6. Badut Kantor

1131 Words
Tanpa banyak bicara. Abi berbalik dan mulai menaiki undakan anak tangga untuk kembali semula ke kamarnya. Hani yang melihat itu akhirnya mengusap pelan dadanya dan bernafas lega "Huh! dasar cowok aneh" gerutu Hani pelan saat melihat Abi sudah jauh darinya dan ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. … Beberapa menit kemudian,. Setelah pekerjaannya kelar, Hani mulai menyiapkan sarapan berupa bubur ayam di atas meja makan dan juga secangkir kopi panas. "Apa mau di panggil ya?" Hani jadi bingung sendiri dan mondar mandir tidak jelas. Sementara Abi, pria itu kembali melangkah keluar dari kamarnya dan mulai menuruni anak tangga dengan tas kerja di tangan kanannya. Setelah ia sampai di lantai bawah, tiba-tiba, Abi menghentikan langkah kakinya. Keningnya mulai berkerut bingung saat melihat Hani yang mondar mandir di ruang tamu sambil menggigit ujung kukunya. "Kamu sedang olahraga pagi?" tanya pria itu dengan tampang datar tanpa ekspresi Hani tersentak "Astaga.." ucap Hani sambil mengusap dadanya. Kaget. "Begitu saja kaget" Abi melanjutkan langkahnya dan langsung saja menuju dapur melewati Hani yang menatapnya dengan tatapan horor. "Ini bocah bener-bener.." Hani tidak meneruskan kalimatnya. yang pasti gadis cantik itu melontarkan ribuan sumpah serapah di dalam hatinya buat Abi. "Kamu ikut aku masuk kantor" Bicara Abi setelah menyelesaikan sarapan bubur ayam di depannya "Apa!" pekik Hani tanpa sadar saat mendengar perintah dari Abi barusan. Sementara Abi, wajahnya kembali datar saat mendengar pekikan Hani. Gadis itu seakan sangat keberatan dengan perintahnya. Sedangkan Hani, gadis itu paham akan maksud tatapan tajam Abi. "Setelah aku mandi" imbuh Hani lagi setelah rasa kagetnya hilang "Sekarang berangkatnya" perintah Abi lagi "Gimana mau masuk kantor, kamu gak liat aku masih pake piyama tidur? emang karyawan kamu ada yang masuk kantor pake piyama tidur gitu?" bicara Hani kesel. "Jangan banyak protes, Hani Syakila. Kamu tidak telanjang bukan? Jadi tidak usah bawel!" pungkas Abi Hani di buat terperangah dengan ucapan Abi sebentar tadi. Selain irit bicara, ternyata pria itu ngomongnya juga suka nggak pake sensor. "Ayuk!" Hani bisa apa? Gadis itu hanya bisa menurut meskipun dirinya harus protes gak bakalan juga Abi mau mendengarnya. Setelah Hani mendaratkan bokongnya di dalam mobil, Abi mulai menyalakan mesin mobilnya dan perlahan keluar dari pekarangan rumahnya. Sekian menit berkendara akhirnya mobil hitam mengkilap itu memasuki pelataran parkir Silhouette Group dan Abi memarkirkan mobilnya di parkiran VVIP. "Ayuk turun" ucap Abi sambil menatap tepat pada netra pekat milik Hani Hani menggeleng cepat "Gak mau!" Abi membuka pintu sampingnya dan pria itu melangkah keluar kemudian mengitari setengah mobilnya kemudian membuka pintu di samping Hani "Sekarang turun" perintah Abi lagi "Gak mau!" Hani masih tetap kekeh tidak mau melangkah keluar dari dalam mobil. "Fine!" ucap Abi "Kalau begitu, saya panggul saja kamu masuk ke dalam" ancam Abi sukses membuat Hani menegang. Membayangkan dirinya di panggul masuk ke dalam sana adalah hal yang sangat memalukan sekali. mau ditaruh di mana mukanya. "Iya! iya! aku turun. awas minggir!" Sengit gadis itu. kesal sekali karena mendapat ancaman terus menerus dari pria tampan itu. Sementara Abi, diam-diam ia menyunggingkan senyumnya saat melihat wajah kesal Hani. Baginya, wajah Hani yang seperti itu terlihat sangat menggemaskan menurutnya. Dengan gerakan cepat, Abi mencengkam pergelangan tangan Hani dan menariknya paksa untuk segera masuk. Di lobi kantor, beberapa pekerja yang melihat Hani masih berbalut piyama tidur menatap gadis itu dengan pelbagai reaksi mengundang rasa kurang nyaman pada dirinya. 'Tu kan, mana para ceweknya ngeliatin aku kek aku ini maling lagi' batin Hani Abi yang tidak pernah melepaskan cengkaman tangannya membawa Hani masuk ke dalam lift VVIP. Mengacuhkan pandangan karyawan yang lainnya. bagi Abi tidak ada yang salah kalaupun Hani masuk kantor memakai piyama tidur selagi gadis itu masih memakai baju. "Ck! tu kan. aku malah jadi badut di kantor ini. aku yakin banget kalau satu hari ini pasti aku jadi bahan gibahan karyawan kamu" bicara Hani dengan perasaan kesal yang bercokol di dadanya "Biarkan saja." jawab Abi santai tanpa beban "Biarkan saja katamu, karena bukan kamu yang digibahin" semprot Hani "Diam Hani atau aku yang akan bikin kamu diam" ancam Abi yang matanya mulai fokus pada bibir soft pink milik Hani yang begitu menggoda. "Ngancem mulu kerjaannya dasar fir.." "Hmmpph!!" Mata Hani auto melebar di saat mendapat serangan dadakan. pria itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Abi membungkam bibir Hani menggunakan bibirnya dan melumat kasar sebelum melepasnya "Kamu!" "Kenapa? masih mau?" tanya Abi dengan wajah tanpa dosa seolah dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun Hani akhirnya bungkam sehingga lift berhenti di lantai sepuluh dan sekali lagi Abi menarik paksanya untuk melangkah keluar dari sana. Mereka masuk ruangan bersama dan Abi meminta Hani untuk duduk di sofa "Kamu mau di sini atau ikut dengan ku masuk ruangan rapat?" Abi bertanya tanpa melihat ke arah lawan bicaranya "Ogah! mending di sini saja" tolak Hani Abi mengangguk pelan Tok! tok! Tok! pintu di ketuk kemudian di buka dari luar menyembulkan wajah Alex. sang pembantu yang bicaranya sebelas dua belas dengan tuannya. sama-sama menyebalkan. muncul seseorang dari belakang Alex sambil nyengir menatap Hani membuat gadis itu mengerjap beberapa kali "Tari! kamu ngapain kemari? malah sama dia lagi?" Hani penasaran kenapa temannya itu bisa barengan sama Alex "Kamu aku tinggal rapat dulu sebentar. selama aku rapat kamu bisa bersihkan diri di kamar mandi yang ada di samping sana." belum sempat Tari menjawab pertanyaan temannya, malah Abi yang terlebih dahulu berbicara kemudian melipir keluar bersama pembantunya. "Beb, wih! kamu mah keren sekali" Tari tertawa terpingkal-pingkal sehingga sudut matanya berair "Lucu sekali ya? hahaha, aku seneng kok" Celetuk Hani tertawa garing sambil merotasi bola matanya. kesel pastinya. Tari menyudahkan tawanya lalu menyorong paper bag yang tadi di bawanya "Ni aku bawain kamu baju ganti beb. Aku tu gak habis pikir ya. kamu keren sekali beb malah masuk kantor pake piyama tidur. warna pink lagi.. hahahaha" Tari tertawa di hujung kalimatnya. "Dasar kamu, kalo gak di paksa aku tu ogah banget mau pake beginian masuk kantor tau gak sih" Ucap Hani kesel. Bibirnya sudah maju ke depan beberapa senti mengalahkan bibir bebek. "Oh ya! ngomong-ngomong. Tuh si Vampir full paket pake banget deh, udah tajir melintir, ganteng lagi. kamu tidak tertarik sama dia?" goda Tari Hani dengan cepat menabok lengan temannya itu "Ogah! aku tu gak tertarik sama anak kecil. aku gak mau di panggil tante girang gara-gara demen sama anak kecil." jawab Hani cepat "Loh.. anak kecil gimana sih Han! itu pria dewasa plus ganteng loh" Imbuh Tari "Tetap aja anak kecil Tari karena usianya di bawah kita lima tahun. idih gak mau aku beb. kalo kamu mau ya ambil aja sono" serobot Hani "Gak nyesel nih kalo aku ambil?" Tari masih lagi betah menggoda temannya itu "Malah aku bersyukur banget kalo kamu jadian sama dia! udah ah, aku mau mandi. tar keburu tu si Firaun kelar rapatnya dan aku masih belum juga mandi" pungkas Hani kemudian segera berlari menuju ke kamar mandi yang di maksud Abi tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD