Silent Love

1202 Words
Sudah tiga tahun semenjak Ray menjadi seorang bawahan di Istana Kerajaan Valens, Raja Muller VII yang melihat peluang dari kehebatan Ray pun akhirnya mengangkat Ray untuk menjadi seorang pelindung khusus yang melindungi sang Putri tercintanya Shiwa. Saat ini adalah hari di mana sang Putri menginjak usia 21 tahun, persiapan untuk pesta dansa besar-besaran pun dilakukan sejak dua hari sebelumnya. “malam ini adalah pesta besar yang sengaja kuselenggarakan untukmu, aku harap kau menyukainya. Putriku” ucap sang Raja seraya mengusap lembut surai rambut sang Putri yang saat itu tengah terduduk tepat di sampingnya, acara makan pagi saat itu ditutup oleh pernyataan sang Raja yang sengaja memberinya hadiah berupa pesta dansa yang tentu sudah Shiwa ketahui sejak dua hari yang lalu, tak ada satupun kata yang diucapkan oleh sang Putri selain senyuman manis darinya yang sengaja ia pasang untuk sang Ayah. “habiskan waktumu untuk melakukan hal yang kau sukai hari ini, aku sengaja membebaskan semua jadwalmu karena hari spesial ini. Pergilah bersama Ray kemanapun kau mau” ucap sang Raja yang kini beranjak dari kursinya dan kedua matanya menoleh menatap Ray yang kala itu memang berada di sana, berdiri tepat di belakang sang Putri, “kawal dia kemanapun dia pergi!” perintah sang Raja membuat Ray menunduk hormat tanpa menjawab apapun, “terima kasih, Ayahnda” ucapan Shiwa membuat sang Raja tersenyum dan mengangguk, sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang makan kerajaan. … Shiwa berjalan meninggalkan kerajaan, bersama dengan Ray yang senantiasa mengawal dirinya, “apakah saya boleh pergi ke desa, Ray?” tanya Shiwa seraya menoleh menatap Ray yang berada di belakangnya, yang kini juga menoleh menatapnya, “Raja mengidzinkan anda untuk pergi kemanapun anda mau, Tuan Putri” ucap Ray mengulang kembali ucapan sang Raja beberapa saat yang lalu, ketika mereka melaksanakan sarapan pagi bersama di ruang makan. Mendengar penjelasan Ray membuat Shiwa tersenyum senang dan kemudian ia mengangguk dengan semangat, “baiklah! Saya ingin berjalan mengelilingi desa, jadi tolong jaga saya. Ray” Ucapan yang Shiwa lontarkan saat itu langsung di beri anggukan oleh Ray yang kini berucap, “tentu saja, yang mulia”. Shiwa pun benar-benar melakukannya, ia berjalan mengelilingi desa untuk menjumpai Rakyat serta toko-toko yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi, dan Ray saat itu benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, ia benar-benar menjaga sang Putri dengan baik. … Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, dan setelah mengelilingi desa cukup lama, Shiwa akhirnya memutuskan untuk pergi mengunjungi kebun Hamush. Ketika ia menginjakkan kakinya di kebun tersebut, Shiwa segera berjalan mendekati pohon Apel dan memetik sebuah apel hitam yang akhirnya ia santap dengan penuh rasa Syukur, “saya tidak mengetahui bahwa Rakyat begitu ramah” Ucapnya kembali berjalan menelusuri kebun Hamush bersama dengan Ray yang selalu mengikutinya, “tentu saja yang mulia, karena Rakyat mencintai anda” jelas Ray, mendengar Ray berucap demikian membuat sang Putri kini menoleh menatapnya yang kala itu juga membalas tatapan dari sang Putri, “lalu bagaimana dengan anda?” dikerutkannya dahi Ray ketika mendengar pertanyaan Putri Shiwa, ia mengangkat satu alisnya untuk menyatakan ketidak pahaman yang akhirnya di mengerti oleh sang Putri yang kini kembali berucap, “m..maksudnya… apakah anda mencintai Kerajaan ini??” ucap Shiwa seraya berbalik memunggungi Ray, Mendengar pertanyaan itu membuat Ray menyunggingkan senyumannya, “saya mencintai Kerajaan ini sama seperti Rakyat mencintai Anda, Putri Shiwa” jawab Ray, mendengar jawaban itu membuat Shiwa tersenyum dan kini kembali melangkahkan kakinya menelusuri kebun Hamush, … Angin yang sejuk kala itu membuat Putri Shiwa memutuskan untuk menikmatinya seraya berteduh di bawah pohon Cherry Prunus Padus, itu merupakan tempat Favoritnya sejak kecil, “saya tidak pernah menginginkan hal itu” sebuah ucapan yang dilontarkan oleh sang Putri yang kini terduduk di ayunan pohon Cherry Prunus padus di kebun Hamush saat itu, membuat Ray yang memang ditugaskan untuk menjaga Putri Shiwa pun menoleh menatapnya, posisi mereka kini berhadapan. Sang Putri yang terduduk di ayunan itu, serta Ray yang berdiri dengan tegap jauh di depannya. “apa yang anda maksud, tuan putri?” tanya Ray merasa bahwa pernyataan sang Putri sangat ambigu saat ini, “pesta, aku tidak menginginkan pesta yang mewah di usiaku ini” ucap sang putri, kali ini ia berhenti mengayunkan ayunannya dan turun dari tempat itu. “saya rasa makan malam sederhana pun cukup untuk merayakannya” sambungnya lagi, dan kini ia berjalan menuju kursi taman yang berada tak jauh darinya. Sang Putri membungkuk hendak meraih sepatu miliknya yang tergeletak di atas tanah, melihat hal itu, Ray segera berlari dan meraih sepatu sang Putri, ia sengaja melepas karena ia sempat mengatakan bahwa memakainya ketika di atas ayunan tidaklah nyaman. Kedua mata Shiwa kini menatap Ray yang meraih sepatu miliknya itu, dan senyuman terkembang di bibirnya yang kini berucap, “saya bisa meraihnya sendiri, anda tidak perlu melakukannya” ucap sang Putri pada Ray saat itu, kedua mata Ray yang kala itu merungguh di hadapan sang Putri Shiwa pun enggan untuk menatapnya yang separuh membungkuk di sana. “anda dilarang menunduk di hadapan pengawal, jadi biarkan saya yang melakukannya… Putri Shiwa” mendengar ucapan Ray membuat Shiwa menegakkan tubuhnya, masih dengan kedua mata yang menatap Ray yang perlahan berdiri dan melangkah mundur satu langkah untuk menjauhi sang Putri, “idzinkan saya memasangkannya untuk anda, Tuan Putri” Shiwa segera melangkah mundur dan terduduk di kursi taman itu setelah ia mendengar ucapan dari Ray yang kini berlutut di hadapannya, Dengan lembut ia memasangkan sepatu itu pada sang Putri, saat itu pula angin berhembus dengan kuat hingga menggugurkan bunga-bunga yang memenuhi batang pohon Cherry Prunus Padus, suasana itu adalah suasana romantis yang Shiwa alami pagi itu, hingga senyuman manis merekah di bibirnya. Ia merasa bahwa Ray dan suasana alam di pagi itu merupakan kado terindah untuknya.   Tak ada satu pun yang mengetahui perasaan Putri Shiwa saat itu, ia mencintai Ray lebih dari yang semestinya, … Waktu jam makan siang pun akhirnya datang, Putri Shiwa memutuskan untuk kembali ke istana bersama dengan Ray, dan setibanya mereka di gerbang belakang istana Ray memanggil sang Putri yang akhirnya menoleh ke belakang untuk menatapnya yang kini memberikan semacam kotak kayu yang diukir dengan bentuk naga, “... apa ini, Ray?” tanya sang Putri, “sebenarnya ini tidak sebanding dengan hadiah yang nantinya akan anda dapatkan nanti malam, tapi saya akan sangat berterima kasih bila anda menerima dan mengunakannya sebaik mungkin, Putri Shiwa” jawab Ray seraya memberikan kotak yang ternyata hadiah itu pada sang Putri, Mendengar penjelasan dari sang pengawal membuatnya kembali tersenyum dan kini meraih kotak tersebut dari tangan sang pengawal yang senantiasa selalu melindunginya dan menemaninya hari ini, “terima kasih, hadiah ini akan saya pergunakan sebaik mungkin” balas Shiwa padanya yang kini mengangguk seraya tersenyum dengan senang. Puti Shiwa pun akhirnya membuka hadiah tersebut ketika ia sudah berada di dalam kamarnya, tak ada siapapun di sana selain dirinya. Kedua matanya kini terpukau dengan hadiah pertama yang baru saja ia dapatkan, dan terlebih hadiah itu dari Ray. Pandangannya tidak pernah lepas dari hadiah tersebut, sebuah belati yang terlihat tajam itu nampak elegan dengan batu berlian hijau yang menjadi mata dari belatinya, serta sepucuk surat yang langsung di tulis oleh tangan Ray membuatnya amat bahagia siang itu. Mendapatkan dua kado yang amat indah di hari itu membuatnya mengharapkan kado terindah lainnya di malam nanti. Ia seolah menjadi seorang putri yang rakus di hari ulangtahunnya. Tak seharusnya saya memberikan sepucuk surat ini untuk anda, Shiwa. Namun dengan berjuta pertimbangan akhirnya saya memberanikan diri untuk memberikan surat ini di hari kelahiran Putri tercantik yang pernah saya temui, mungkin juga tak pantas bagi saya untuk mengucapkannya. Selamat ulang tahun, saya selalu berharap bahwa dewa kebahagiaan selalu menyertai setiap langkah anda. Saya mencintai anda layaknya Rakyat yang telah mencintai anda selama ini, atau mungkin bisa lebih dari itu. Salam saya, Ray.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD