Penutup Mata

1609 Words
Pikiran Ros yang sempat membersit untuk melarikan diri rupanya diketahui juga oleh Taji. Di kesempatan pertama Ros berpikir mengenai melarikan diri, di titik itu juga Taji memegang erat tangan Ros agar tidak bisa pergi. Ros kaget karena kenapa ia tak bisa berteleportasi dengan cepat. Padahal biasanya dengan satu kali kedipan saja, tubuhnya sudah bisa berpindah ke tempat yang ia inginkan atau otaknya perintahkan. Saat Ros bingung sendiri, Taji langsung bicara. “Lo bahkan nggak bisa memproteksi pikiran dan hati lo, gimana bisa gue nggak tahu apa yang sedang lo pikirin saat ini,” katanya sambil tetap memegang pergelangan tangan Ros. “Lo nggak boleh ke mana-mana sebelum lo mengetahui seberapa jauh kemampuan yang lo miliki saat ini.” Ros sama sekali tidak memiliki kesempatan bicara apalagi membantah apa yang diucapkan Taji. Detik berikutnya Ros kembali di ajak ke sebuah dimensi yang tak ia kenali. Nuansanya mirip sekali dengan tempat di mana ia menemukan dirinya dengan penutup mata. Namun tempat ini jauh ringan. Ros tidak dapat merasakan apa-apa di ruang tersebut. Anehnya ia masih bisa mendengar suara Taji yang berbicara padanya. “Tidak banyak manusia biasa yang bisa menembus hingga dimensi paling tipis seperti yang lo lakukan saat ini. Dimensi tersebut bahkan mungkin tak dapat dibayangkan oleh manusia pada umumnya. Biasanya hanya orang-orang dengan kemampuan supernatural yang dianugerahkan padanya secara alami lah yang bisa bolak balik ke dimensi tersebut dengan bebas… meskipun tentu ada risiko yang harus ia bayar.” Ros masih tak memahami dengan kata-kata Taji. Makanya ia memilih untuk mendengarkan terlebih dulu. Perlahan Ros mengangkat tangannya yang seperti tak terasa apa-apa. Jelas saja ini aneh. Sebab harusnya ia bisa merasakan sendiri bagaimana tulang dan sendinya bergerak mengikuti perintah yang ia berikan. Detik berikutnya, Ros kembali ke taman di mana Taji menunggunya dengan sabar. Perlahan Ros mendekati cowok itu dan menatap dengan pandangan bingung. “Sungguh, gue beneran nggak tahu dengan semua keterangan dan informasi yang sudah lo ucapin ke gue barusan.” Ros mengawali kalimatnya. “Gue cuma dukun biasa. Kemampuan gue ini juga standar saja. Mungkin nggak ada bedanya kayak dukun atau paranormal yang ada di televisi yang nemenin orang-orang yang mau uji nyali itu.” Ros tersenyum. “Nggak ada yang istimewa dari diri gue, Taji. Nggak ada.” Sepertinya Taji tidak sependapat dengan apa yang sudah Ros ucapkan. “Kemampuan yang lo punya nggak secetek itu, Ros. Sebaliknya, kemampuan Ros itu amat luar biasa. Lo bukan cuma bisa menghadapi arwah atau energi paling tinggi aja. Tapi lo juga bisa menembus ke dimensi paling tipis dan paling jauh yang bisa dibayangkan sama manusia.” Taji memandang tepat ke manik mata Ros. “Seperti tempat yang tadi lo datangin. Saat lo masih bisa denger suara gue. Sebenarnya, lo masih bisa pergi lebih jauh lagi. Cuma gue kurang ngerti, kenapa lo sendiri bingung dan linglung seperti memang nggak pernah tahu kalau lo punya kemampuan itu sejak dulu.” “Ya, karena memang dari dulu ataupun sekarang, kemampuan gue nggak seperti yang lo ucapin itu. Gue nggak tahu lo arwah tingkatan apa dan berapa, sepertinya lo bukan tandingan gue.” Ros kemudian menyadari ia salah bicara. “Maksudnya gue itu bukan lawan yang setara sama lo. Karena gue cuma dukun kampung biasa yang kemampuannya cuma ngobatin mereka yang kesurupan atau ketempelan jin doang.” Karena menyadari Ros masih melakukan denial, Taji pun tidak punya pilihan lain selain mengajak Ros untuk beradu kekuatan. Taji langsung memasang kuda-kuda. “Kita buktikan, siapa sebenarnya yang bukan lawan yang setara. Lo atau gue. Lo harus mengerahkan kemampuan lo sedalam lo bisa menggalinya. Sebelum lo mengeluarkan kekuatan yang lo punya, gue nggak akan biarin lo pergi ke mana-mana.” Gadis itu sama sekali tak memahami mengapa Taji sampai sengotot ini. Sejak awal menyadari dirinya memiliki kekuatan supernatural pun Ros tidak merasa spesial atau lebih tinggi. Kemampuannya ya sebatas yang diberitahukan oleh Bapak dan dibimbing sedikit oleh Ki Damari. Sama sekali tidak ada yang lebih spesial atau besar dari yang bisa ia rasakan dari ilmu dan kekuatan dalam tubuhnya saat ini. Namun tidak ada jalan untuk pergi dari sini selain harus menghadapi dulu Taji yang sudah bersiap di hadapannya. Makanya Ros pun memilih untuk memakai sedikit ilmu kanuragan yang ia miliki agar bisa membuat Taji berhenti memaksakan dan mengakui bahwa dirinya memang cuma dukun biasa-biasa saja. Ros sempat mengasah kemampuan bela dirinya sedikit di tempat Ki Damari selama tiga bulan. Ia harap, kemampuan kanuragan yang ia asah tersebut cukup untuk membuat arwah ini menyerah dan melepaskannya. Ros memberi aba-aba dengan tangannya agar Taji memulai dulu untuk menyerangnya. Taji tersenyum kecil lalu mulai menghentakkan kaki dan melayang menuju Ros dan hendak memberikannya sebuah pukulan. Dengan gesit Ros segera menghindari pukulan Taji yang pertama. Namun ia tak bisa berpuas diri karena berhasil mengelak dari serangan arwah tersebut. Taji mendadak muncul di belakangnya dan hendak mengunci tubuhnya, untungnya Ros segera menyadari hal tersebut dan segera maju dengan lebih cepat agar Taji tak sempat meraih kedua tangannya yang hendak dikunci. Dari serangan yang biasa saja ini Ros merasa Taji masih mengajaknya bermain-main. Ros tidak ingin terlalu lama membuang waktunya. Makanya ia pun segera mengeluarkan tenaga dalam dan hendak menghantam tubuh Taji yang masih melayang bebas di udara. Taji tak menduga bahwa pemanasan yang sengaja ia lakukan malah membuat Ros bosan. Padahal ia ingin bermain-main dahulu sebelum membawa Ros pada pertempuran serius dan sebenarnya. Karena anak manusia satu itu sudah tidak sabar lagi, maka Taji pun tak akan membuang waktu lebih banyak. Taji menggerakan tangannya satu kali dan seketika sudah ada di leher Ros. Taji segera mencengkeram dan Ros langsung tak berkutik karena ia sekarang tercekik oleh tangan gaib Taji. Ros berusaha untuk tetap tenang dan berusaha untuk melepaskan diri dari cekik arwah tersebut. Dengan satu jentikan tangan, Ros lalu menghilang dari pandangan Taji yang langsung gelagapan mencari. Ketika Taji sedang bingung dan mencari dengan radarnya sendiri terkait keberadaan Ros saat ini, gadis itu sudah ada di belakangnya dan langsung memegang leher Taji dengan lembut. Taji langsung membeku dan ia tak dapat menoleh sama sekali. Kini ‘sumber kehidupannya’ di dunia sudah ada di genggaman Ros. Ia tak bisa sembarang bergerak atau Ros bisa saja menghancurkan inti hidupnya dengan sekali sentuh. Wajah Gadis itu maju dan nyaris sejajar dengan kepalanya saat ini. “Di sini kan lo taruh sumber kehidupan lo,” bisik Ros lirih. “Karena lo udah bisa membaur dan pakai tubuh ini layaknya manusia normal, makanya lo pikir untuk menaruh inti kehidupan lo di leher dan kepala. Karena kalau ada apa-apa, lo bisa dengan mudah untuk melepaskan diri dari tubuh ini dengan mudah dan mencari tubuh nyaris setengah mati lainnya untuk lo tinggali. Gue bener, kan?!” tanya