"Berikan suratnya, biar aku tanda tangani," Renata berusaha tetap bersuara datar, meski hatinya terasa tercabik-cabik. "Nanti, saat aku akan menikahi Alea, surat itu akan aku berikan padamu. Saat ini, Alea harus menikah dengan orang lain dulu, karena dulu aku menjatuhkah talak tiga padanya." Renata turun dari ranjang, diambil bantal, dan selimut. "Kamu mau ke mana?" Reno menggapai lengan Renata. "Lepaskan!" "Bisakah kamu bersikap biasa saja, Renata?" "Apakah ada sikapku yang tidak biasa?" "Sedang ada Ibu, aku tidak ingin kita ribut, dan terdengar oleh Ibu." "Kalau tidak ingin ribut, lepaskan tanganku, biarkan aku tidur di sofa!" Renata menatap tajam ke bola mata Reno. "Tidur di sofa akan membuatmu tidak nyaman." "Tapi, aku tidak ingin tidur dengan Om!" "Kita tidak saling men