Perpanjangan Jalan

1156 Words
Aliana terus berjalan menuruni tangga hingga berada di lantai satu gedung sekolah tersebut. Memasuki lorong lain dari sekolah tersebut untuk sampai ke ruangan kepala sekolah. Cukup jauh jarak yang ditempuh dari kelasnya tadi ke ruangan kepala sekolah. Setelah beberapa menit berjalan menelusuri lorong akhrinya mereka sampai di depan pintu ruangan kepala sekolah. Pintu ruangan itu sangat besar menjulang tinggi di depan mereka. Kemudian guru Key membuka pintu berwarna coklat itu dan Aliana mengikutinya di belakang untuk masuk ke ruangan kepala sekolah. “Permisi bapak kepala, Aliana sudah di sini,” ujar guru Key. “Papa,” sapa Aliana pada Hasbie yang duduk di depan meja kerja kepala sekolah. “Anakku, kau baik-baik saja,” tanya Hasbie melihat putri bungsunya. “Tentu saja,” jawab Aliana. “Baiklah karena putri anda sudah di sini, anda yakin akan benar-benar menjemputnya pulang?” tanya kepala sekolah itu kembali. “Tentu saja pak, maafkan saya karena membuat repot sekolah,” jawab Hasbie. “Saya tidak masalah tentang itu, jika itu sudah menjadi keputusan bersama dan tidak ada keberatan dari pihak manapun, silahkan tarik kembali anak anda,” balas kepala sekolah. “Baiklah Pak, terimakasih sudah menerima anak saya dalam beberapa minggu ini di sini,” seru Hasbie. Kepala sekolah tersenyum membalas perkataan Hasbie. “Saya juga sengan menerima siswi baru di sekolah saya,” balas kepala sekolah. Kemudian mereka berpamitan dari sana dan pergi dari tempat itu. “Saya dan anak saya permisi, terimakasih sekali lagi,” pamit Hasbie. “Barang-barang atas nama Aliana Awari sudah disiapkan, oleh pengurus asrama,” jelas guru Key sebagai coordinator dan tangan kanan kepala sekolah. “Terimakasih guru Key,” ucap Aliana. Guru Key membalasnya dengan memberikan senyuman pada Aliana. Aliana dan Hasbie tinggal pergi ke bagian dalam Asrama gedung 3 untuk menjemput barang-barang Aliana. Mereka diperbolehkan membawa masuk mobil ke area asrama karena menjemput barang yang cukup banyak. Ada satu cover berisi pakaian, dan satu tas berisi alat gambar milik Aliana, satu tabung tempat draf lukis pun tidak Aliana lupakan. Setelah semua diangkut dan dimasukkan ke dalam mobil mereka berangkat keluar dari area asrama dan sekolah melewati pintu gerbang utama sekolah tersebut. “Dek, apa kamu melihat orang itu lagi hari ini?” tanya Hasbie. Ia tidak bertanya bagaimana perasaan Aliana setelah keluar dari sekolah yang sudah membuat Aliana nyaman tersebut. Karena ia tahu tidak ada gunanya untuk bertanya karena mereka sudah keluar dari sekolah tersebut. “Tidak, atau mungkin belum karena Alia belum pergi ke gerbang utama hari ini,” jawab Aliana yang duduk di samping Hasbie yang sedang mengemudikan mobil. “Maafkan Papa, mereka masih saja mengikutimu sampai ke sekolah barumu,” ujar Hasbie kemudian. “Bukan salah Papa, kita tidak tau apa yang diinginkannya dan sepertinya mereka akan tetap mengikutiku sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan,” jelas Aliana tampak tenang dan tidak merasa khawatir akan keselamatan dirinya sendiri. “Kau terlihat begitu tenang, apa kau ada berbicara pada mereka?” tanya Hasbie kembali. “Tidak, aku tenang karena aku tidak tau apa yang mereka inginkan dariku,” balas Aliana kemudian. Mereka berdua berhenti berbicara, dan tenggalam dalam kesunyian. Mobil sudah sangat jauh meninggalkan area sekolah. Sampai di suatu pom bensin. Hasbie berhenti untuk mengisi bahan bakar. “Ayah, aku ingin memberi cemilan di minimarket itu,” ujar Aliana tiba-tiba. “Baiklah, turunlah dan beri yang kau inginkan,” izin Hasbie dan memberikan kartu atmnya pada Aliana. “Terimakasih Papa,” ucap Aliana saat menerima kartu tersebut. Aliana pergi dengan Hasbie yang masih berada di pom bensin untuk mengisi bahan