begitu. Dia tertawa tertahan kemudian mengeluarkan KTP nya. "Di sini sih statusnya sampai sekarang belum berubah." Gue mengangguk - angguk puas. Masih bujangan sodara - sodara. Kan berabe kalau gue sampai di cap pelakor, sama Valak aja gue takut apalagi ditambah or di belakangnya, ya salam amit-amit. "Bukan buronan kan? Gembong narkoba?" ini juga kudu dipastiin. Dia malah ngakak ketawa, apa yang aneh coba dengan pertanyaan gue. "Alhamdulillah sampai saat ini dosa belum sampai ke sana, semoga gak kegoda setan buat ngelakuin hal tercela begitu," jelasnya dan gue ngangguk-ngangguk mengiyakan lagian mukanya gak ada kelihatan kayak orang jahat. "Apa perlu Abang buat SKCK biar Kamu percaya," ucapnya masih tertawa. Gue diam sebentar, gak ada salahnya kan dicoba dulu jalan. Kalau cocok lanjut kalau gak cocok say goodbye jadi mantan. Kemudian dengan mantap gue mengangguk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD