Xavera melangkah bersama Tezza menuju parkiran. Kaki jenjang yang dibungkus high heels itu berhenti di depan mobil baru dengan plat yang masih putih. Terdengar desahan napas berat ke luar dari indera penciuman Xavera. Matanya fokus menatap mobil berwarna biru itu dengan tatapan nanar. Tezza melihatnya lantas mendengkus seolah memberi ejekan pada Xavera. “Kamu kenapa?” tanya Xavera penasaran dengan sikap Tezza yang tiba-tiba mendengkus di sampingnya. “Saya baru menemukan seseorang yang berucap bullshit!” Tanpa menoleh Tezza menatap tajam lurus ke depan. “Hah?! Siapa yang bullshit, Sayang, eh—maksudnya, Mr?” Xavera menepuk bibirnya yang sembarangan memanggil Tezza sayang. Dirinya lupa jika masih berada di lingkungan perusahaan dan harus tetap profesional. Xavera menoleh ke kanan dan kiri