Calista Gevanara Wijaya. Seorang wanita berusia 26 tahun yang bekerja sebagai sekretaris CEO di sebuah perusahaan properti. Dia sudah bekerja selama dua tahun di sana, dan Calista menikmati pekerjaannya.
Calista memiliki seorang pacar bernama Gino Tria Mahendra yang merupakan seorang dokter muda di sebuah rumah sakit besar. Popularitas Calista dan Gino sama-sama baik dalam bidang masing-masing. Dan hubungan mereka pun sudah berjalan selama bertahun-tahun, dengan rencana akan menikah akhir tahun ini.
Pekerjaan mereka berdua yang sama-sama menguras waktu membuat keduanya sulit untuk bertemu. Namun mereka saling memahami dengan pekerjaan masing-masing yang memang sesibuk itu.
Hari ini, Calista sedang bekerja dan mengatur waktu untuk meeting dengan kolega. Sebuah pemberitahuan, bos Calista merupakan kakak kandung Gino sendiri. Ya, Calista bekerja sebagai sekretaris calon kakak iparnya. Sebut saja begitu. Karena status Calista sebagai pacar sang adik, bos Calista pun selalu memperlakukan Calista dengan baik.
Saat Calista sedang sibuk dengan pekerjaannya, suara pintu ruangan CEO terbuka membuat perhatian Calista teralihkan. Calista menatap sang bos yang merupakan kakak pacarnya tersebut dan tersenyum ramah ke arahnya.
"Cal, apakah Mama menghubungimu?" Dia bertanya pada Calista dengan sebelah tangan memegang ponsel. Langkah kakinya yang lebar membawanya mendekat pada meja kerja Calista.
"Tante Yuni? Tidak kok." Calista menjawab dengan kening berkerut.
"Barusan Mama menghubungiku, katanya kamu tidak menjawab teleponnya."
"Tunggu. Aku cek dulu." Calista mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengeceknya. Ternyata memang ada panggilan tak terjawab dari Tante Yuni, ibu kandung Gino dan bosnya.
"Ah, sepertinya aku tak sengaja mengaktifkan mode silent." Calista berkata dengan sedikit rasa canggung.
"Tak apa. Mama minta kamu datang siang nanti dan makan siang di sana." Calista tersenyum dan mengangguk pada bosnya tersebut. Karena urusan sudah selesai, bos Calista pun kembali masuk ke dalam ruangannya. Meninggalkan Calista agar kembali fokus pada pekerjaannya.
***
Adam Putra Mahendra, seorang pria berusia 37 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya sendiri. Selain sebagai CEO, Adam juga merupakan bos dari pacar adiknya. Gino lah yang merekomendasikan Calista untuk menjadi sekretarisnya. Mulanya Adam menolak, takut kalau kinerja Calista tak akan memuaskan. Dan ternyata, Calista mampu bekerja dengan sangat baik, sesuai dengan harapan Adam.
Sebagian besar karyawan tahu tentang hubungan Adam dan Calista sebagai calon ipar. Karena itu sebagian besar dari mereka selalu menyebut kalau Calista anak emas di perusahaan, karena selalu mendapatkan perlakuan baik dari sang atasan.
Orang-orang beranggapan Adam memperlakukan Calista dengan baik karena Calista merupakan pacar Gino. Padahal aslinya, Adam melakukan itu semua atas kemauan sendiri. Ya, dia tertarik pada Calista, yang merupakan pacar adiknya sendiri.
Awalnya tak ada yang salah dengan status Calista sebagai pacar Gino dan menjabat sebagai sekretarisnya. Namun seiring berjalannya waktu, Adam merasakan perasaan yang berbeda pada Calista. Dia jadi lebih sering memperhatikan wanita tersebut, dan semakin hari semakin kagum dengan setiap hal yang ada dalam diri Calista. Perhatian yang dia berikan dianggap sebagai perhatian seorang calon kakak ipar bagi Calista. Namun nyatanya, Adam melakukan itu karena dia memiliki perasaan pada Calista.
Adam menyukai cara kerja Calista yang sangat baik. Adam menyukai penampilan Calista yang selalu cantik dan modis. Adam menyukai cara bicara Calista yang selalu ramah dan lembut. Adam menyukai senyumannya yang manis, juga tawanya yang indah. Adam menyukai segala hal yang ada dalam diri Calista.
Adam sudah berusaha menahan perasaannya sendiri, karena tak mau menjadi perusak hubungan saudaranya sendiri. Namun perasaannya pada Calista semakin dalam setiap harinya. Hingga akhirnya Adam membiarkan perasaan itu terus tumbuh dalam hatinya, yang penting tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri.
Mencintai seseorang dalam diam memang tak terlalu buruk. Apalagi Calista lebih sering bertemu dengannya ketimbang dengan Gino. Bagi Adam, bisa melihat Calista setiap hari di dekatnya sudah cukup. Bahkan, Adam juga memiliki keuntungan bisa sering makan siang bersama Calista dengan dalih meeting bersama kolega atau rekan kerja.
Calista juga sangat disayang oleh orang tua Adam dan Gino. Karena karakter dan kepribadian yang sangat baik, Calista dengan mudah diterima oleh keluarga Gino dan Adam. Bahkan Calista sudah dianggap sebagai anak sendiri dalam keluarga Adam.
Adam tak tahu akan seperti apa dirinya nanti saat Calista resmi menikah dengan adiknya. Bukan keberatan akan dilangkahi, tapi keberatan karena perempuan yang dia suka lah yang akan menikah dengan adiknya. Tapi Adam juga tak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya akan berpura-pura mendukung walau nyesek juga.
Jujur saja, kadang Adam berdoa dalam hati semoga suatu saat nanti Calista dan Gino putus. Jika itu terjadi, maka Adam bertekad akan mendekati Calista, tak peduli dengan statusnya. Namun itu semua hanya sekedar harapan Adam saja. Karena Adam tahu, Calista dan Gino sudah merencanakan pernikahan akhir tahun ini.
"Andai aku yang pertama bertemu denganmu," gumam Adam seraya memperhatikan foto Calista di ponselnya. Ya, Adam memang menyimpan beberapa foto Calista di ponselnya. Foto Calista yang Adam ambil secara diam-diam.
Adam tak tahu sampai kapan dia akan memendam perasaan pada Calista. Adam hanya berharap, suatu hari nanti dia bisa menghilangkan perasaan tersebut. Berharap juga dia bisa menemukan seseorang yang bisa membantunya melupakan sosok Calista.