Chapter 4

1601 Words
Jika ada yang bilang cinta harus diperjuangkan? Itu benar. Khususnya bagi Cinta. Gadis itu tak pernah pantang menyerah mengejar dan mendekati Nando. Walaupun cowok itu tak pernah merespon kehadiran Cinta secara penuh. 'Kejar terus, lama kelamaan pasti melunak dan jadi cinta' Kalimat itu yang dipakai oleh Cinta selama ini. Ia yakin jika terus berusaha, ia akan berhasil mendapatkan cintanya Nando sang pangeran tampan depan rumah. Hari ini Cinta kembali berencana meluncurkan serangan ke kubu Nando. Bukan lewat sogokan makanan lagi, tapi lewat sebuah paket liburan. Hari ini keluarga Cinta akan liburan ke puncak sekaligus pergi memetik strowberry di kebun milik neneknya Cinta. Cinta tahu tante Dian sangat menyukai strowberry, karena itu Cinta akan membujuk tante Dian untuk ikut dengannya kepuncak sekaligus mengajak Nando jalan-jalan untuk melepaskan penat akibat tugas kantor yang mengharuskannya extra sibuk selama seminggu belakangan. Tante Dian sangat senang saat diajak memetik strowberry dan berkat bujukan maut bundanya, akhirnya Nando pasrah diboyong ke puncak. Kini kedua keluarga itu sudah sampai di puncak. Karena libur cukup panjang yaitu jumat, sabtu dan minggu, jadilah mereka akan menginap selama tiga hari di puncak. Cinta nampak keberatan mengangkat kopernya yang entah apa isinya. Dan Nando sudah geleng-geleng sedari tadi melihat gadis itu yang mendumal sendiri. "Makanya bedakan ke puncak sama ke luar negeri." ejek Nando. Cowok itu tak berniat sedikitpun membantu Cinta. Padahal barang bawaan Nando sangat simple. Hanya bermodalkan tas ransel. "Iiii bantuin kek. Nggak ada rasa kasihan banget jadi cowok." rutuk Cinta. "Bodo'! Siapa suruh bawa barang sekoper gede gitu." "Isshhh. Masuk kamar sana. Bisanya ledekin doang." "Selamat berjuang Neng." ejek Nando yang kali ini lengkap dengan tawa mengejeknya. Nando sudah berlari memasuki kamarnya, sedangkan Cinta masih kesusahan membawa koper tersebut sampai akhirnya Cinta memilih kamar di lantai satu. Kamar itu cukup luas dan rapi. Jika mata menghadap jendela, akan disugukan perbukitan hijau yang ditanami pohon teh yang luas. Cinta sudah selesai menyusun kopernya dan kini ia ingin keluar guna menghirup udara segar dengan aroma teh yang menenangkan. Saat Cinta membuka pintu kamar, gadis itu bertemu dengan Nando yang tengah minum di dapur. Di sudut mata nya Nando bisa melihat keberadan Cinta. Gadis itu tengah melirik ke arahnya sambil terus melangkah. "Hati-hati tu mata. Kesandung gue ketawain Lo." ucap Nando membuat langkah Cinta terhenti. Tapi hanya sebentar, setelahnya Cinta justru berlari ke arah pria itu dan menariknya keluar tak peduli kalau Nando tengah memberontak minta di lepas. "Apaan sih lepasin nggak.!!" teriak Nando kesal. "Nggak. Kali ini tampan harus ikut aku." ucap gadis itu sambil terus menarik tangan Nando kuat. Bahkan ia sudah menggunakan semua kekuatannya untuk menarik cowok itu agar mau menurut. "Tapi lepasin.!! Gue bisa jalan sendiri." "Nggak mau. Cinta itu udah tahu gelagat kamu Tampan. Pasti kabur habis di lepas." tolaknya. Nando dibuat geram. Cowok itu berhasil mengeluarkan sumpah serapah terbaiknya untuk Cinta. Jujur hanya pada Cinta ia mengeluarkan sumpah paling banyak dari mulutnya. "Lo bawa gue kemana Sih?" "Ikut aja atuh tampan. Jangan banyak tanya." "Tapi kemana dulu? Lo nggak lagi mikirin cara buat perkosa gue kan?" tuduh Nando sambil menyilangkan satu tangannya di d**a. Sedangkan Cinta sudah melotot kaget mendengar tuduhan Nando padanya. Plaaakk! Nando mengaduh saat Cinta memukul lengannya kuat. "Itu mulut nggak bisa di kondisikan ya? Tadi nyumpahin Cinta, sekarang nuduh Cinta yang nggak-nggak. Cinta sumpahi tampan cinta mati sama Cinta baru tahu rasa." Ucap Cinta kesal. Nando memutar bola matanya jengah. Begini nih kalau berurusan sama anak SMA. Mau pasrah salah, nggak pasrah juga salah. Cinta kembali menarik Nando menuju pondokan di tengah kebun teh. Sesampainya di sana, gadis itu melepaskan genggaman tangannya dari lengan cowok itu dan berbalik menghadap kebun teh. "Coba deh kamu tutup mata sambil rentangin tangan. Tarik nafas pelan dan buang lagi." ucap Cinta memerintahi Nando sambil mencontohkannya. Nando masih belum paham kenapa Cinta membawanya ke sini. Alhasil cowok itu bukannya menuruti Cinta, ia malah duduk di lantai pondokan sambil melihat pemandangan sekitar. Nando mengeluarkan ponselnya dan menghidupkan aplikasi kamera lalu membidik satu persatu objek yang menurutnya menarik. "Nyaman kan?" tanya Cinta lagi. Tak ada jawaban dari orang yang diajaknya bicara, Cinta pun membuka mata namun sedetik kemudian gadis itu berteriak kesal karena Nando ternyata tengah asik berfoto di tengah kebun teh yang berjarak sekitar dua puluh meter dari pondokan. "Kamu diajakin ngomong dari tadi bukannya dengerin malah kabur." teriak Cinta kesal. Nando tak menggubris teriakan Cinta. Cowok itu malah semakin asik dengan objek fotonya. Tak peduli dengan Cinta yang sudah kesal setengah mati. Gadis itu berlari mendekati Nando dan langsung merebut ponsel cowok itu. "Yak!! Balikin ponsel gue.!!" bentak Nando keras. Bukannya menggembalikan, Cinta justru memasukkan ponsel tersebut ke dalam kantong celananya bagian depan. "Ambil aja kalau berani!" tantang Cinta sambil menjulurkan lidahnya pada cowok itu. Nando menatap Cinta tajam. Seolah-olah ia sangat ingin menguliti Cinta hidup-hidup. "Huuuff. Sabar. Sabar." Ucap Nando sambil mengusap dadanya pelan. Tak mau mencari ribut dengan Cinta, Nando pun memilih berjalan mengitari kebun meninggalkan Cinta yang lagi-lagi mendumal kesal. Cinta mengambil kembali ponsel Nando dalam kantong celananya. Ponsel pintar itu model terbaru dari produk apel digigit. Cinta menekan tombol untuk menghidupkan layarnya, namun setelahnya gadis itu dibuat tertegun saat layar ponsel memunculkan foto Nando yang sedang berdua dengan seorang perempuan. Perempuan yang sangat cantik dan tampak dewasa. Sepertinya mereka rekan satu kerja karena dilihat dari pakaian mereka nampak sama. Dan mereka tampak sangat serasi. Seketika semangat Cinta untuk berkeliling mendadak lenyap. Gadis itu mendadak cemberut dan tak ada keinginan untuk berjalan-jalan lagi di sekitaran kebun. Tingkah Cinta dilihat oleh Nando. Cowok itu mengernyit melihat Cinta yang kehilangan semangat. Sangat terlihat jelas di wajahnya. Apalagi Cinta yang tengah memegang ponselnya. "Kenapa tu cewek?" tanya Nando pelan. Nando akhirnya memilih mendekat pada Cinta dan langsung merebut ponsel miliknya yang tengah dipegang gadis itu. "Kamu mau balik silahkan. Cinta nggak larang lagi." ucapnya lesu. 'Kesambet kali ya ni cewek.' batin Nando keheranan. Nando mencoba tak mempedulikan. Ia malah memilih untuk kembali ke penginapan karena memang ia yang sudah mengantuk. Sepeninggalan Nando, Cinta memilih duduk diam di pondokan. Mencoba menebak-nebak siapa perempuan yang ada dalam foto bersama Nando itu. Apa pacarnya Nando? Apa Nando punya pacar? Kenapa Ia tak tahu selama ini? Pantas saja Nando tak menghiraukannya selama ini. Sudah punya pacar rupanya. Cinta memutar tubuhnya menghadap tiang dan bersandar di tiang Pondok. Sesekali helanaan nafas resah terdengar dari mulut gadis itu. Sedangkan di ujung sana, Nando yang masih belum sampai ke penginapan melirik kebelakang. 'Kenapa lagi tu cewek? Tadi semangat banget narik sana sini, sekarang udah kayak kehilangan semangat hidup.' guman Nando dihatinya. Namun seketik Nando mengangkat bahunya acuh dan kembali melanjutkan perjalanan menuju penginapan. Saat langkah cowok itu sudah sampai di dalam, Nando bertemu dengan Starla maminya Cinta. "Nando? Cinta mana?" tanya Starla santai. "Cinta di pondokan di tengah kebun Tan." jawabnya. "Oh ya udah makasi ya." "Iya tante." Nando kembali melangkah naik ke lantai atas namun langkahnya kembali terhenti karena Starla memanggilnya. "Oh iya Nando kamu--" "Iya tante?" Starla tampak berfikir, dan setelahnya ia justru menggeleng. "Nggak jadi deh. Makasi ya." "Oh iya tante, sama-sama. Nando ke kamar dulu tan." "Ya udah. Selamat istirahat." Nando mengangguk sambil tersenyum. Nando sudah menghilang di balik pintu kamarnya. Starla melanglah keluar rumah dan berniat menyusul anaknya di pondokan yang tadi Nando sebutkan. Dan benar saja, Starla melihat Cinta yang bermenung sendirian. "Cinta?" teriak Starla dari kejauhan. Gadis itu melirik ke arah sumber suara yang memanggilnya. "Mami?" "Kamu ngapain di sini sendirian Nak? Ini udah mau sore lho. Cuaca juga udah dingin. Balik yuk.!" "Bentar lagi Mi. Lagi nyaman di sini." tolak Cinta sopan. Starla melihat aura tak bersemangat dari wajah anaknya. Secara perlahan Starla mendekati sang putri dan duduk di sebelah Cinta. "Kamu kenapa? Ada masalah?" Dengan hati-hati Starla mencoba bertanya pada anaknya itu. Cinta tersenyum sebentar lalu menyandarkan kepalanya di leher sang mami. "Kayaknya Bang Nando punya pacar Mi." ucap Cinta pelan. Saat menyebutkan kalimat itu, Cinta merasakan hatinya sedikit tercubit. "Kamu tahu dari mana sayang?" "Tadi Cinta nggak sengaja lihat layar ponselnya Bang Nando. Di sana ada foto dia sama seorang cewek cantik berdua saja. Mereka tampak serasi Mi. Cocok banget." jelas Cinta dengan nada suara yang bergetar. "Haaahh. Yang mami takutkan kejadian juga." celetuk Starla "ini yang mami takutkan. Kamu mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain." Tes.... Jatuh sudah air mata Cinta. Gadis itu tak sanggup menahan sesak di hatinya. "Mami bukannya melarang kamu mencintai Nando. Tapi setidaknya kamu cari tahu dulu dia sudah punya pacar atau belum. Sekarang kamu sudah seperti ini, kenyataan yang menyakitkan itu muncul. Sekarang mau gimana?" "Cinta nggak tahu mi. Cinta bingung." ucap nya lirih. "Ya udah sekarang, kamu tanya dulu baik-baik sama Nando, cewek di layar hp nya itu pacarnya atau hanya teman." Cinta menegakkan kepalanya dan menatap maminya lurus. "Tapi kalau teman nggak mungkin sampai pajang foto di hp Mi" "Belum tentu itu pacarnya sayang." "Tapi mereka cocok banget mi, pasti pacarnya." " Trus jika yang dipajang foto cewek, itu sudah di cap pacar? Lalu apa kabarnya dengan orang-orang yang majang foto-foto artis di ponsel mereka? Pacarnya juga?" seloroh Starla yang langsung membuat Cinta memberenggut kesal. "Mami ih becanda terus." rajuknya. "Bukannya becanda sayang. Sebaiknya kamu tanya dulu sama Nando. Masa udah nyerah aja sama sesuatu yang belum tentu kebenarannya." bujuk Starla. Cinta terdiam sejenak. "Lagian ni ya, kalau kamu bisa nikah sama Nando, Mami setuju banget Lho. Idaman mertua soalnya. Anaknya sholeh, baik, intelijen negara lagi. Dan yang paling penting dia tampan. Setidaknya memperbaiki keturunan hidung kamu yang pesek ini." goda Starla sembari menjawir hidung anaknya itu. "Ii mami sakit." "Jadi gimana? Mau nyerah atau lanjut?" "Hmmmm, Lanjut Mami. Cinta nggak jadi nyerah. Makasi mami sayaaang." seru Cinta sambil memeluk Mami nya penuh cinta.   *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD