Pertunjukan Seni

1089 Words
Bukan hanya tempat jualan, tapi ada juga beberapa pertunjukan seni jalanan, hal tersebut membuat Kayla, Risda dan Vira tampak senang melihatnya. Tak lupa merekapun ikut menari-nari mengikuti irama musik, sementara Juna dan Liam hanya bisa tetawa saja melihat mereka. Liam juga tidak lupa mengabadikan momen tersebut. Tapi beberapa kali Liam hanya memfokuskan lensa pada satu arah saja, dirinya tampak senang sekali dapat mengabadikan momen tersebut. Setelah asik bermain-main, tibalah rasa lapar menyerang perut ketiga anak perempuan yang doyannya makan kalau ketemu tempat makan. “Makan yu ... kayanya ada tempat makan yang enak di sana,” ucap Risda. “Iya nih laper, mau makan,” ucap Kayla. “Yaampun tadi pagi kalian sudah makan dan sekarang masih bilang lapar?” Juan benar-benar tidak percaya pada kenyataan yang ia lihat di depannya. Seharusnya ia dan Liam menggambil makanan dengan porsi yang banyak tadi pagi. “Yaudah kita makan, mau di mana?” tanya Liam. “karena kita lagi di Yogya kita cari tempat makan yang nyediain makanan khas Yogya dong, karena biasanya harganya juga lebih murah,” ucap Vira. “Yu kita cari,” ucap Kayla. Mereka akhirnya pergi mencari makanan, di sela-sela perjalanan tak lupa mereka membeli sesuatu untuk dibawa pulang nanti, karena akan lebih merepotkan kalau mereka harus kembali lagi ke tempat yang sama nantinya. “Aku haus, aku beli minuman dulu ya,” ucap Kayla sambil menunjuk kearah sebuah warung kecil yang menjual berbagai cemilan kecil. “Aku ikut,” ucap Liam. Akhirnya Kayla dan Liam pergi mencari minuman, sementara ketiga temannya yang lain masih sibuk memilih barang untuk di bawa pulang nanti. “Kita harus sering-sering main ke tempat kaya gini, seru tau,” ucap Kayla. “Iya ... sepertinya nanti aku harus membeli memori kamera lebih banyak kalau seperti itu,” ucap Liam sambil tersenyum. “Haha ... yaampun,” Kayla ikut tertawa mendengar perkataan Liam, mengingat betapa seringnya Liam menggambil foto sampai-sampai tidak bisa terhitung oleh ingatannya. “Mbak, saya beli ini lima buah,” ucap Kayla sambil menyerahkan lima botol air mineral untuk diberikan kepada teman-temannya nanti. Ketika Kayla mau menggambil uang, Liam dengan cepat langsung membayar semua air mineral tersebut. “Ini mbak, terimakasih,” ucap Liam seraya memberikan uang kepada penjaga warung tersebut. “Loh kenapa kamu yang bayar? Kan aku yang mau beli,” ucap Kayla. “Kamu beli lima, dan pasti ada jatah untukku satu, jadi sekalian saja aku membayar semuanya,” jelas Liam. “Tapi ....” “Tidak ada tapi-tapian, ayo jalan ... nanti mereka pada nungguin kita lagi,” ucap Liam yang langsung beranjak pergi dari warung. Sepanjang jalan menuju toko tempat teman-temannya memilih oleh-oleh, Kayla dan Liam hanya mengobrol hal-hal random, tentang kesan mereka berada di Yogyakarta beberapa hari ini. “Setelah dari sini kita mau ke mana?” tanya Kayla. “Lebih baik kita makan dulu saja, setelah itu baru kita bicarakan lagi, tempat mana yang mau kita kunjungi lagi,” ucap Liam. Kayla hanya mengangguk, tidak salah kalau Yogyakarta disebut dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, karena semua yang ada di sini memang sangat istimewa sekali bagi Kayla dan teman-teman yang lainnya. Setelah sampai, benar saja kalau ketiga temannya itu sudah menunggu mereka, Kayla langsung memberikan minuman yang tadi ia beli dengan Liam. “Kamu tau aja kalau aku juga kehausan,” ucap Risda. “Haha ... tidak juga, aku memang sengaja membeli lima botol,” ucap Kayla. Setelah selesai minum, kini mereka melanjutkan perjalanan mereka lagi mencari tempat untuk makan, sebenarnya banyak tempat makan yang telah ia lewati, namun sayangnya semua tempat makan tersebut tampak penuh, sementara mereka membutuhkan tempat yang bisa dimasuki oleh lima orang sekaligus. “Bener-bener rame ya, orang-orang lagi pada liburan, kali, ya?” ucap Vira. “Sepertinya begitu,” jawab Risda dan Kayla. Mereka tidak sedikitpun merasa lelah demi mencari tempat makan, karena jika tidak, perut mereka pasti akan meronta-ronta. “Tempat makan semua penuh, apa kita mau cari yang lain saja?” tanya Kayla. “Yasudah kalau gitu kita cari di tempat yang lain aja, lagipula di sini terlalu ramai, akan lebih sulit untuk mengobrol nanti,” ucap Risda. Akhirnya semua sepakat untuk meninggalkan Malioboro menuju ke tempat yang sama sekali belum mereka rencakan. Untuk menghilangkan kesunyian dan juga rasa lapar, Liam menyetel radio yang memutar beberapa lagu yang disukai oleh semuanya. Sepanjang jalan Liam terus tengok kanan dan kiri, melihat apakah ada tempat makan yang bisa mereka singgahi saat ini. “Itu ada warung makan, mau?” tanya Liam. Semuanya langsung melihat kearah tempat yang ditunjuk Liam. “Boleh, tidak terlalu ramai juga di sana,” ucap Kayla. “Yaudah yang penting itu kita makan,” ucap Vira. “Pikiran kamu makan terus ...,” canda Juna. “Biarin, selagi bisa makan, maka lebih baik nikmatilah banyak makanan,” ucap Vira. “Tapi gak berlebihan juga Vir,” timpal Risda yang juga menggoda Vira. Seketika semuanya tertawa kecuali Vira. Setelah sampai di tempat tersebut, akhirnya mereka semua turun setelah Liam memarkirkan mobilnya. “Akhirnya kita bisa makan juga,” ucap Kayla. Kayla, Risda dan Vira langsung berlomba-lomba masuk ke dalam lebih dulu, sementara Juna dan Liam hanya bisa mengeleng-geleng kepala melihat tingkah ketiga teman perempuannya ini. “Kalian mau pesan apa?” tanya Juna sambil melihat menunya. “Wah ... kayanya makanannya enak-enak,” ucap Vira. “Semua makanan itu pasti enak, selama kamu yang makan,” ucap Risda. Lagi-lagi semua dibuat tertawa, sementara Vira hanya terkekeh saja. Setelah selesai memesan, tak lupa Liam menggambil gambar bersama, kali ini hanya dengan menggunakan kamera handphone saja. “Liat kamera semua,” ucap Liam sambil mengarahkan kamera depan untuk bisa melihat gambarnya. Mereka semua tampak senang, tak lupa mereka juga membicarakan harga-harga barang yang tadi mereka beli untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. “Kalau tau harganya segitu tadi aku beli banyak,” ucap Risda. “Ingatlah yang berlebihan itu tidak baik,” ucap Vira yang membalas ejekkan tadi. “Hei ... kalau kelebihan barang seperti baju itu tidak jadi masalah,” ucap Risda lagi. Vira tidak menjawabnya, karena malas berdebat, “kamu beli apa Kay buat nenek kamu?” tanya Vira yang berhasil membuat semuanya menoleh ke arah Kayla saat ini. “Ada deh, pokoknya rahasia,” ucap Kayla. “Yaampun mainannya rahasia-rahasiaan,” ucap Juna. “Kan istimewa dan hanya boleh orang itu saja yang tau,” ucap Kayla. Semuanya langsung menarik napas panjang, mengiyakan apa yang dikatakan Kayla. Tak lama pesanan mereka datang, betapa wanginya semua makanan yang kini tersedia di atas meja mereka. Setelah semua hidangan di siapkan, akhirnya mereka semua langsung menikmati semua makanan tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD