Juna, Vira dan Risda sudah kembali ke rumah sakit. Sore ini, Liam sudah diperbolehkan pulang. Mereka akan pergi ke penginapan Liam terlebih dahulu untuk membereskan barang-barang Liam sebelum kembali ke Jakarta.
Setelah mengurus kepulangan Liam dari rumah sakit, Mereka naik ke mobil. Liam masih di bantu dengan tongkat berjalan karena kakinya yang belum pulih total.
Juna memanufer mobilnya, setelah semua masuk dia lanjut melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Mereka menuju penginapan Liam sekarang. Saat sampai, mereka tetap membantu Liam berjalan. Mereka juga segera membereskan barang-barang milik Liam.
Waktu ke waktu berganti hingga kini langit sudah berubah menjadi malam.
"Kita makan malam dulu sebelum berangkat," saran Juna dsn mereka semua mengangguk.
"Makan dijalan saja, nanti mampir ke tempat makan sebentar," sahut Liam.
"Ya sudah," mereka semua menurut. Kini mereka memindahkan barang-barang Liam ke dalam mobil. Selepas itu mereka masuk dan akan memulai perjalanan mereka menuju Jakarta. Lampu-lampu jalan mulai menerangi gelapnya malam.
Sesuai kesepakatan mereka tadi, mereka mapir ke dalah satu rumah makan yang mereka temui di penggir jalan. Beberapa menit mereka habiskan untuk makan malam dan kini mereka melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
Beberapa lama waktu sufah ditempuh, Risda dan Vira bahkan tertidur di kursi belakang. Kini hanya Juna dan Liam yang terjaga. Juna tentu harus terus terjaga karena menyetir mobil, sedangkan Liam ikut terjaga untuk menemani Juna.
"Istirahat saja," ujar Juna saat menyadari Liam yang masih terjaga.
"Gapapa, santai saja," balas Liam. Hening sesaat.l sampai Liam kembali membuka suara.
"Kayla orangnya gimana?" tanya Liam.
"Hah?" bingung Juna dengan pertanyaan tiba-tiba Liam.
"Selama kenal sama kamu, Kayla orang yang bagaimana menurutmu?" tanya Liam lebih diperjelas.
Juna tetap fokus dalam menyetir, tapi tak juga mengabaikan pertanyaan Liam. "Tentu saja baik, dia juga orang yang membantu bundaku," jawabnya jujur.
"Kamu menyukainya," ujar Liam. Juna menelan ludahnya ketika mendengar itu. Itu bukan pertanyaan melainkan sebuah pernyataan. Juna berdehem sekali.
"Tidak," jawabnya bohong.
"Jujur saja, aku gapapa," Liam tak bisa termakan kebohongan Juna.
"Kalau iya gimana?" tanya Juna memberanikan diri. Dia melihat Liam selama sedetik sebelum kembali melihat jalanan.
"Ya... Tidak apa-apa. Itu hak mu," ujar Liam, dia lalu menatap Juna dari samping. "Tapi, hak Kayla juga untuk menaruh perasaannya ke siapa," lanjut Liam.
Juna menoleh, dia dan Liam kini saling pandang selama dua detik sebelum Juna kembali berpaling.
Juna menganggukkan kepalanya, "Iya, aku mengerti," ucapnya.
"Kamu pasti sudah mendengar semuanya dari Kayla 'kan?" tanya Liam lagi, kini tatapannya mengarah ke jalanan di depannya.
"Ya," balas Juna singkat. "Dan kamu tak seburuk yang kupikirkan ternyata," lanjutnya.
Liam kembali menoleh, "Terima kasih," ujarnya.
Mereka berdua terus berbincang di sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya Liam ikut tertidur juga dan meninggalkan Juna yang terjaga seorang diri.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Juna. Juna mengambilnya dan membaca siapa yang mengiriminya pesan singkat. Beruntung jalanan yang dilewatinya kini sepi kendaraan.
"Sudah sampai mana?"
Itu pesan yang dikirim dari Kayla. Juna menepikan mobilnya kepinggir sekilan untuk mengistirahatkan tangannya.
"Baru keluar jalan Tol, Kay. Sebentar lagi sampai," balas Juna dalam pesannya.
"Ya sudah hati-hati," begitu balasan terakhir Kayla. Setelah itu, Juna merenggangkan ototnya terlebih dahulu sebelum kembali melajukan mobilnya.