Ros lagi. Taji tersenyum kecil. “Pengamatan lo lumayan juga,” pujinya. “Sebenernya gue nggak begitu kaget juga, sih, kalau lo pasti udah bisa langsung tahu dari pertama kali sadar bahwa gue bukan manusia.” Taji tetap menjaga posisi kepalanya tegak dan tak bergerak. “Tapi gimana bisa lo melewatkan hal lain yang jauh lebih penting lainnya?!” Dahi Ros mengerut dan leher yang ia pegang mendadak berubah menjadi sebuah gedebok. Di saat Ros kaget, Taji sudah hendak memberikan ilmunya untuk menaklukkan Ros. Ros langsung menyadari bahwa Taji pasti akan muncul dari sana dan secepat mungkin mengelak kembali. Ilmu yang diarahkan Taji padanya berhasil menghancurkan sebuah tiang lampu taman hingga hancur. Ros sempat melongo sesaat sebelum akhirnya ia sadar untuk menghindari lagi karena Taji sudah mengarahkan ilmunya lagi padanya. Dengan cepat Ros menggerakkan tangan dan mengarahkannya ke tanah dan membawanya terbang lebih tinggi. Taji langsung menyusulnya. Tentu saja, karena memang itu yang Ros harapkan dari Taji. Menyadari Taji menyusulnya, Ros segera membentuk sebuah bola menggunakan kedua tangannya dan mengarahkan ke arah Taji yang sedang menyusulnya. Taji tersenyum. Pertempuran ini menjadi semakin seru. Serangan Ros berhasil dihindari Taji, hanya saja serangan berikutnya coba dilancarkan lagi dengan lebih cepat dan intens. Ros sengaja ingin membuat Taji kelelahan. Namun perhitungannya sepertinya salah. Sebab yang jadi merasa kelelahan adalah dirinya sendiri. Taji mengetahui hal tersebut dan mulai menyampaikan nasihat. “Kalau lo pake kekuatan langsung memang bakal bikin capek, Ros. Coba lo pakai tenaga dalam yang selalu lo cadangkan tiap malam dan cuma alam bawah sadar lo yang tahu tempat penyimpanannya.” Lagi, Taji mengucapkan sesuatu yang membingungkan dan tak bisa ia pahami. Hanya saja Ros penasaran untuk mencoba menelusuri dimensi yang ditunjukkan oleh Taji tadi. Kira-kira bagaimana cara menembusnya? Ros saja tidak memahami. Hanya saja tadi Taji menyebutkan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan supernatural sejak lahir bisa menembus dimensi apa saja dengan mudah. Meski bingung dan tak tahu harus bagaimana menembusnya tapi Ros coba untuk memusatkan konsentrasinya saat ini. Taji seperti tidak membiarkan hal tersebut dan memberikan serangan beruntun. Ros pun terpaksa memikirkan satu tempat di mana tidak ada satu orang pun yang menyusulnya, termasuk Taji saat hendak memakai ilmu psikonesisnya. Ros terperanjat amat sangat karena ia berhasil masuk ke dimensi tersebut dengan kemauan dan kehendaknya sendiri. Meski Ros gembira, ia tak dapat melompat gembira karena tulang-tulangnya sendiri saja tak dapat ia rasakan. Refleksi dirinya yang mengenakan penutup mata kembali hadir dan seolah hendak menyampaikan sebuah petunjuk yang sangat penting. Ros tak tahu siapa gadis yang benar-benar mirip dengannya ini. Apakah ia leluhurnya? Atau saudari kembarnya? Atau penjaganya? Tapi ekspresi seperti hendak menyampaikan maksud dan pesan dari gadis ini membuat Ros tak dapat menahan diri. Ia pun melangkah lebih dekat. Meski tak dapat merasakan pijakannya saat kakinya melangkah, Ros mengabaikan dan tetap maju mendekat ke gadis itu. Hingga akhirnya jarak antara dirinya dan gadis yang amat mirip dengannya ini hanya berkisar kurang dari lima belas centi. Ros mendekatkan telinganya agar gadis itu bisa berbisik. “Buka penutup matanya!” Satu kalimat jelas, padat, singkat dan jelas tersebut kontan membuat Ros merinding.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD