bc

HEAL THE PAIN

book_age18+
110
FOLLOW
1K
READ
badboy
sensitive
independent
lonely
passionate
like
intro-logo
Blurb

Malam tak pernah berdusta tentang gelapnya. Bukan karena ia tak mau, tapi memang matahari tak sudi menerangi. Maka dari itu diutus bulan untuk sekedar memberi secercah harapan. Bukan waktunya merenung tapi terlelaplah. Karena pedihnya gelap itu akan semakin pekat hingga fajar berdiri membisikkan kesadaran untuk menikmati muramnya siang.

Kelakar dalam hidup Ressa bersama seorang Evrand, yang sama-sama memendam dendam masa lalu membuat kisah mereka begitu rumit. Ingin segera mengakhiri namun rasa sakit yang selama ini selalu bertumbuk nyatanya tak merestui semuanya berjalan mudah.

Apakah Ressa mampu berdamai dengan hatinya dan menerima Evrand? Bagaimana Evrand meyakinkan Ressa demi kehidupan mereka bersama?

chap-preview
Free preview
Naura Mareena Khiel
Terus berlari dan menjauh itulah yang Naura harus lakukan sekarang. Sambil sesekali menengok ke belakang agar terhindar dari kejaran pasukan pengawal Jacob. Rupanya si tua bangka itu belum puas membujuk ayahnya untuk menikahi gadis kecil itu sampai pada akhirnya tragedi berdarah itu terjadi. Russel, pria yang hampir menginjak usia kepala 5 itu masih setia membimbing Naura untuk mengikutinya. Pesan terakhir sang tuan untuk menelamatkan sang putri dari kejahatan Jacob ia pegang kuat meskipun hatinya remuk melihat Gergio Khiel dan istrinya Marine, orang tua Naura, tergeletak bersimbah darah. Bahkan gadis itu masih saja menangis tapi tetap berlari karena dia tahu hidupnya harus berlanjut demi membalas dendamnya pada Jacob. "Jangan lepas dari pandanganku Nona, tetaplah bersamaku," ucap Russel sedikit berbisik. Mereka kini tengah merunduk di belakang sebuah tiang pancang yang tak seberapa lebarnya namun cukup menyembunyikan bayangan mereka di tengah malam nista itu. Russel terus mencoba menenangkan Naura hingga gadis itu berhasil menahan tangisnya. Pasukan pengawal Jacob mulai kewalahan karena tak bisa menemukan Naura dan Russel dimana-mana. Sampailah Russel membawa Naura ke sebuah bangunan yang ada di dalam hutan, tidak begitu dalam arahnya dari jalan raya namun ini seperti tidak terdeteksi karena ditutupi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, serta banyaknya tumbuhan rambat di sekitar rumah itu. "Rumah siapa ini, paman Russel?" tanya Naura bingung. "Maaf aku hanya bisa membawamu kesini, ini rumah singgah berburu ayahmu Nona. Mungkin kau tidak tahu, karena ia menyembunyikannya dari siapapun termasuk ibumu. Ia hanya takut ibumu akan marah kalau ia masih suka berburu," jawab Russel tenang dengan sedikit senyum pedih. Naura diam, ia hanya merenung. Kelelahan setelah berlarian sepanjang malam membuatnya harus beristirahat. Namun masih jelas di ingatan gadis 15 tahun itu bagaimana keadaan kedua orang tuanya saat mereka tinggalkan tadi. Jeritan kesakitan sang mama, dan ketidakberdayaan Papanya kembali membuat air mata Naura menitik, ia memegang dadanya yang sesak. "Bagaimana nasib Papa dan mamaku, paman Russel? Bahkan aku belum sempat mengurus pemakaman mereka," ucap Naura tentu terdengar pedih. Russel menghampiri gadis itu dan duduk di sebelahnya. Memberikan segelas air lalu kembali berucap," Tenang saja Nona, pelayan akan mengurus itu semua. Mereka akan di makamkan dengan layak di pemakaman keluarga kalian. Namun, kau tidak bisa menghadirinya karena kita harus segera pergi menjauh dari negara ini. Kalau tidak Jacob tidak akan berhenti mengejarmu, dan aku tidak bisa membiarkan itu." "Apa mau k*****t itu sebenarnya! Apa dia belum puas dengan banyak wanita di sekelilingnya! Sampai harus menghabisi nyawa kedua orang tuaku demi memaksa untuk menikahiku!!" Amarah Naura tidak tertahan lagi mendengar nama Jacob disebut. Russel kembali menyodorkan gelas air yang dipegangnya. Perlahan Naura menyesap air itu, dengan tatapan marah yang entah bagaimana ia harus meluapkannya lagi. "Untuk sekarang kau hanya perlu bertahan Nona. Aku tidak akan lengah menjagamu sesuai pesan ayahmu padaku. Jangan pikirkan yang lain, besok jam 8 pagi kita akan segera pergi!" Russel mencoba mengalihkan emosi Naura. "Pergi? Kemana?" Naura terperangah. "Indonesia, kita akan pergi kesana. Kau bisa melanjutkan pendidikan dan kehidupanmu disana. Dan aku berharap gangguan terhadapmu segera berakhir" jawab Russel tegas. Bagaimana mungkin? Naura yang hidup damai selama ini sebagai putri keluarga Khiel dan sekarang ia harus meninggalkan kehidupannya karena tragedi berdarah yang bukan hanya merenggut nyawa kedua orang tuanya tapi juga kehidupan indahnya. Dendam yang tersulut itu makin berkobar dan tak bisa padam sebelum Naura bisa membalaskannya pada si b******k itu. .... Dering alarm memekikkan telinga membuat Ressa harus terbangun segera sambil mengumpat malas pada waktu yang tidak bisa membiarkannya istirahat lebih lama. "Aaarrghhhh!" Teriak Ressa lalu berjingkat dari ranjangnya yang empuk. Ia harus segera mandi dan bersiap diri untuk pergi ke kantor. Pernah saat baru sebulan ia bekerja namun ia sudah pernah telat sekali karena bangun kesiangan. Russel, bahkan hampir terbang ke Jakarta karena khawatir gadis itu akan kerepotan tinggal sendiri. Namun, bujukan manis Ressa terbukti bisa menghentikan kekhawatiran pria paruh baya yang sekarang menjadi ayahnya itu. Ya, Russel mengganti identitas Naura dengan nama Ressa, Aressa Hansen. Mengambil nama pengganti Russel, yaitu Hansen. Bahkan Ressa dan Hansen mengganti tanah kelahiran mereka dari semula Jerman menjadi Inggris. Semua demi menghilangkan jejak keberadaan Ressa. Menghindarkan gadis itu dari bengisnya si b******n, Jacob Gerber. Sebisa mungkin Hansen melindungi gadis yang sudah ia anggap putrinya sendiri itu. Melarikan diri dari Jerman dan menetap di Bali sampai Ressa menyelesaikan pendidikan menengah atas nya. Lalu Ressa pamit untuk melanjutkan kuliahnya ke Jakarta sampai gadis cantik itu mendapat pekerjaannya di FinalTouch yang merupakan salah satu cabang perusahaan Max Group. Melangkah santai dengan senyum yang merekah sempurna sambil menyapa teman" Ressa lainnya, menaiki lift sampai di lantai 5 lalu gadis itu menuju ke sebuah ruangan luas yang berisi sekitar 5 meja kerja, dengan 1 ruangan lebih kecil lagi di dalamnya berisi 2 meja kerja. Ressa mengambil meja kerjanya lalu duduk sambil membenahi barang bawaan, termasuk sarapan yang ia baru beli dari restoran cepat saji langganannya. "Hai Ressa sayang, how about this morning babe..." sapa Monika manja, salah satu temannya itu memang terkenal bergaya menye-menye tapi sangat baik pada semua orang. "Bersyukur tidak telat say..." jawab Ressa tak kalah seru. Lalu keduanya tertawa bersama. Tak lama datang staff yang lain, ada Kevin, Yuda, Vira, dan Fani si ibu wakil divisi yang selalu mengundang gelak tawa yang lain jika dia datang dengan bawaannya yang seabrek, juga Nicko, kepala divisi yang dulu adalah kakak tingkat Ressa di kampus tempatnya kuliah. "Apa hari ini kita jadi meeting umum dengan pengurus pusat?" Sambut Kevin begitu duduk di kursi kerjanya. "Oh ya, jangan lupakan laporan project iklan yang kemarin sudah goal ya Res," tambah Vira. "Tenang saja, semua berkas sudah disalin rapi oleh Monika," Ressa menimpali santai. Semua masih berjalan seperti pagi biasanya, suasana kantor yang disukai Ressa, membuat gadis itu betah dan menolak kembali ke Bali dan mengurus resort dan hotel keluarganya yang ada di Bali. Suasana meja meeting agak ramai namun jarang ada yang mengobrol satu sama lain. Ressa sendiri terus berkutat bersama laptop di tangannya memastikan semua laporan yang harus di presentasikan siap dengan baik. "Kabarnya ada GM baru yang mau kenalan di meeting kali ini," bisik Yuda. Tapi disusul deheman Nicko yang seketika Yuda langsung bergerak sungkan di kursinya. "Santai saja Res, GM itu adalah utusan perusahaan karena ada rolling tugas dari perusahaan pusat" ujar Nicko kalem, berbeda dengan saat menegur Yuda tadi. Bibir Ressa membulat membentuk huruf O dan meeting pun tak lama dimulai. 20 menit awal berjalan dengan baik sebelum saat Nicko memanggil seseorang kemudian untuk masuk ke ruangan. Seorang pria bertubuh tegap dan terlihat atletis, jangan lupakan d**a bidang, dan plaster di pipi kirinya. Mata Ressa membulat. Tak berhenti disitu, perhatian audience siang itu apalagi para wanita tak bisa beralih dari pria yang baru saja masuk. Evrand Rusadi, GM yang sebelumnya menjabat di cabang perusahaan Max Group yang berada di Singapura itu pun mengedarkan pandangannya ke seluruh peserta rapat dengan senyum yang terkesan santun. Tapi matanya terkunci saat menangkap seorang gadis yang sedang duduk di deretan kedua ruangan rapat dan mereka berdua saling terpaku untuk beberapa saat. Ingatan Ressa langsung beralih di dua hari lalu saat dirinya tengah menikmati satnight di sebuah club. Lalu pertengkaran yang tak terduga di sebuah club sampai dia harus pulang menjelang pagi. Dan sekarang, orang yang terlibat pertengkaran dengannya waktu itu ada disini, atasannya saat ini. Ressa geleng-geleng kepala lalu menepuk keningnya pelan. "Kenapa Res? Ada masalah?" tanya Yuda heran melihat tingkah Ressa. Yang ditanya malah tergagap "I'm okay Yuda..." lalu memberi senyuman agar Yuda tidak bertanya lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
17.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.3K
bc

My Secret Little Wife

read
113.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook