Bab 8

1330 Words
Andara mem-posting sebuah foto di akun i********: miliknya, foto yang menampakkan ponsel dan kedua makanan dan minuman yang di pesan oleh mereka berdua. Pasalnya Andara akhirnya kini bisa makan berdua dengan Adrian. Tak berapa lama teman-temannya itu mulai berkomentar di akunnya. AndaraOrlin_ Thanks teraktirannya AqnesNicata8 So Sweet ParasayuGadis Tagin dong someone spesialnya ... #kodekeras Sam01 Lunch sama siapa kamu Ann? @AndaraOrlin jangan duakan aku Ann. Poligami boleh deh. Wkwkwkwk NinoWijcaksono Sama-sama Ann @AndaraOrlin nanti deh aku bawa kamu ke tempat yang lebih romantis NikoGeraldin Huh jangan ngarep nyet @NinoWijcaksono ... DimasPutra Yeah gue kira Andara jomblo AqnesNicata Gue jomblo kok Dim @DimasPutra KelvinOetmo Jangan mau sama Aqnes body dia datar. AqnesNicata Anak kecil itu harusnya belajar, jangan gangguin kakak kelasnya. Hush sana belajar yang pinter biar cepet gede. @kelvinOetomo ParasayuGadis wkwkwk tubir deh lo pada. Sam lo masih di sekolah gak? @Sam01 Sam01 Masih Dis @ParasayuGadis kenapa emang? ParasayuGadis Gue nebeng dong, mobil gue masuk bengkel nih Sam01 Boleh posisi lo dimana? @ParasayuGadis ReinalAndreas Diem di tempat Gadis. Aku lagi di jalan. Jangan kemana-mana. Kalau enggak, kamu tau akibatnya . Andara terkekeh geli begitu melihat komentar-komentar di i********: miliknya. Foto itu ia ambil ketika dirinya dan Adrian berada di sebuah cafe yang dekat dengan perumahannya. Awalnya Adrian menolak mentah-mentah untuk di foto, namun Andara meyakinkannya yang di foto hanya tangan dan minumannya saja. Adrian pun menyerah dan menyetujui, dan lagi ia berharap tunangan Adrian yang sok model itu melihat postingannya. “Sudah puas?” tanya Adrian begitu mobilnya telah sampai di depan rumah Andara. Cewek itu tersenyum menampilkan kedua lesung pipinya. Membuat wajahnya semakin cantik, pikiran konyolnya itu segera berhenti. Ia tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali, bukan dirinya takut untuk menghianati Kiandra. Hanya saja ia takut tidak bisa mengontrol nafsunya, karena toh dirinya masih menjadi 'calon' suaminya Kiandra. Bukan 'suaminya' jadi tidak apa-apalah, jika dirinya bersenang-senang dengan wanita lain. Asal keluarganya dan Kiandra tidak tahu saja soal teman ranjangnya, maka semua akan aman. Lagi pula, dirinya tidak mungkin mempunyai perasaan lebih kepada murid nakalnya itu, bukan? Jadi jika dirinya suatu saat nanti mempunyai hubungan dengan murid nakalnya ini. Itu dipastikan hanya main-main saja tanpa adanya perasaan apa pun yang terlibat. “Tidak, apa Pak Adrian mau mampir?” tanya Andara balik sambil melepas seat beltnya “Hmm tidak terima kasih, aku harus menjemput Kiandra di sekolah.” “Oh, si sok model itu?” balas Andara acuh, namun terdengar cemburu. “Apa kamu cemburu?” Adrian menyeringai melihat wajah merah Andara. Ah, menyenangkan sekali bisa menggoda gadis di sampingnya itu. “Jelas, saya 'kan menyukai Pak Adrian,” Andara langsung saja menarik kerah kemeja Adrian. Dengan pasti bibirnya yang tipis itu segera mengecup pelan pipi Adrian, membuat Adrian terdiam seketika matanya membelalak karena kaget. Kecupan itu hanya beberapa detik saja namun mampu membuat Adrian tidak berkutik. Setelah mengecup pipi Adrian, mata indah Andara kini menatap lembut pria itu, kemudian tersenyum tipis. “Semoga bonus dari saya bisa menghilangkan pikiran Bapak, yang dipenuhi oleh Bu Kian,” ucapnya seraya melepaskan cengkeramannya pada kerah kemeja Adrian. Setelah itu Andara pamit untuk masuk ke dalam rumahnya. Adrian hanya bisa diam menatap kepergian murid nakalnya itu. Pria itu lalu tersenyum memegangi pipir nya yang baru saja dikecup oleh Andara. Ia benar-benar tidak menyangka bisa merasakan kembali bibir ranum tersebut. Sambil bersiul Adrian kembali menjalankan mobil hitamnya meninggalkan rumah Andara. *** Tok tok tok! Andara membuka pintunya dengan kening berkerut melihat Rei berada di hadapannya. Dengan wajah kusut dan masih dengan seragam sekolahnya. Cowok itu terlihat frustasi membuat Andara menyadari ada yang tidak beres menyangkut sahabatnya. “Ann, Gadis ada di rumah lo?” tanya Rei to the point. Andara menggeleng dengan kening berkerut. “Enggak tuh, bukannya elo yang mau jemput dia di bengkel?” kini giliran Rei yang menggeleng lemah. “Gue udah datengin bengkel yang biasa, dan kata orang sana, Gadis enggak ke sana hari ini. Gue takut dia