Beberapa menit dia lalui seorang diri. Dia akhirnya memberhentikan mobilnya di depan rumah Liam yang sudah diberi tahu Liam tadi alamatnya. Juna menoleh ke belakang, Vira dan Risda masih tidur. Dia tak tega membangunkan mereka. Jadi, dia hanya membangunkan Liam saja.
"Liam," panggilnya sambil menggunxangkan bahu Liam.
Liam menggeliat, dia mengerjapkan matanya dan duduk lebih tegak. Dia melihat ke sekeliling, "Sudah sampai," ujarnya dengan suara serak khas bangun tidur. Juna lalu turun lebih dulu, dia memutari mobil untuk membantu Liam turun.
"Vira sama Risda?" tanya Liam saatenyadari kedua perempuan itu yang masih tertidur di belakang.
Juna memegang lengan Liam saat dia akan berdiri.
"Tidak apa-apa, biarkan tidur dulu. Kayla bilang untuk bawa mereka ke rumahnya saja," jelas Juna. Liam mengangguk mengerti.
Juna menuntun Liam hingga ke ruang tamu. Dia lalu kembali ke mobil untuk mengambilkan barang-barang Liam.
"Terima kasih banyak, ya," ujar Liam.
"Ga masalah. Ya sudah, aku langsung pergi saja kalau begitu," pamit Juna.
"Hati-hati," ujar Liam saat Juna sudah masuk kembali ke dalam mobil.
Juna kembali menjalankan mobilnya. Kayla sudah mengirim lokasi rumahnya, kini Juna memindahkannya ke gps mobil. Setelah dapat, Juna langsung melajukan mobilnya mengarah kesana.
Liam masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil ponselnya, ternyata ponselnya mati karena kehabisan baterai. Liam lalu mengisi daya baterainya dulu dan kembali mengaktifkan ponselnya. Ada beberapa panggilan dari Kayla yang tak terjawab.
Liam membuka room chat mereka. Deretan pertanyaan 'Sudah sampai' tertulis disana.
Liam lalu mengetikkan balasannya, "Sudah, Kay. Baru aja sampai. Juna sama yang lain lagi menuju ke sana," balas Liam.
Tak lama hingga dia mendapatkan balasan dari Kayla.
"Ya sudah. Langsung istirahat sana." seperti itulah balasan dari Kayla.
"Iya." balas Liam terakhir. Liam lalu masuk ke kamar mandi. Dia berjalan tertatih-tatih. Dia menyiapkan air hangat di bak mandinya. Dia tidak mandi sepenuhnya karena belum diperbolehkan. Dia hanya akan membasuh tubuhnya sedikit-sedikit. Setelah selesai, Liam kembali ke kasurnya dan akan beristirahat.
Di lain sisi, Juna terus mengikuti petunjuk yang diberikan di GPS.
Vira menggeliat dibelakang. Matanya perlahan terbuka sebelum akhirnya sadar sepenuhnya.
"Sudah sampai? Liam mana?" tanya Vira begitu menyadari Liam yang tak berada di kursi depan.
"Iya sudah, Liam sudah di rumahnya. Kita ke rumah Kayla sekarang," ujar Juna.
"Kok ke rumah Kayla?"
"Kayla yang minta kalian tidur di rumahnya saja dulu," jelas Juna lagi.
Vira akhirnya mengangguk. Dia lalu menoleh melihat Risda yang masih tidur. Dia lalu mengguncangkan tubuh Risda untuk membangunkannya.
"Risda bangun. Udah mau nyampe," ujarnya.
Risda mengerjapkan matanya, dia mengucek matanya dan membiarkan cahaya yang perlahan masuk.
"Hm?" bingungnya sambil duduk lebih tegap.
"Udah mau nyampe," ujar Vira.
Risda melihat keluar jendela, keningnya mengeryit begitu melihat jalanan, "Ini kan ke arah rumah Kayla," ujarnya.
Vira mengangguk, "Kita emang lagi mau ke rumah Kayla," ucap Vira.
"Kenapa?"
"Kayla yang minta kita tidur disana saja dulu," jelas Vira mengulang penjelasan Juna tadi.
Risda mengangguk merespon seperti respon Vira tadi. Beberapa menit mereka lalui hingga sampai di depan rumah Kayla. Kayla sudah menunggu mereka di teras rumah. Dia berlari menghampiri ketika mobil berhenti di depan rumahnya.
Risda dan Vira turun duluan disusul Juna. Kayla membantu mereka mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil.