Second Story of Cestovatel (Alexandra)

1505 Words
Mentari yang saat itu belum menyingsing di atas langit pun tidak menjadi alasan bagi para maid kerajaan untuk tidak memulai semuanya, karena saat itu adalah wkatu yang tepat bagi mereka untuk menyiapkan seluruhnya dan termasuk bahan-bahan makanan yang nantinya akan mereka oleah dan di sajikan di atas meja makan Kerajaan. Seorang wanita cantik berkulit kecoklatan dengan rambut hitam, yang ia gulung dengan rapihnya menyisakan sedikit poni keriting yang menggantung disatu sisi wajahnya, kedua matanya memiliki warna  hijau dengan bentuk cat eyes yang menyorotkan kelembutan di sana, hidungnya kecil dengan bibir yang memiliki bentuk M yang memiliki warna merah, ia mengenakan gaun bermotif naga berwarna silver hitam serta celemek yang mengikat pingganya itu, kini tengah berjalan seraya membawa satu keranjang penuh buah-buahan terbaik yang sengaja ia pilih dari kebun Kerajaan. Ia berjalan menghintari lorong dan berakhir di sebuah dapur kerajaan yang luas, “Alexandra, saya sudah membawa roti-roti terbaik yang anda pesan malam tadi” ucapan seorang wanita muda yang baru saja menghampirinya membuatnya menoleh dan menatap ke arah roti-roti yang kini ia tunjukkan dengan bangga, Diliriknya roti-roti itu dengan seksama, “ini adalah roti yang diambil langsung dari desa Sage di wilayah barat, Alexandra” kedua mata Alexandra kini menoleh menatapnya yang baru saja memberi penjelasan, “Desa sage??” tanya Alexandra, dan hal itu diberi anggukan olehnya, “kau berasal dari sage??” tanyanya lagi dan kembali sang maid muda itu mengangguk mengiakannya, “bagaimana keadaan Desa Sage saat ini?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Alexandra membuat sang maid muda kini mengerutkan dahinya, ia merasa bingung karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Alexandra, “eum, desa itu biasa-biasa saja … tak ada yang baru di sana” jawab maid muda itu seraya melirikkan kedua matanya ke atas untuk mengingat-ingat bagaimana desa Sage yang baru saja ia datangi pagi tadi, Dahi Alexandra berkerut mendengarnya, “benarkah?? apakah di sana masih menggunakan pasir untuk membuat rotinya?? apakah kepala desa masih sering duduk di toko rajutan yang ada di sebrangnya??” tanya Alexandra tanpa henti, dari suaranya saat ini, ia terdengar begitu antusias, Maid muda itu kebingungan, ia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, pasalnya ia tidak mengetahui adanya toko rajut di Desa Sage saat ini, “eum…- “Alexandra” sebuah panggilan terdengar dan membuat keduanya kini menoleh menatap Ray yang berdiri tidak jauh dari sana, kedua matanya kala itu menatap Alexandra dengan seksama, seolah mengetahui apa yang dimaksudkan dari tatapan Ray, membuat Alexandra mengangguk pelan dan meraih roti-roti itu lalu pergi meninggalkan maid muda tanpa berbicara lagi, … Alexandra melangkah memasuki lorong-lorong tua dan kini berakhir di ruang makan Kerajaan, ia meletakan roti-roti itu dan menatanya di atas meja makan Kerajaan dengan raut yang sulit untuk dijelaskan, “maaf” sebuah suara menginterupsi kesunyian di ruangan itu, membuat kedua mata Alexandra kini menoleh dan mendapati Ray yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, Alexandra terkekeh ketika mendengar kata tersebut yang dibawakan dengan nada sesal oleh Ray saat itu, “apa yang kau pinta?? kurasa kau tidak memiliki salah padaku” terang Alexandra kini menepuk-nepuk kedua tangannya dan berkecak pinggang di hadapan Ray yang masih senantiasa berdiri di tempatnya, “seharusnya kau tidak terjebak di sini sepertiku, Alexandra” penjelasan Ray yang saat itu menatap Alexandra dengan lekat pun membuat alexandra yang mendengarnya terkekeh dan melirik dirinya, “jadi kau pikir, aku terjebak di sini karenamu, Ray??” pertanyaan Alexandra segera diberi anggukan olehnya dan itu membuat Alexandra berjalan mendekatinya dan menggeleng, “salah, bodoh!” ucap Alexandra dan itu membuat Ray mengerenyitkan dahinya, “aku tidak pernah melakukannya untukmu, tapi aku melakukannya karena aku ingin berada di sini selamanya” sambung Alexandra, ia kini berbalik memunggingi Ray dan berjalan menjauhinya, “jangan menjadi seseorang yang munafik, Alexandra. Aku tahu bahwa kau selalu mendambakan dunia luar” penjelasan yang diucapkan Ray membuat langkah Alexandra terhenti, “aku tahu bahwa kau ingin kembali berkelana seperti dulu da..- “berhentilah berucap, Ray!” dan sentakan Alexandra lah yang membuat Ray terdiam, masih dengan menatapnya yang kini memunggungi dirinya, “kau memiliki kesibukan di luar sana, dan aku pun sama, jadi lebih baik pergilah dan sibukan dirimu dengan kesibukan lainnya” sambung Alexandra sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari ruang makan kerajaan dan masuk ke dalam dapur, untuk kembali memasak, Ray yang ditinggal di ruang makan pun hanya mampu menghelakan nafasnya dengan dalam, ya… dia kenal dengan Alexandra bukan hanya satu hingga sepuluh, namun ia sudah kenal dengannya lebih dari satu abad lamanya. Dan sikap yang ditunjukkan olehnya saat itu menandakan bahwa ia marah padanya, “seharusnya aku bisa menghiburnya, bukan membuatnya marah seperti itu… dasar bodoh!” itulah yang Ray rutukki untuk dirinya sendiri.  … Alexandra menghentikan langkahnya di lorong kerajaan, ia sejenak menoleh menatap lengan kirinya yang juga ia perban, sama seperti Ray. Itu adalah tatoo kutukan yang sama seperti Ray, dan ingatannya kembali beberapa saat yang lalu ketika ia mendengar Ray mengatakan bahwa ia tidak seharusnya terjebak disini bersama dengannya. Dan mengingat hal itu membuatnya kini mendecih kesal, “aku melakukannya sejauh ini untuknya dan dia hanya berkata seperti itu? Bodoh, Ray Bodoh!” rutukan itu pun akhirnya keluar dari mulut Alexandra sebelum akhirnya ia segera kembali ke dapur setelah suara lonceng terdengar jauh di sana.   Jika kalian belum mengetahuinya, Alexandra adalah kepala maid yang ditunjuk secara langsung oleh Raja Muller VII ketika ia menjabat di masanya. Alasan sang Raja melakukannya karena sang Raja sangat mencintai gadis cantik itu dan bahkan ia memberikan beberapa perlakuan khusus untuknya, yang diantaranya adalah sebuah kamar pribadi, dan masa pengabdian yang hanya mengikatnya sepuluh tahun saja, itu hanya berlaku padanya, karena para pengelana lain akan diikat hingga lima puluh tahun lamanya dan itu termasuk dengan Ray. Pertemuan pertama sang Raja Muller VII dengan Alexandra adalah sungai Nium di musim semi, ketika bunga-bunga bermekaran. Saat itu Raja Muller VII tengah melakukan aktivitas berburu bersama dengan beberapa teman-temannya, dan secara kebetulan Alexandra menelusuri garis perbatasan Kerajaan Valens dan Hutan Inanis. Jatuh cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan oleh Raja Muller VII ketika melihat gadis cantik yang saat itu tengah mengenakan gaun hijau kehitaman panjang, serta membawa sebuah jam pasir dan juga pedang yang menggantung di pinggangnya. Merasa bahwa itu adalah kesempatan untuk membawanya ke istana, pada akhirnya ia membawanya secara baik-baik, namun sama seperti pengelana lainnya, Alexandra diikat dengan mantra yang sama, namun perlakuan yang berbeda. Ia tidak dibiarkan berlutut di hadapannya, melainkan diberikan semacam teh yang telah dimantrai sebelumnya, hingga akhirnya ia terikan di dalam Kerajaan Valens. Menyadari bahwa dirinya dibodohi, ia segera mengeluarkan pedang dan hendak menyerang sang Raja, namun hal itu dicegah oleh Ray yang menahan pedangnya karena kala itu ia masih menjabat menjadi pengawal sang Raja. “aku akan mengkhususkan dirimu, Alexandra. Kumohon, kau hanya perlu tinggal di sini selama sepuluh tahun. Dan setelahnya kau akan kubebaskan” kedua mata Alexandra yang saat itu menatap Ray dengan tajam pun beralih menatap sang Raja yang memohon di hadapannya, “aku berjanji akan membebaskanmu setelahnya” dan kejujuran yang dikatakan oleh sang Raja pun membuat Alexandra menerimanya dan menjadi seorang juru masak yang dikhususkan untuk sang Raja. Lalu, kenapa Alexandra masih terikat hingga saat ini? Ray. Satu-satunya alasan Alexandra masih berada di Kerajaan Valens adalah Cestovatel Ray, yang saat itu menurutnya sangat membutuhkan sebuah pertolongan. Dengan berani ia meneguk gelas yang sama yang diberikan Raja untuk Ray, dan berakhir dengan mereka yang terikat oleh mantra yang sama. Dan bahkan karenanya mereka memiliki satu rasa yang sama, jika Ray terluka maka Alexandra pun terluka. Kutukan Abadi. Itu adalah kutukan yang diberikan oleh Raja Muller VII kepada air yang akan diberikan kepada Ray saat itu, ia berniat untuk membuat sang Panglima Abadi dan menyiksanya dengan kejam setelah sebelumnya ia kehilangan putri tercintanya Shiwa. Ia memiliki amarah yang luar biasa kepada sang Panglima, namun rencana itu terdengar di telinga Alexandra dan itulah alasan kenapa ia ikut meminum ramuan tersebut. Menyadari bahwa Alexandra sudah memiliki satu rasa dengan Ray, membuat Raja Muller VII tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Ray, karena ia tidak mau melukai Alexandra. Yang akhirnya membiarkan mereka berdua terjebak di dalam kutukan itu tanpa diberi penawar olehnya sama sekali.   Itulah sepenggal cerita singkat mengenai Alexandra yang memilih untuk menyelamatkan Ray dan menjadi Abadi serta terjebak di dapur selama satu abad lamanya. “jika hidangannya sudah siap, segera kirim ke ruang makan dan tata dengan rapi!” ucapan Alexandra segera diberi jawaban ‘baik’ oleh mereka-mereka para maid yang bekerja di dapur bersama dengannya. Ujung mata Alexanrda kini menangkap sebuah pot kecil yang muncul dari sebuah lubang portal kecil, yang membuatnya kini menoleh menatap pot tersebut. Sebuah pot dengan bunga Hyacinthus*  memenuhi pot tersebut, pot itu terlihat indah karena ragam warna dari bunganya yang mempercantik pot putih polos itu, kedua matanya kini menatap ke arah kertas yang sengaja diselipkan di antara bunga-bunga itu, yang akhirnya membuat Alexandra meraih pot tersebut dan membaca suratnya.   ‘aku bersalah, maafkan aku’ Dan isi surat itu membuat Alexandra tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, merasa bahwa Ray selalu seperti itu, merasa terbebani oleh dirinya yang mengetahui bahwa itu baik-baik saja baginya, karena ia percaya bahwa suatu saat nanti, akan ada seseorang yang membebaskan mereka berdua dari Kerajaan ini. is The end of Story  Cestovatel from Alexandra. * Hyacinthus adalah salah satu genus tanaman untuk sekitar 30 tanaman berbunga abadi, bunga dari tanaman ini berbau harum dengan bunga berbentuk lonceng dengan kelopak yang melipat. Tanaman ini juga selalu digunakan sebagai hadiah permintaan maaf.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD