"Dra, gue rasa elo harus benar-benar yakin dulu soal ini. Yuda itu orang baik, kok!"
Andra mendengar temannya, Ratih, berbicara dari seberang telepon sambil mengemudikan mobilnya. Ia masih memegang setir H*nda C*vic hitamnya dan memasang mode speaker di ponselnya untuk berbicara dengan Ratih. Sambil menghentikan mobilnya di lampu merah, wanita itu kemudian menghela napas panjang.
"Ratih, suami gue punya satu handphone lain yang enggak bahkan selama ini gue tahu ... itu yang pertama. Kedua, jelas-jelas itu tangan dia di wallpaper handphone yang lagi gandeng tangan perempuan lain, lengkap dengan cincin seragam di jari manis kanan mereka! Perempuan lain di w******p dia itu juga jelas-jelas nyebut nama lengkap Yuda kemarin. Suami gue pasti memang punya perempuan lain!"
Andra nyaris memekik ketika menjawab Ratih dan suaranya kini tersengal. Bola mata wanita itu berkaca-kaca karena sangat berusaha menahan emosinya yang tengah meluap-luap.
"Apa mungkin itu hanya bercanda?" tanya Ratih lagi masih tidak percaya dengan ucapan Andra. "Bukan gue enggak mau percaya dengan kata-kata elo tapi ... Yuda benar-benar enggak kelihatan kayak laki-laki yang bakal selingkuh. Dia itu sempurna banget sama elo dan selalu kelihatan bahagia. Bahkan di saat mertua elo jahatin elo saja, hanya Yuda kan yang selalu bela elo? Gue kok sangsi, ya, dengan semua ini?"
"Mungkin kalau Naya enggak muncul lagi dalam kehidupan gue dan Yuda, gue enggak bakal paranoid kayak begini," kata Andra lagi, menyinggung kedatangan kembali mantan kekasih Yuda di Indonesia. "Naya memang baik, tapi sebelum gue menikah dengan Yuda, dia benar-benar pasangan cinta mati Yuda selama delapan tahun, Tih!"
Tangan Andra bergetar di setir kemudinya. Wanita itu terlihat panik dan terpukul secara bersamaan ketika menyebut nama Naya, bekas pianis terkenal yang bernama panjang Kanaya Sara itu.
Ya, Kanaya Sara sebelumnya adalah cinta abadi Yuda, suaminya. Mereka sudah berpacaran selama delapan tahun dan bahkan telah bertunangan saat Andra berkenalan dengan Yuda, enam tahun lalu di kantor pusat sebuah pereusahaan elektrik ternama milik keluarga Yuda. Saat itu, Andra adalah staf marketing baru di kantor Yuda, di mana pria itu menjabat sebagai direktur marketing mereka.
Di masa-masa itu, Andra bahkan jarang berbicara banyak dengan Yuda dan hanya pernah menghadap beberapa kali ke ruangan bosnya itu untuk melaporkan progress penjualan dan tender-tender mereka. Semua berubah saat keduanya menghadiri sebuah acara pesta kantor mereka di suatu malam. Andra yang saat itu masih dalam suasana duka cita akibat kematian kedua orang tuanya yang disebabkan oleh kecelakaan tunggal, memaksakan diri meminum alkohol.
Apa mau dikata, baik Andra maupun Yuda yang malam itu juga mabuk berat kerena hubungannya sedang bermasalah dengan Naya, entah bagaimana berakhir bersama. Andra akhirnya melepaskan keperawanannya untuk Yuda karena pengaruh alkohol, dan semenjak itu, situasi mereka menjadi sangat rumit. Tidak satu pun dari mereka berdua yang pernah berbicara lagi sampai dua bulan kemudian, Andra dikejutkan dengan kehamilannya sendiri.
Ketika menyampaikan kabar kehamilannya kepada Yuda, sebenarnya Andra sudah nyaris mau mati ketakutan dan sudah sangat frustasi. Namun ia beruntung pria itu mau bertanggung jawab kepadanya, meski sempat lama berdiam diri karena syok. Hubungannya dan Naya menjadi hancur dan saat Yuda memberitahu kondisi Andra kepada Naya, wanita itu langsung memutuskan hubungannya dengan Yuda.