bakar. Aliana menyeberang jalan menuju minimarket. Tetapi tanpa disadari oleh Hasbie Aliana ditarik oleh seseorang untukmasuk ke dalam mobil dan membawanya pergi. Aliana dibuat pingsan agar orang itu mudah untuk membawanya. Orang itu hanya sendiri tidak berkerja dengan banyak rekan seperti penculik pada umumnya. “Maafkan aku harus membawamu seperti ini,” ujar orang itu saat melihat Aliana tidak sadarkan diri di bangku belakang. Mobil itu membawa Aliana pergi menjauh dari pom bensin tempat Hasbie menunggu Aliana kembali. Mobil tersebut sampai di sebuah baseman gedung bertingkat. Aliana di gendong oleh orang itu untuk masuk ke satu-satunya lift yang ada di gedung tersebut. Gedung itu sunyi dan tidak ada orang yang sedang berlalu lalang memudahkan Aliana di bawa oleh orang itu. Sampai di depan sebuah pintu oran gitu menurunkan Aliana dan meletakkannya di lantai, ia merogoh sakunya dan mengambil kartu pembuka pintu plathouse. Lalu kembali ia mengangkat tubuh Aliana dan membawanya masuk. “Aku tidak menyangka dia seberat ini,” ujar orang itu meregangkan otot-ototnya setelah sepanjang ia membawa tubuh Aliana dengan menggendongnya untuk sampai ke plathouse tersebut. Aliana dibangunkan dengan air yang di cipratkan pada wajahnya, Aliana bangun dari tidak sadarkan dirinya. Saat ia sudah dapat membuka matanya sepenuhnya. “Kau siapa?!” tanya Aliana dengan nada keras. Kemudian mata Aliana menelusuri plafhouse tersebut. “Kau menculikku?! Kemana kau membawaku hah?!” tanya Aliana lagi. “Tenang-tenang, aku akan menjelaskan alasanku. Benar aku menculikmu, sebab kau sangat susah untuk ditemui,” jelas laki-laki itu. Aliana menatap horror orang di depannya itu. Sadar akan tatapan Aliana yang menajam menatapnya, laki-laki itu pun menyerah dan melepaskan Aliana dari cengkramannay. “Baiklah, aku Andrean Mahendra, ak/” ucapan Andrean terputus karena Aliana memotong ucapannya. “Untuk apa kau menculikku!? Aku tidak kaya, dan aku ini juga tidak memiliki jabatan!” kesal Aliana melihat laki-laki di depannya itu. Laki-laki itu tampan tetapi Aliana kesal karena seenaknya menculik dan menyentuhnya. “Astaga, aku belum selesai berbicara jadi tolong dengarkan aku dulu. Satu lagi yang harus kau tau, kau itu kaya dan sangat kaya jadi kau diam dulu dan dengarkan aku,” perintah Andrean karena ia gemas dengan Aliana yang memotong ucapannya. Aliana pun menatap Andrean dengan bingung karena Andrean menyebutnya dengan orang yang sangat kaya. “Kau bilang aku kaya? Aku ini anak bungsu dan belum bekerja darimana kekayaanku,” ucap Aliana kembali. Dan itu membuat Andrean gemas karena ia kembali tidak jadi berbicara karena ucapan Aliana lebih dulu keluar dari mulutnya dari pada dia. “Astaga aku kalah cepat lagi,” kesal Andrean menghela nafasnya. “Yaaa! Kau berbicaralah yang jelas!” bentak Aliana. “Hey! Bisakah kau diam dulu dan jangan banyak berbicara dan bertanya!” bentak Andrean yang tidak kalah kesal. Ia yang selalu tenang entah mengapa menjadi mudah emosi ketika baru saja bertemu dengan Aliana. begitu pula Aliana yang sering diam tiba-tiba memiliki minat untuk meninggikan suaranya. “Tapi kau orang jahat! Kau jangan macam-macam denganku,” peringatkan Aliana pada Andrean. “Ya aku orang jahat yang mencoba menjadi baik, maka dari itu aku menculikmu, kau tau aku ini menyelamatkanmu bukan menculikmu. Eh iya aku memang menculikmu tapi untuk menyelamatkanmu dan memberikanmu sebuah rahasia dan informasi penting. Mungkin setelah ini kau dan aku harus selalu bersama-sama,” jelas Andrean pada Aliana. Sedangkan Aliana yang mendengar penjelasan Andrean hanya tercengang tidak percaya. “Apa buktinya jika kau sedang menyelamatkanku?” tanya Aliana pada Andrean dengan menatap curiga Andrean. (c) ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD