Renuo Vetera 2

1402 Words
(Renuo Vetera 2) Langit malam yang kala itu gelap kini berubah menjadi merah menyala dengan petir yang menyambar dimana-mana, membuat Rakyat Valens khawatir dengan situasi yang terjadi saat ini. “ada apa ini, adakah dari keluarga kerajaan yang tengah murka saat ini?” itulah yang menjadi pertanyaan para warga saat itu. “Raph, bisakah kau pergi ke kerajaan dan memastikan siapa yang tengah murka saat ini? Perasaan kami benar-benar tidak menentu karenanya” pemilik mata hijau yang saat itu tengah menatap mereka yang tengah berkumpul di salah satu kedai milik orang tuanya pun akhirnya menganggukkan kepala dan segera menunggangi kudanya, ya… hanya ia yang dapat diandalkan saat ini, mengingat bahwa dari banyaknya warga desa, dia adalah seseorang yang diistimewakan oleh kerajaan, hingga diberi akses bebas keluar masuk kerajaan karena hubungannya bersama dengan Pangeran Reglus yang dikenal amat dekat. Laju kuda yang ditunggangi Raph benar-benar kencang, namun ketika ia mendapati seseorang yang amat ia kenali tengah berjalan dari kejauhan sana dan mendekatinya, membuat dirinya segera menghentikan laju sang kuda dan mendapati bahwa Reglus lah penyebab datangnya Huyz di langit Kerajaan Valens malam itu.   …   “tidak bisakkah kau bayangkan betapa kejinya mereka terhadap makhluk lain?! bisa-bisanya mereka menjalankan tradisi kotor itu sampai saat ini!” Reglus mengepalkan tangannya dan kemudian menggeram kesal, kedua mata Raph tidak pernah lepas memandanginya yang kini berlalu-lalang di hadapannya berulang kali, mengintari Raph yang terduduk bersandar dibatang pohon Ek* yang tumbuh di hutan yang tidak jauh dari desa serta sungai Issen, mereka memberi nama tempat itu sebagai Poltar*. meski saat ini hutan itu tertutupi oleh salju, namun keduanya tidak pernah untuk tidak mengunjungi tempat favorit mereka berdua. “jika kau merasa bahwa kau tidak memiliki satu pemahaman dengan mereka yang menjalankan tradisi itu, maka tidak perlu kau jalankan tradisinya. Cukup beri mereka pemahamanmu dan pinta lah pengertian dari mereka terhadap pemahamanmu itu, agar kau tidak dipaksa untuk melakukan tradisinya.” ucapan Raph membuat Reglus menatapnya dengan nyalang, ia merasa bahwa ide yang diberikan Raph tidak akan berguna pada sang Ayah maupun para petinggi. “kau pikir mereka akan mendengarkanku?!” dengan nada yang tinggi Reglus bertanya pada Raph, yang menanggapi ucapan itu dengan amat tenang,  “ya… aku yakin mereka akan mendengarkanmu, JIKA… kau mengatakannya dengan otak yang dingin dan tidak menunjukkan Huyz milikmu seperti saat ini, Reglus” penjelasan Raph membuatnya tersadar akan satu hal, hingga ia menurunkan pandangan dan menghela nafasnya dengan pelan, “maaf, aku mengeluarkannya” Reglus berucap dengan nada yang menurun, beriringan dengan itu, langit yang masih memerah kini berangsur membaik dan menjadi seperti sedia kala. Raph menyunggingkan senyumannya, “tenanglah, aku yakin mereka akan memahamimu… aku dan keluargaku juga yakin bahwa kau akan kuat tanpa menjalankan tradisi itu, karena aku tau bahwa kau memiliki kekuatanmu sendiri. Dan jika nanti kau sudah menjadi seorang raja… kau bisa menghapus tradisi mengerikan yang kau maksud hingga akhirnya keturunanmu bisa lebih kuat tanpa menjalankan tradisi seperti itu lagi” ucapan Raph segera diberi gelengan kepala oleh Reglus.  “kita” kedua mata Raph kini menoleh menatap Reglus yang baru saja berucap, dengan wajah yang bingung ia tetap menatap sang Pangeran,  melihat raut bingung dari sang sahabat membuat Reglus kembali menerangkannya, “keturunan kita… karena aku akan menikahi adikmu nantinya!” ucapan Reglus membuat Raph tertawa mendengarnya, “hahaha.., kau akan menikahi Marlya adikku? nantinya?” pertanyaan Raph segera diberi anggukan oleh Reglus, “bodoh, bukankah peraturan mengatakan bahwa seorang anak raja tidak boleh menikahi rakyat biasa?” Raph menggelengkan kepalanya setelah mengetahui niat dari sang sahabat, yang terlampau berlebihan,  “jika aku sudah menjabat menjadi raja, aku akan hapus peraturan itu dan segera menikahi Marlya!” ucapan Reglus membuat keduanya kini tertawa terbahak-bahak, merasa bahwa itulah saat yang tepat untuk melakukan semacam candaan serta melupakan peristiwa menegangkan yang sempat terjadi beberapa saat yang lalu.   …   Seperti yang diusulkan oleh Raph malam tadi, Pagi itu Reglus memberanikan diri menghadap sang Raja dan memberikan pemahamannya mengenai tradisi Raeglest yang ia anggap tidak memiliki satu pandang dengannya, tentu menggunakan otak dingin serta perasaan yang tentram, “saya yakin saya bisa mempertahankan kerajaan ini tanpa menggunakan tradisi itu, ayahanda” nada yang tenang yang Reglus gunakan membuat kedua mata sang Raja kini memincing setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Reglus mengenai ketidak satu pahamannya terhadap tradisi Raeglest dan berakhir dengan keyakinan dirinya dalam memimpin kerajaan. Kedua matanya yang terus menatap Reglus, kini beralih menatap Ray yang kala itu juga berdiri tepat di samping meja miliknya, ia ikut serta dalam mendengarkan penjelasan Reglus mengenai pendapatnhya terhadap tradisi Raeglest, merasa ditatap membuatnya kini mengangguk pelan dan sedikit berbisik, “yakinlah padanya Yang Mulia, saya rasa … ia ingin menunjukkan kepada anda mengenai kekuatan yang sesungguhnya, yang mungkin saja belum kita sadari sedari dulu” itulah saran yang diberikan oleh Ray, membuat Regard mengangguk mengiakan namun ia merasa sedikit ragu, mengingat bahwa yang akan dihadapinya adalah para petinggi naga*. “saya sependapat denganmu mengenai hal itu, Ray. Namun kau pun mengetahuinya, para petinggi tidak akan semudah itu memberikan keringanan padanya” penjelasan Regrad membuat Ray mengangguk setuju dengan apa yang ia ucapkan. Mendengar penjelasan mereka, membuat Reglus menegakkan bahunya dan berucap, “jika benar seperti itu, maka idzinkan saya untuk menghadap mereka para petinggi, Ayah. dan biarkan saya yang menjelaskan alasan saya mengenai tradisi Raeglest” mendengar penjelasan dari Reglus, baik Regard maupun Ray kini menoleh menatap Reglus dengan serempak. “tidak semua keluarga kerajaan dapat menginjak wilayah petinggi, Pangeran. Hanya seorang Raja lah yang berhak atasnya” penjelasan Ray membuat Reglus menatap sang Ayah yang kini nampak berpikir, dan kemudian hal itu membuat Reglus menundukkan kepalanya. “baiklah, biarkan saya yang menghadapi para petinggi dan menjelaskannya pada mereka mengenai pendapatmu, anakku”. …   “jadi??” di tolehkannya kepala Raph untuk menatap Reglus yang berada di sampingnya, ia amat merasa penasaran dengan apa yang selanjutnya terjadi setelah sebelumnya Reglus menceritakan secara mendetail, bagaimana dia memberikan pemahaman tersebut pada sang Raja. “aku belum mendapatkan kabar apapun setelahnya” penjelasan Reglus membuat Raph menganggukkan kepala dan menghela nafasnya dengan pelan, “kita tunggu saja hasilnya” Raph menepuk bahu sang sahabat “ya” Raph kemudian mengulurkan tangannya pada Reglus dan kini mereka kembali berlatih pedang bersama-sama di Poltar siang itu, setelah sebelumnya mengambil sedikit waktu untuk beristirahat dan berbincang. Seperti hari-hari sebelumnya, Reglus selalu mengajari Raph mengenai pedang serta panah dan strategi perang yang ia pahami dengan harapan, bahwa nantinya Raph akan menjadi kepercayaan Raja, dibawah pimpinanya tentunya.   … Di ruangan yang megah itu, Raja Muller X terduduk dan menatap sang Panglima yang kini tengah menatapnya dengan amat serius. “mereka menyetujuinya?” dianggukannya kepala Regard menjawab pertanyaan Ray yang kini berdiri tepat dihadapannya, “kenapa anda bisa senekat itu, baginda?!” kedua pasang mata itu kini menoleh menatap kedatangan Alexandra yang berjalan menghampiri mereka, ia berjalan mendekat seraya membawakan secangkir teh dengan pucuk daun teh hijau di dalamnya, “itu sudah menjadi keputusanku, Alexandra” jawaban santai dari sang Raja membuat kepala Pelayan istana itu menggeram cukup kesal, ia meletakan cangkir itu dengan amat keras di hadapan sang Raja dan membuatnya maupun Ray terkejut  “tapi tidak dengan menyerahkan jiwa keduamu, tuan Regard” mendengar ketidak setujuan Alexandra membuat kedua lelaki itu kembali menatapnya, terutama Ray yang kini menelisiknya dengan seksama  “jika kau menggunakan basaha informalmu kepada sang Raja, kemungkinan besar kau mengetahui apa yang akan terjadi dikemudian hari, Alexandra” kedua mata Alexandra kini berusaha menghindari tatapan Ray yang baru saja berucap dan terus menelisik untuk dapat menatap ke dalam mata Alexandra, “adakah hal buruk yang kau ketahui, Alexandra?” mendengar pertanyaan Regard membuat Alexandra mengulum bibirnya sebelum akhirnya menatap sang Raja dengan ragu, “tidak ada yang kuketahui mengenai masa depan, namun aku merasakannya… aku merasakan bahwa hal buruk akan terjadi setelahnya, bahkan karena rasa ini, aku menjadi tak mampu untuk mendeteksi aura kerajaan sekarang” itulah kecemasan yang membelenggu Alexandra saat itu. -------------------------------------------------------------------------------------------------------- Surat keuputusan no.CCCLXXII.  yang disetujui oleh: Petinggi Naga :   (Youji)  Raja Muller X : (Regard Muller)   Kedua belah pihak menyetujui bahwa Reglus Muller, putra pertama dari Raja Muller X dan keturunan ke tiga belas dari Raja Agung Naga, dibebaskan dari tradisi Raeglest yang mengikat dirinya. Dengan imbalan berupa jiwa kedua dari Regard muller yang bernama Exst.   --------------------------------------------------------------------------------------------------------- to be continue *pohon ek: Pohon ini merupakan spesies genus quercus atau tarbantin,  dan merupakan spesies yang masuk ke dalam spesies peluruh dan hijau abadi yang menyebar dari lintang dingin sampai asia yang tropis dan amerika [wikipedia]  *Poltar: Poltar (slovakia) yang berarti kutub, mereka menamainya seperti itu karena tempat itu adalah tempat yang nyaman bagi keduanya, mereka sama-sama menyukai udara yang sejuk hingga akhirnya menamai tempat favorit mereka sebagai Poltar. *Para Petinggi Naga: Para petinggi Naga adalah Naga pembimbing yang belum mati (terkecuali jika ia dibunuh dengan sengaja atau tidak sengaja), yang bertugas untuk mengawasi keluarga kerajaan dalam segi aturan, tradisi dan pelanggaran. Mereka juga lah yang nantinya akan menjatuhi hukuman kepada para pembangkan di kerajaan Valens. para petinggi naga hanya ada di Kerajaan Valens, tidak seperti kerajaan lainnya yang menjadikan Naga-Naga mereka sebagai seorang teman atau sebuah senjata andalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD