Jarak antara Singapura dan Jakarta yang dekat membuat waktu perjalanan tak terlalu lama. Mereka sampai di Singapura sebelum siang dan bisa istirahat sebentar di kamar hotel. Tentu Adam dan Calista menginap di hotel yang sama, hanya berbeda kamar saja. Dan kebetulan mereka memesan kamar yang berdampingan. Bukan kebetulan sih. Tapi itu memang sudah menjadi kebiasaan mereka.
Calista dan Adam mendapatkan waktu istirahat yang cukup sebelum jam makan siang. Karena di jam makan siang, mereka harus memenuhi undangan dari salah satu kolega penting. Dan isi pembahasan dari pertemuan tersebut adalah kolega Adam mengundang Adam ke acara peringatan pernikahannya yang akan dilaksanakan nanti malam di ballroom hotel tempat Adam dan Calista menginap.
Selesai pertemuan tersebut, Adam dan Calista pulang ke hotel dan masuk ke kamar masing-masing. Mereka akan bertemu lagi nanti malam saat akan menghadiri acara kolega Adam. Dan tentu saja mereka akan berangkat bersama nanti.
Di dalam kamar hotel, Adam merebahkan tubuhnya di sofa. Tangannya memegang ponsel, sedang berbalas pesan dengan seseorang. Seseorang kepercayaan Adam, yang Adam beri perintah untuk memata-matai Gino dan mencari tahu kegiatan sehari-hari adiknya tersebut.
Dari cerita Calista, Adam juga menyimpulkan kalau perubahan sikap Gino terhadap Calista memang ada alasannya. Sesibuk apapun seseorang, pasti bisa menyempatkan diri kalau hanya untuk mengabari kekasihnya. Namun jika sampai marah hanya karena Calista meminta dikabari, jelas itu sudah melewati batas.
Setelah mendengar cerita dari Calista tadi, Adam langsung menghubungi kenalannya tersebut. Seorang pria bernama Arga, yang semasa kuliah merupakan junior Adam. Mereka dekat karena ikut organisasi yang sama, dan kebetulan orang tua mereka juga berteman. Jadi Adam tak terlalu sungkan meminta bantuan Arga untuk memantau kegiatan Gino hari ini.
Adam sudah mendapatkan satu informasi dari Arga disertai dengan bukti. Gino terlihat mengajak seorang wanita masuk ke dalam mobilnya. Mereka pergi dari rumah sakit menuju sebuah restoran yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah sakit tempat Gino bekerja. Dan Arga yang bergerak sangat cepat mampu mengumpulkan banyak foto Gino dengan wanita yang tak Adam kenali.
Mereka memang terlihat makan siang biasa di restoran. Namun sikap mereka seperti orang sedang berpacaran. Terlihat dari sikap si wanita yang menggandeng lengan Gino dengan manja. Yang membuat Adam geleng-geleng kepala adalah Gino tak menolak atau berusaha menghindar. Menandakan kalau hubungan mereka memang dari dua arah. Bukan hanya dari si wanita saja.
Itukah yang Gino sebut dengan sibuk? Sibuk berduaan dengan wanita lain saat pacarnya sendiri uring-uringan menunggu kabar dan terus kepikiran tentang bubungan mereka. Jujur saja, Adam yang kesal sekarang. Selama Calista di dekatnya, Adam selalu berusaha menjaga dan melindungi Calista. Adam memberikan perhatian-perhatian kecil pada Calista, yang dianggap Calista sebagai perhatian seorang kakak pada calon adik iparnya. Walau pemikiran Calista salah, Adam tak keberatan asal Calista nyaman di sampingnya.
Setelah melihat semua foto bahkan video yang dikirimkan oleh Arga, Adam pun membalas pesan Arga. Dia meminta Arga terus mengikuti kemana mereka pergi, kalau bisa cari informasi juga tentang kegiatan Gino dan wanita itu di dalam rumah sakit. Adam menjanjikan bayaran yang tinggi untuk Arga, dan Arga siap melaksanakan perintah Adam.
Adam lalu melihat jam yang tertera di layar ponselnya. Masih ada beberapa jam sampai acara koleganya di mulai di ballroom hotel lantai 10. Jadi Adam memutuskan untuk tidur siang dulu sebelum acara nanti. Dan selesai acara nanti malam, Adam akan memberitahu Calista tentang kelakuan Gino yang sudah dia ketahui.
***
Malam tiba, dan Calista sudah berpenampilan cantik juga rapi untuk menemani Adam menghadiri acara kolega penting. Calista memakai sebuah dress berwarna hitam dengan bagian d**a yang cukup rendah. Rambutnya yang panjang di urai dan diberi hiasan berupa jepit kecil. Calista juga memakai sebuah sepatu hak yang cukup tinggi, agar saat bersanding dengan Adam nanti tinggi tubuhnya tak terlalu jauh dengan Adam.
Setelah penampilannya beres, Calista pun meraih tas miliknya. Dia memasukkan dompet dan juga ponsel ke dalam tas tangannya yang berukuran sedang tersebut. Sekali lagi, Calista berdiri di depan cermin dan memastikan penampilannya sudah sempurna.
Setelah selesai, Calista berjalan mendekati pintu kamar hotelnya. Calista agak terkejut saat membuka pintu kamar, karena ternyata Adam sudah berdiri di depan, menunggunya.
"Pak Adam sudah menunggu lama kah?" Calista bertanya seraya mengunci pintu kamar hotelnya.
"Enggak. Baru beberapa menit," jawab Adam dengan santai. Dia memperhatikan Calista dari atas sampai bawah selama beberapa kali, dan Adam dibuat semakin jatuh cinta melihat Calista yang sangat cantik saat memakai dress yang lumayan terbuka.
"Kenapa gak ketuk pintu saja? Aku bisa cepat-cepat jadinya." Calista berucap seraya menatap Adam yang berdiri di depannya.
"Aku tak mau membuatmu merasa diburu-buru, Calista. Sudah hal wajar kalau wanita membutuhkan waktu lama untuk berdandan," jawab Adam. Calista tertawa pelan mendengar itu. Senang saja dengan pengertian Adam terhadap dirinya yang memang selalu lama saat bersiap-siap.
"Terima kasih atas pengertiannya, Pak," ucap Calista disertai dengan senyuman yang manis. Calista tak tahu saja kalau pesonanya sangat kuat di mata Adam.
"Tentu saja." Adam membalas dengan senyuman tipis. Mereka lalu berjalan beriringan masuk ke dalam lift. Adam menekan tombol menuju lantai 10, dan tak lama kemudian lift pun bergerak turun.
"Calista, sudah ada kabar dari Gino?" Adam bertanya pada Calista seraya menatap wanita tersebut. Adam tak akan pernah bosan menikmati kecantikan kekasih adiknya tersebut.
"Belum ada, Pak. Nomornya sejak tadi tidak aktif," jawab Calista dengan jujur. Adam bisa melihat kesedihan dalam sorot mata Calista saat wanita tersebut menjawab pertanyaannya.
"Dengan sikapnya yang berubah sekarang, apa yang kamu curigai darinya?" Adam bertanya karena penasaran. Sementara dia sendiri sudah tahu alasan apa yang membuat Gino berubah sikap terhadap Calista.
"Aku sebenarnya curiga kalau dia memiliki wanita lain. Kak Tasya juga bilang begitu padaku. Itulah alasan aku harus mencari tahu, agar aku tahu harus mengambil tindakan apa nantinya." Calista menjawab dengan nada suara berusaha tenang dan tegar, walau sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja sekarang. Adam hanya diam mendengar jawaban Calista barusan. Dia bertanya pada dirinya sendiri, akan seperti apa reaksi Calista jika tahu kalau kecurigaannya memang terbukti? Kalau sebenarnya Gino memang memiliki wanita lain.
Yang paling tak habis pikir bagi Adam adalah tindakan Gino. Calista adalah definisi wanita sempurna. Cantik, dari keluarga terpandang, berpendidikan, karir bagus juga. Bisa-bisanya wanita sempurna seperti Calista diselingkuhi. Apalagi selingkuhan Gino belum tentu sederajat dengan Calista. Memalukan.
Dengan yang dilakukan Gino sekarang, dia hanya menghancurkan dirinya sendiri. Jika perselingkuhan Gino terbongkar, Adam yakin sekali kalau orang tuanya akan tetap berpihak pada Calista dan Gino akan dimarahi habis-habisan. Jadi, usaha Gino membuktikan karir yang baik sebagai dokter akan hancur seketika di mata orang tua mereka nanti. Perjuangan Gino akan terasa sangat sia-sia.