kenapa-kenapa, Ann. Hp-nya aja enggak aktif,” perkataan Rei sukses membuat Andara menjadi cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan sahabatanya itu, ia mencoba untuk menelepon Aqnes dan menanyakan kabar Gadis. Namun nihil, Aqnes pun tidak mengetahui keberadaan Gadis. Tiba-tiba saja telepon rumahnya berdering. Setelah mempersilahkan Rei masuk, Andara menuju ruang tamu untuk mengangkat telepon tersebut. “Hallo?” “...” “Suster jangan bercanda.” “...” “Baik, terima kasih,” tutupnya dengan lemas. Telepon barusan dari salah satu klinik ternama. Mereka memberi tahu kalau Gadis sedang berada di sana. Dengan perlahan Andara memberi tahu keberadaan Gadis pada Rei. Cowok itu begitu kaget mendengar informasi yang di berikan Andara. Tak menunggu lama bagi keduanya untuk segera pergi menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, Andara melihat Sam yang berada di ruang tunggu, cowok itu begitu cemas. Tanpa disadarinya Rei telah melangkah lebar ia seketika meninju wajah Sam dengan kuat. Membuat sudut bibir Sam mengeluarkan darah. Sam tersenyum mengejek melihat Rei yang menatapnya dengan pandangan membunuh. Andara seketika menghentikan mereka berdua, begitu Rei akan memukul kembali. “Berhenti! Lo itu apa-apaan sih Rei. Lo nyadar dong!” bentak Andara keras. “Lo apaain Gadis, b******k!” “Seharusnya gue yang nanya, elo apain temen gue? Elo emang b******k, mau enaknya aja.” “Apa maksud lo?” “Gadis keguguran, dia stress. Awalnya gue pikir dia cuman datang bulan. Tapi begitu gue denger dia nangis sambil teriak kesakitan. Gue sadar ini bukan menstruasi, dan sorry, anak lo berdua enggak selamat,” ucap Sam dengan rasa menyesal di akhir kalimat. Baik Andara maupun Rei seketika terperangah kaget mendengar berita tersebut. “Hamil? Gadis hamil anak gue?” ulangnya masih dengan kaget. “Menurut lo? Dia hamil anak gue? Heh! Sebrengsek-brengseknya gue. Enggak bakalan naro benih gue sebelum waktunya,” ujar Sam sinis, cowok itu lalu melirik Andara yang masih kaget. Dirangkulnya cewek itu lalu mendudukkannya di kursi yang sudah disediakan. “Lo tenang aja, Ann. Gadis baik-baik aja kok.” Andara mengangguk lemah, tiba-tiba saja air matanya mengalir. Demi Tuhan, dirinya benar-benar ketakutan setengah mati dengan keadaan Gadis. Cewek itu tidak bercerita apa-apa soal keadaannya, tapi dirinya yakin kalau Gadis sendiri pun tidak tahu tentang kehamilannya. Andara menyandarkan kepalanya pada bahu Sam sambil menyeka air matanya. Ia kemudian meminta cowok itu agar menghubungi Aqnes untuk menyusulnya kemari. “Sam, gue boleh minta tolong?” Sam yang mengusap-usap rambut Andara seketika terhenti. “Minta tolong apa, Ann?” “Gue minta elo jangan cerita apa-apa soal keadaan Gadis ke anak-anak lain yah?” Sam mengangguk, diam-diam ia tersenyum bisa memeluk Andara seperti ini. “Tenang aja, gue bakalan tutup mulut kok. Lagian gue udah anggap Gadis kayak sahabat gue juga.” “Thanks yah, gue nggak nyangka lo baik banget.” “Gue emang baik kali, Ann, lo-nya aja yang enggak nyadar.” Ketika Andara masih sibuk mengobrol dengan Sam, dan Rei cowok itu tetep diam berdiri di depan pintu ruangan menunggu dokter. “Ekhem,” deheman keras membuat Sam mengangkat wajahnya ke atas, sedangkan Andara, cewek itu menatap heran pria di hadapannya tersebut. “Sedang apa kalian di sini?” “Gadis lagi sakit, Pak. Nah, Pak Adrian sendiri ngapain di sini?” “Saya habis jenguk teman saya, yang di sini,” balasnya datar. Entah kenapa melihat Andara menyender di bahu pria lain, membuat perasaan Adrian tidak suka. “Jangan berbuat m***m kalian,” Sam membelalakkan matanya, sedangkan Andara mengangkat kepalanya membenarkan letak duduknya seperti semula. “Bapak ih ngomongnya. Kepala saya pusing, Pak,” Andara tiba-tiba saja menarik Adrian untuk duduk di sampingnya, membuat Andara berada di tengah-tengah Adrian dan Sam. Setelah Adrian duduk, kini giliran bahu Adrian menjadi tempat sandaran kepala Andara. Membuat Sam membuang muka seketika. Yang benar saja! Dirinya harus kalah dengan Adrian. Padahal dirinya lebih muda, lebih tampan dari Adrian, tapi kenapa cewek yang dirinya suka malah menyukai Adrian yang usianya lebih jauh dari mereka berdua? “Ah, nyamannya,” bisik Andara sambil memejamkan kedua matanya tangannya masih menggenggam erat tangan Adrian. Tanpa disadari mereka, Adrian tersenyum. Senyum yang tidak sampai ke matanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD