Masalah Cucunya

1063 Words
Setelah Mbok Rahmi pergi, Kayla pun masuk ke dalam kamarnya tanpa ba bi bu. Neneknya pun tak bisa bertanya lebih lanjut mengenai masalah cucunya tersebut. Karena khawatir Kayla malah semakin kepikiran. Kayla membersihkan badannya yang penuh dengan minyak urut itu, kemudian menghempaskan badannya untuk beristirahat. Kenangan-kenangannya bersama dengan Liam tiba-tiba muncul di memori. Kayla menutup wajahnya dan menghembuskan napas. Berat ternyata melepaskannapa yang sudah menjadi kebiasaan. Apalagi mengingat bahwa sebentar lagi Liam akan menikah. Rasanya seperti berada di negeri dogeng yang nyata dan ia harus menerimanya. Tak lama kemudian kayla pun memutuskan untuk memenjamkan mata nya dan merelaksasikan badannya yang lah itu. Untuk saja pijatan mbok Rahmi mampu mengobati rasa pegal yang ada pada badannya. Hingga tak terasa malam pun menjelang, neneknya pun akhirnya mengetuk pintu untuk memberitahu kayla bahwa makan malam sudah siap. Bukan neneknya yang memasak tentu saja, Kayla bukan tipe cucu yang mau merepotkan neneknya. Akan tetapi mereka di Masaki oleh tetangga yang Kayla bayar setiap bulannya untuk memasak dan membersikan rumah mereka yang kadang tidak bisa Kayla sentuh. “Kayla,” panggil neneknya dengan lembut sambil mengetuk pintu yang sebenarnya tidak dikunci oleh cucunya. “Nduk, udah ada makanannya diantar nih. Makan dulu baru lanjut tidur,” kata neneknya sambil membuka pintu. Terlihatlah Kayla yang terbaring dengan rileks karena badannya yang sudah enakan. Nenek tersenyum manis, ternyata cucunya memiliki sikap yang lucu juga Meskipun sudah besar. “Nduk, bangun dulu. Kita makan dulu baru kamu lanjut tidur,” kata Nenek sambil menatap ke arah Kayla yang sudah bangun. Akhirnya Kayla pun bangun dengan sempurna dan menuju ke ruang makan. Mereka berdua makan dengan tenang dan sunyi. Tak ada yang bersuara kecuali dentingan garpu dan sendok. “Aku bakalan pergi, Nek. Lumayan lama, Nenek ikut aja gimana?” Kayla menawarkan neneknya untuk ikut serta di dalam perjalanan dinasnya ini. “Kemana? Ngapain? Kok tiba-tiba harus pergi?” rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut sang nenek. “ iya soalnya aku emang harus pergi nek, karena emang kerjaan aku dialihkan ke sana selama satu bulan. Dan kemungkinan aku juga satu bulan berada di sana ya udah nenek mau nggak ikut?” “Kalau satu bulan lamanya, rumah kita gimana?” “Ya kosong satu bulan. Kan nggak papa, nanti Neneng bisa pergi tiap minggu ke rumah kalau emang kangen suasana rumah. Aku yang temenin balik,” “Ah nggak ah, suruh tante Lynda aja buat jagain nenek. Soalnya nanti juga nggak mau kalau pergi terlalu jauh dan lama, usah Adaptasinya juga. Kamu juga disanakan pasti kerja, jadi nenek bakalan kesepian juga,” sebenarnya Kayla sudah mengetahui bahwa kemungkinan besar neneknya akan menolak. Terbukti sekarang neneknya malah menolak, dengan alasan ia tidak ingin beradaptasi lagi dan tidak ingin kesepian di sana. Karena memang telah di sana kan Subaru per sibuk untuk menyusun proyek yang tanggalnya sudah lumayan mepet dengan tanggal perilisan. “Ya sudah, nanti aku telpon Tante Linda ke sini,” Akhirnya kesepakatan sudah terjalin antara nenek dan cucunya ini. Neneknya sama sekali tidak menanyakan Liam kepadanya yang berarti dia tahu bahwa terjadi sesuatu antara dirinya–Kayla dan Liam. “Nenek enggak mau tanya Liam ke aku?” tanya Kayla yang malah bertanya balik kepada neneknya. “Enggak, nenek enggak tertarik sama cerita yang enggak mau kamu ceritain. Daripada kamu nangis dan kepikiran, nenek lebih setuju diam dan melihat apa saja yang akan kamu lakukan,” kata Resti sambil menatap ke arah cucunya dengan tatapan lembut. Kayla tersenyum, untung saja ia memiliki nenek super pengertian. “Ya udah kalau gitu, aku aja ceritain tapi Nenek juga jangan marah sama dia. Ini kesalahan aku dan dia, makanya kita harus berpisah,” kata Kayla yang akhirnya menceritakan semuanya kepada sang Nenek. Anehnya ketika ia menceritakannya semua yang ia pendam rasanya terbuka dan terangkat begitu saja. Rasanya seperti menjadi orang baru kembali dengan beban yang meringan. “Kalau begitu sebenarnya kamu bekerja ini karena mau kabur dari acara pernikahannya?” tanya Resti yang mengerti akan kepergian mendadak Kayla. “Ya faktornya sih nggak dari itu juga, aku bisa dapat intensif lebih dan memiliki pengalaman baru. Aku juga mikir kalau misalnya aku datang kemungkinan besar aku belum siap untuk menghadapi dia bersama istrinya. Makanya aku, membuat alasan yang logis untuk aku biar nggak datang ke sana,” Khayla menetap ke arah Resti dengan tatapan yang menjelaskan bahwa sebenarnya odd masih ada luka di dalam dirinya. Resti menetap cucunya dengan tatapan Sendu. Ia tak mengira bahwa hubungan yang ia sangka harmonis dan akan melaju ke jenjang pernikahan ternyata harus kandas seperti itu. Apalagi posisinya sang mantan mengundang cucunya untuk datang. Entah apa jadinya jika Kayla memiliki sikap yang nekat. “Yaudah kalau gitu, apa yang baik silahkan kamu jalani. Nenek cuma mau kamu menjadi wanita karir yang baik dan selalu menebarkan kebahagiaan dan kasih sayang,” kata Resti sambil menatap Kayla yang sedang menyantap telur baladonya. “Cinta terkadang memang rumit, Nduk. Kamu harus bisa melepaskan dan mengikhlaskan dia yang memang bukan jodoh kamu. Dilihat dari kondisi saat ini, kalian memang sangat bertolak belakang,” “Iya Nek, aku sekarang berusaha untuk tidak neko-neko dan fokus aja sama karir,” “Baguslah kalau begitu,” *** Tak terasa hari semakin berjalan semakin cepat pula waktu Kayla untuk pindah ke kota sebrang dimana ia harus meninggalkan neneknya. Ada Risda dan Vira yang ikut menemani Kayla ke stasiun. Rasanya berat meninggalkan neneknya hanya dengan tantenya saja. Walaupun tantenya dinyatakan seratus persen bisa ia percayakan. Namun tetap saja tidak ada yang lebih secure dibandingkan dengan diri sendiri. “Lo berdua sering-sering jenguk nenek gue ya,” kata Kayla yang seperti sudah ingin pergi jauh selama bertahun-tahun. “Iya, Kay. Tenang aja, lo di sana harus happy. Enggak usah mikirin orang lain, oke?” Vira menatap ke arah Kayla sambil tersenyum. Kayla mengangguk setuju bahwa ia akan fokus kepada dirinya sendiri mulai sekarang. “Lo harus fokus buat ngubah diri lo ke yang lebih baik. Tapi jangan coba-coba anda berpaling dari kita ya?” ancam Risda yang membuat Kayla terkekeh. “Iya, aku enggak bakalan selingkuh kok,” kata Kayla yang membuat Vira serta Risda ingin muntah. “Geli banget,” kata Risda dan Vira bersamaan. Kemudian tiba saatnya kereta dari Kayla berangkat. Ia menatap ke arah Neneknya dengan tatapan sendu. Meninggalkan neneknya adalah keputusan paling berat dalam umurnya saat ini. “Kalau ada apa-apa langsung telpon ya? Telpon Vira atau Risda kalau tidak memungkinkan aku yang ditelpon, oke?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD