◦•●◉✿◦♥◦✿◉●•◦
"Dapet bunga lagi Nar?" tanya Ranti yang sedang melepas apronnya.
Di kafe ini Ranti memang bertugas sebagai salah satu asisten chef, berdua dengan Rudi yang jauh lebih senior daripada dirinya. Tugasnya tentu saja membantu pekerjaan chef utama Pijar cafe, yaitu chef Marlon.
"Iya nih." jawab Kinara singkat.
Kinara mengangguk setelah meletakkan buket bunga yang ia letakkan dibawah meja. Sudah 3 hari ini ia mendapat kiriman buket bunga. Semuanya berukuran cukup besar. Jika pada hari pertama ia mendapat mawar putih dengan tangkai panjang, hari kedua ia mendapat mawar berwarna merah tua dan hari ini ia mendapat kiriman buket bunga hydrangea berwarna broken white dibagian tepi dipadu dengan bunga Peony dibagian tengah. Cantik sekali.
"Pacar kamu kali?" celetuk Ranti lagi tanpa melihat Kinara yang manyun menunggunya bersiap pulang.
"Pacar dari Hongkong? Gak ada lah."
"Jadi beneran dari pengagum rahasia nih?"
"Hmmm, maybe." Kinara mengangkat kedua bahunya acuh.
Sudah menyanyi di Pijar cafe selama 3 hari, selama 3 hari ini pula Kinara pulang ke kost dengan menumpang motor Ranti yang ternyata tempat tinggalnya tak jauh dari Kinara. Mungkin hanya perlu lima menit untuk sampai ke tempat kost Ranti lewat jalan pintas.
Dan karena hari ini hari Minggu, cafe tentu saja lebih ramai dari hari biasanya. Jika kemarin-kemarin Kinara pulang jam setengah sebelas malam, maka hari ini jam pulangnya mundur hampir satu jam karena banyaknya pengunjung. Tak hanya di lantai satu namun juga memenuhi lantai dua dan juga di bagian outdoor disebelah cafe.
Begitu sampai di tempat kost dan membersihkan diri, Kinara mendapati beberapa pesan masuk gawainya. Dari kedua adiknya yang kompak menanyakan kabar, dari Moko, dan yang paling atas dari pria yang baru saja terlintas di pikirannya, Ajisaka.
Ajisaka : Kinkin, how are you?
Pesan pertama yang membuat Kinara melengkungkan senyum saat membacanya.
Ajisaka : Bagaimana melewati Minggu pertama di Pijar? Betah kan?
Kinara : I'm fine. Cukup menyenangkan. Dan, terimakasih untuk buket bunganya selama tiga hari ini.
Ajisaka : Ckk, kenapa mudah ketauan ya kalau bunga itu dari saya?
Kinara : Karena cuma mas Aji yang panggil saya dengan sebutan Kinkin. Yang lain mana ada sih.
Entah kenapa kali ini Kinara merasakan desiran halus di dadanya ketika menyebut kata 'Mas Aji'.
Jangan-jangan.... ahh sudahlah.
Please hati, jangan cari mati dengan main perasaan sama suami orang.
Kinara menggeleng cepat, mengusir pikiran buruk yang sempat hinggap di benaknya. Matanya kembali sibuk berselancar di dunia maya sambil menunggu balasan dari Ajisaka. Namun balasan itu tak kunjung ia terima karena ia terlebih dahulu berselancar ke alam mimpi, tertidur karena terlalu lelah.
Baru keesokan paginya Kinara membaca pesan balasan dari Ajisaka.
Ajisaka : Kebanggaan tersendiri buat saya jadi satu-satunya orang yang panggil kamu dengan sebutan itu. Manis kan? By the way, semoga suka dengan bunganya, next week akan saya kirim jenis bunga yang lain agar saya tau yang mana favorit kamu.
Tulis Ajisaka panjang lebar. Kinara mengusap kedua matanya yang masih berat menyambut pagi. Apa katanya tadi? Dia akan kirim lagi bunga-bunga yang lain? Fix, om-om gilà. Pijar cafe bisa mendadak berubah jadi florist kalau dibiarkan lama-lama.
Kinara : Please stop kirim-kirim bunga lagi mas, sebelum Pijar cafe berubah fungsi.
Balasan terakhir Kinara ternyata tak berbalas lagi hingga siang. Hari Senin, mungkin Ajisaka yang memang seorang bos dengan jabatan tak main-main sedang banyak pekerjaan di kantornya atau sedang keliling dari satu toko ke tokonya yang lain.
Kenapa tiba-tiba memikirkan pria tua itu sih.
Rutuk Kinara dalam hati.
Minggu kedua bernyanyi di Pijar, Moko dan teman-temannya sengaja datang demi melihat penampilan Kinara. Senorita band sedang off setelah dua hari sebelumnya banyak menerima job menyanyi di luar Rembang. Kinara yang dikunjungi tiba-tiba tentu saja merasa senang luar biasa, melihat sahabatnya mengambil meja paling depan dekat dengan panggung.
