Kuncup yang Terbangun

1137 Words
“Tetap saja, mereka penjahat dan bisa melakukan apa saja termasuk masuk ke sekolah ini melewati penjaga itu adalah hal yang mudah untuk dilakukan oleh penjahat itu, apa kau tidak berpikir mereka akan mengutus satu pembunuh wanita masuk ke sekolah ini dan membunuh orang-orang yang ada di dekatku, termasuk kamu. Apa kau tidak takut mati?” tanya Aliana, Aliana juga menakut-nakuti Lili dengan mengatakan hal menyeramkan dengan wajah yang dibuat-buat mengancam. “Huh! Aku tidak takut ya… jika pun aku mati dengan terbunuh maka aku akan hidup kembali sebagai arwah gentayangan dan menghantui mereka membalas dendam dengan mereka yang membunuhku dan aku akan membunuh mereka juga,” balas Lili dengan berani, ia tidak takut dengan ancaman Aliana. Lili malah berencana akan menjadi hantu untuk membalas dendam pada pembunuh dirinya. Aliana terkekeh dengan ucapan Lili teman barunya itu. “Kau yakin kau akan menjadi hantu setelah kau mati terbunuh?” tanya Aliana menyakinkan Lili. Karena Aliana adalah orang yang tidak percaya akan adanya hantu-hantu yang gentayangan itu. “Tentu saja, aku sudah banyak menonton film horror menarik, hantu itu menyeramkan dan dapat membunuh untuk membalas dendam. Mereka juga dapat merasuki tubuh orang yang ingin ia bunuh.  Hantu itu juga dapat menyiksa orang itu sebelum benar-benar mati,” jelas Lili dengan semangat pada Aliana. “Kau yakin sekali hantu itu ada dan dapat membunuh, apa mereka tidak takut pada manusia?” tanya Aliana kembali sambil tersenyum. “Tentu tidak Aliana, mereka malah ditakuti bahkan kau saja bisa setengah mati ketakutan jika mereka muncul dihadapanmu saat ini, karena kau pada sesama manusia saja kau bergetar ketakutan,” ejek Lili tentang Aliana yang ketakutan saat ada orang yang menguntitnya di gerbang sekolah. “Itu berbeda, orang-orang itu bisa memegang senjata tajam sedangkan hantu tidak bisa, jadi jelas lebih berbahaya manusia. Aku tidak takut pada manusia hanya saja jika posisiku tidak siap aku bisa saja dalam bahaya,” jelas Aliana, tidak terima ia dikatai penakut oleh Lili. Lili terkekeh mendengar penjelasan Aliana tadi. “Kau ini, padahal hantu itu lebih menyeramkan dari pada manusia,” ucap Lili. “Coba kau pikirkan, apakah hantu bisa meledakkan seluruh kota dengan nuklir?” tanya Aliana menguji daya berpikir Lili. “Jawabannya tidakan, nah coba manusia. Manusia bisa membuat nuklir itu meledak di sebuah kota dan menewaskan seluruh kota dan apalagi akibatnya? Akibatnya kota itu akan menjadi mati dan tidak berpenghuni,” jelas Aliana pada Lili. “Iya juga, tapi karena itu buatan manusia sendiri,” balas Lili tidak terima dengan kekalahannya dalam berdebat dengan Aliana. “Apa hantu bisa merusak alam? Jawabannya tidak, lalu apa hantu bisa menyincang tubuh manusia? Jawbaannya tidak lagi,” ujar Aliana menjelaskan lagi, kini wajah Aliana sudah tidak lagi ramah dengan tersenyum wajahnya dingin dan kaku tetapi tidak ia perlihatkan pada Lili. “Hantu juga bisa mencincang manusia kok, saat manusia dirasuki maka tubuhnya akan bergerak dan membunuh orang lain dan mencincangnya,” balas Lili yang masih tidak terima. “Apa kau tidak berpikir, itu adalah tangan manusia sendiri. Manusia bahkan bisa membunuh dan mencincang orang lain dalam keadaan sadar, apalagi saat ia tidak sadar,” ucap Aliana membalas ucapan Lili. Lili bergidik ngeri menyadari, manusia memang dapat membunuh orang lain dalam keadaan sadar tanpa pengaruh dirasuki. Manusia bahkan dapat dengan sadis mencincang tubuh manusia seperti sedang mencincang daging sapi, menguliti manusia baik itu dewasa ataupun anak-anak sekalipun itu tentang jenis kelamin. Manusia memang lebih mengerikan dari pada hantu. “Kau tau, hantu butuh penampilan yang mengerikan baru terlihat menakutkan. Tetapi tidak dengan manusia, kita bahkan dapat ditakuti walau kita berpenampilan menarik, baik itu cantik manis ataupun tampan berkarisma,” tambah Aliana sambil tersenyum kecil dengan sudut bibir yang lebih terangkat membentuk smirk. “Iya Al, aku baru sadar kau benar. Manusia bahkan lebih mengerikan dari pada hantu,” balas Lili, ia mengakui bahwa manusia lebih mengerikan dari pada hantu. Sudah banyak bukti yang tidak bisa dipungkiri tentang kekejaman manusia. Aliana dan Lili berjalan beriringan hingga sampai di kelas mereka yang berada di lantai dua bertepatan dengan kelas lukis dasar seni rupa dua dimensi. Aliana masuk ke kelas bersama Lili. Ia melapor pada guru yang sedang berada di kelas karena keterlambatan mereka berdua. Guru mengizinkan mereka mengikuti kelas itu saat itu juga. Aliana dan Lili mengambil posisinya dan mempersiapkan semua alat yang ia butuhkan untuk meniru objek yang sedang diperhatikan setiap murid di kelas tersebut. Objek yang sudah diatur sedemikian rupa, terdiri dari apel, pisang, anggur, otol minuman, dan juga pisau yang diletakkan di atas meja di tengah-tengah ruangan kelas tersebut. Mereka harus menyalin semirip mungkin dengan potret objek tersebut di atas kertas gambar mereka masing-masing. “Hari ini objeknya tidak terlalu sulit untuk ditiru,” seru Lili yang duduk tidak jauh dari samping Aliana. “Benar, benda-benda di depan itu bisa saja dibuat lebih menarik dan cantik,” celetuk Aliana dengan pelan sedikit berbisik pada Lili. “Benarkah? Bagaimana caranya,” tanya Lili yang tidak percaya bahwa potret objek mereka bisa menjadi lebih menarik dari sekedar objek yang di susun rapi di depan itu yang harus mereka gambar. “Aku akan membuatnya jika aku memiliki banyak waktu yang cukup untuk menyelesaikan dua gambar ini,” balas Aliana. “Baiklah, ayo kita mulai karena yang lain bahkan sudah hampir menyelesaikan tahap akhir gambar mereka,” kata Lili yang kini sudah fokus pada kertas di depannya untuk menggambarkan objek di depannya itu. Sedangkan Aliana menatap malas pada objek di depannya, kemudian Aliana tersenyum terpaksa dan mulai menggunakan pensilnya mencoret membentuk pola di atas kertas putih gading di depannya. Setelah beberapa jam berada di kelas tersebut, guru lain masuk ke kelas Aliana. “Maaf Ibu Hela, saya menjemput Aliana untuk datang ke kantor kepala sekolah,” izinnya pada guru yang sedang mengajar memperhatikan muridnya menggambar menyalin objek mereka. Guru Hela tersenyum kemudian melihat ka arah Aliana yang masih berkutat dengan kertasnya. “Aliana Awari! Silahkan izin dari kelas ini, ikuti Ibu Key,” ucapnya memanggil Aliana. Aliana yang namanya dipanggil lalu melihat ke arah guru yang memanggilnya dan berdiri, sebelum ia pergi Aliana membereskan buku gambar dan alat lukisnya. Kemudian Aliana memberikan buku gambarnya pada Lili yang berada di sebelahnya dengan tersenyum manis. “Aku pergi dulu, jaga dirimu,” ucapnya berpamitan pada Lili. Sedangkan Lili sendiri bingung karena Aliana memberikan buku gambarnya pada dirinya begitu saja. Lili menatap punggung Aliana yang pergi menjauh darinya dan keluar dari ruangan kelas tersebut tanpa menoleh sedikitpun tetapi saat keluar Lili melihat senyum misterius terpatri di wajah cantik Aliana. Lili hanya berkerut bingung dan juga bercampur ngeri karena wajah Aliana tidak bisa dengan senyum seperti tadi. Kelas dilanjutnya dan Lili menyimpan buku gambar Aliana di sampingnya kemudian ia fokus pada gambarnya sendiri. Sedangkan di tempat lain, Aliana sedang berjalan mengikuti pungung guru yang menjemputnya tadi menuju ruangan kepala sekolah. Aliana yakin jika Hasbie telah datang menjemputnya dan mengeluarkan dirinya dari sekolah. (b) ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD