"Ehem!" Dia terlonjak kaget saat sebuah suara mengagetkannya dari arah depannya. Dia sering banget bengongnya akhir-akhir ini. "Tya ngagetin." Tegurnya. Yang ditegur senyum-senyum nggak jelas lalu duduk di sebelah kirinya. "Kamu nggak pernah cerita kalau kamu kenal Pak Azra secara pribadi." "Hah?" Kok tau? Oke, ini buruk. Lagian kenapa juga dia harus koar-koar tentang dirinya dan Azra yang 'hanya' sebatas teman satu SMP kalau ujung-ujungnya Azra akan berlaku sama seperti yang dulu-dulu? Siapa yang menyangka kalau Azra akan berlaku 180 derajat berbeda dari perkiraannya? Lagian, dengan sikap awal Azra, yang ada dia pasti dikira sok dan sesumbar oleh mereka yang mendengarnya. "Kemarin pas coffee break terakhir dia bilang mau pamit, mau nengok kamu. Dia nanya aku kamarmu nomor berapa. Tr