'It was easier to say hello
Than to say goodbye
Now the bus is leaving once again
I bid farewell to you... ooh.. yeaah ... '
(Farewell to You - White Lion)
Setelah menyelesaikan lagu terakhirnya, Kinara bergegas bergabung dengan teman-temannya. Duduk diapit Moko dan Risa di meja bundar berhadapan dengan Bimo dan Andi.
"Betah disini Nar?" tanya Risa yang malam itu tampil anggun dengan mini dress bermotif bunga kecil dipadukan dengan bolero berwarna putih.
"Alhamdulillah, sejauh ini betah Ris. Baru jalan juga kan."
"Nih nanti bawa pulang Nar, kemaren kita ada job di Jogja beberapa hari. Inget kalo kamu suka banget sama bakpia kan?" Moko menggeser paper bag dengan logo bakpia khas Jogja itu kedepan Kinara.
"So sweet Moko, makasih ya udah inget." Kinara mencubit gemas pipi Moko.
"Moko mah kapan sih gak ingat sama kamu Nar."
"Iyalah adek kesayangan." saut Moko masih mengaduk lemon tea yang dipesannya tadi.
"Adek, tapi beda ibu beda bapak kakek nenek moyang juga beda, bisa lah kali jadi adek-kakak berubah ke level yang lebih tinggi." cibir Bimo dengan mengerlingkan sebelah matanya.
"Tau tuh, gak peka banget ya Bim jadi orang, padahal kodenya udah keras banget yaa." saut Moko terkekeh pelan.
Kinara yang masih sibuk mencicipi bakpia pemberian Moko tak menggubris pembicaraan sahabatnya itu. Gadis itu malah santai mengunyah camilan favoritnya dengan mulut belepotan kena remahan kulit bakpia.
"Siapa yang mau naik level mas Bim?" tanya Kinara dengan wajah polos.
"Moko." Bimo mengendikkan dagu ke arah Moko.
"Emang kamu mau kemana Ko? Dapet job lebih gede? Masuk dapur rekaman atau apa gitu?" cecar Kinara melebar kemana-mana.
"Hadeeh.... makin keluar jalur jawabnya. Ospek dulu juniormu ini Ris." gelak Bimo yang mendapat pandangan tanya dari Kinara.
"Tau nih, polosnya gak ketulungan." saut Risa.
"Apaan emang Ris?" Kinara menautkan kening menatap Risa.
"Udah... gak usah dibahas. Apaan sih kalian." decak Moko menyulam senyum.
"Mbak Kinara," panggil seorang pemuda dari arah belakang, membuat Kinara dan teman-temannya menoleh bersamaan.
"Eh.. mas Yudi. Kenapa?"
"Ada kiriman paket."
"Dari?"
"Gak tau mbak, dianter ojek barusan." jawab Yudi yang bertugas sebagai waitress di area outdoor.
"Oke, makasih ya."
Kinara mengangguk pelan setelah menerima buket besar dari tangan Yudi. Kali ini bukan buket bunga, namun buket berisi coklat dengan merek terkenal yang ditata sedemikian cantik lengkap dengan pita keemasan besar dibagian bawah.
"Aheiii... dari secret admirer lagi Nar?" celetuk Timmy yang tak sengaja berjalan melewati tempat duduknya.
"Ssstt... Kepo." desis Kinara melirik sinis pemuda berambut gondrong itu.
"Dari siapa Nar?" Moko menggeser kursinya untuk duduk lebih dekat dengan Kinara.
"Tau deh, bentar biasanya ada kartunya kan?" jawab Kinara sambil mencari-cari sesuatu di buket coklat ditangannya. Ketemu, terselip di barisan kedua deretan coklatnya.
'Dear Kinkin, sesuai janji. Kali ini saya berhenti mengirimkan bunga, tapi semoga kamu cukup suka dengan coklatnya ya.'
Kinara membacanya dalam diam. Hingga lupa bahwa teman-temannya masih kompak menatapnya dengan pandangan penuh tanya.
"Dari pak Aji?" celetuk Moko tanpa mengalihkan pandangan dari kertas yang dipegang Kinara.
Posisi mereka yang bersebelahan, ditambah dengan posisi Moko yang sengaja melongokkan kepalanya kearah Kinara. Jelas-jelas pria itu bisa membaca tulisan pada kartu ucapan yang dipegang oleh Kinara.
"Kok tau?"
Kinara melipat lagi kartu kecil ditangannya.
"Cuma dia kan yang panggil kamu dengan sebutan Kinkin." jawab Moko datar, berdiri lantas beranjak mendekati meja kasir. Meninggalkan teman-temannya yang melongo melihatnya berlalu dengan wajah lesu.
Wajah pria itu juga tak terbaca seolah menyiratkan rasa kesal, bingung dan... hmmm.. cemburu.
Kinara mengernyitkan dahi.
Tunggu.. tunggu. Moko cemburu? pada Ajisaka?
.
.
Bersambung. (ʘᴗʘ)
➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜
Dasar Kinkin gak pekaaa... (。•́︿•̀。)
Udahlah mas Moko sama aku aja siniiiih... ( ˘ ³˘)♥
Btw gaess, kontrak si Kinkin ini baru kelar, jadi aku baru bisa lanjuttt update mulai 1 Mei yaa..(✿^‿^)