Naya wanita yang dikenal baik oleh semua orang dan juga para penggemarnya. Sebenarnya saat insiden Andra terjadi, ia tidak pernah menyalahkan Andra sama sekali dan hanya membisu setiap bertemu dengan wanita itu.
Tetapi sikap Naya itu tidak berlaku sama dengan kedua orang tua Yuda. Mereka sempat sangat menentang kehadiran Andra dan bahkan menolak menikahkan Andra dengan Yuda, karena sudah terlanjur menyayangi Naya seperti anak mereka sendiri. Bahkan sampai sekarang, Anggara dan Sukma Sasongko, orang tua Yuda, masih selalu sengit kepadanya dan hanya mau bersikap ramah kepada Nayla, cucu tunggal mereka.
Setelah melalui banyak drama dan konflik menegangkan, Andra akhirnya resmi menikah dengan Yuda di usia kehamilan Andra yang menginjak lima bulan. Naya sendiri dua minggu setelah pernikahan Yuda langsung meninggalkan Indonesia dan memilih menetap di luar negeri. Yuda dan keluarganya tidak lagi bisa menghubungi Naya yang entah bagaimana seolah mendadak menghilang begitu saja dari mereka.
Yuda sempat seperti orang gila selama beberapa bulan dan bersikap luar biasa dingin kepada Andra. Ia seolah menumpukan semua kesalahan di pundak Andra saat itu, dan bahkan tidak ada di rumah sakit saat Andra melahirkan Nayla. Meskipun begitu setelah melihat langsung bayi mereka di rumah, pria itu terlihat seperti jatuh cinta kepada malaikat kecil mereka.
Semenjak itu sikap Yuda mulai melunak. Keduanya pun mulai hidup bahagia setelah itu dan Yuda mulai menunjukkan sikap manisnya kepada Andra. Andra berhasil unjuk gigi dengan menjadi karyawan terbaik yang meloloskan banyak penjualan besar di perusahaan mereka, sementara Yuda kemudian diangkat ayahnya menjadi direktur utama perusahaan mereka.
Baru setahun lalu Yuda meminta Andra berhenti bekerja agar lebih fokus kepada putri mereka yang menderita speech delay atau keterlambatan berbicara, dan Andra akhirnya menyetujuinya. Ia pun resmi menjadi ibu rumah tangga seutuhnya bagi suami dan anaknya, dan mengorbankan karirnya yang sedang tinggi-tingginya.
Segalanya berjalan sempurna bertahun-tahun setelahnya sampai di tahun kelima, tepatnya beberapa bulan lalu, Naya mendadak kembali ke Indonesia. Kehidupan finansial Naya selama di luar negeri rupanya hancur total dan ia menjadi korban penganiayaan dan penipuan oleh pacar barunya sendiri di sana.
Seluruh harta Naya raib dan Naya butuh waktu lama sampai ia bisa menghimpun kekuatan untuk kembali ke Indonesia dan akhirnya meminta pertolongan kepada orang tua Yuda. Jelas orang tua Yuda dengan mudah langsung memberikan bantuan kepada Naya yang sangat mereka rindukan.
Yuda yang sempat kaget setengah mati saat mendengar kabar kembalinya Naya dari orang tuanya, dengan sopan sempat memberitahu Andra soal itu. Ia juga meminta izin kepada istrinya itu mengenai rencana bantuan keluarganya kepada Naya, agar tidak terjadi masalah kelak di antara mereka.
Andra yang sempat merasa bersalah kepada Naya jelas menyetujuinya. Yang ia tidak tahu, ternyata orang tua Yuda meletakkan Naya dalam satu cluster perumahan mewah yang sama dengan Yuda dan Andra. Semenjak itu pun, Andra kerap merasa tidak nyaman berada di lingkungannya sendiri.
"Halo ... halo ... Ndra? Lo denger gue?"
Lamunan Andra di jalan terbuyar seketika dan kini ia kembali mendengar suara Ratih dari loudspeaker-nya dan suara klakson mobil bertubi-tubi dari arah belakangnya. Andra mendongak ke arah lampu merah yang ternyata sejak tadi sudah berubah menjadi lampu hijau, dan melihat beberapa pengendara mobil melaluinya sambil memaki ke arahnya.
Andra pun segera menjalankan mobilnya lagi dengan perlahan dan terlihat menjadi sedikit linglung. "Tih, lo masih di sana? Sorry, gue tadi enggak dengar omongan elo. Elo bilang apa tadi?"
"Hati-hati, lo, jangan ngelamun sambil nyetir," jawab Ratih memperingatkannya. "Gue tadi hanya nanya ke elo, jadi sekarang langkah apa yang bakal elo ambil soal Yuda?"
"Elo dulu pernah cerita ke gue soal detektif swasta yang dipakai perusahaan elo itu, siapa namanya... yang bekas Kompol kepolisian?"
"Rendra?"
"Iya, Rendra!" cetus Andra teringat. "Gue bisa minta nomor teleponnya enggak ke elo? Gue mau minta bantuan dia."
"Ndra, Rendra enggak kerja buat kasus pribadi dan perselingkuhan," kata Ratih kepadanya. "Dia private investigator khusus kasus-kasus internal perusahaan-perusahaan besar."
"Gue tahu," tukas Andra dengan cepat. "Tapi gue bersedia bayar dia setara dengan bayaran perusahaan besar kalau dia mau bantu gue. Please, kasih gue nomor telepon dan alamat kantor dia."
Ratih menghembuskan napasnya. "Oke, ntar gue kirim ke elo. Ngomong-ngomong, elo ke TK Nayla jam segini memangnya enggak telat? Seingat gue, Nay biasa pulang jam setengah sebelas, kan? Ini sudah jam setengah satu, loh!"
"Itu makanya gue lagi panik," jawab Andra. "Karena kasus semalam, gue jadi kepikiran banget soal suami gue seharian ini dan itu buat gue jadi enggak konsen. Gue enggak tidur sama sekali semalam dan tadi malah enggak sengaja ketiduran. Akibatnya sekarang gue telat jemput Nayla."
"Semoga Nayla enggak kenapa-kenapa," ucap Ratih dengan tulus. "Ya udah, elo fokus nyetir dulu, gih! Nanti malam kita bisa ngobrol lagi. Gue juga mau berangkat makan siang ke luar ini sama teman-teman kantor yang lain."
"Oke, jangan lupa nomor telepon Rendra ya, Tih?"
Andra masih mendengar Ratih mengiyakan permintaannya sebelum ia menutup sambungan telepon mereka. Kini Andra membelokkan mobilnya memasuki sebuah pekarangan sekolah yang sangat besar. Mobil hitamnya berjalan pelan menyusuri area TK yang berada di bagian samping kompleks pergedungan sekolah swasta intrenasional paling bonafide seantero Jakarta itu.
Andra belum keluar dari mobilnya saat melihat guru Nayla memicingkan mata ke arahnya dari bagian depan lobi gedung TK mereka. Wanita muda itu kemudian berlari ke arah Andra dan langsung menyapanya dari luar jendela.
"Mama Nayla kok ke sini?" tanyanya dengan wajah bingung. "Tadi saya sudah telepon berkali-kali tapi telepon Mama Nayla sibuk terus. Saya juga telepon Papanya Nayla dan enggak diangkat. Mungkin beliau lagi sibuk di kantornya, jadi tadi saya terpaksa telepon Nenek Nayla karena enggak ada yang jemput Nayla. Kasihan Nayla soalnya."
"A-apa?!" ujar Andra tersentak kaget. "Neneknya?"
Guru Nayla itu mengangguk. "Nayla sudah dijemput kok --- baru sekitar lima belas menit yang lalu."
Bola mata Andra kini melebar. Jika terkait dengan orang tua Yuda dan cucu mereka, jelas Andra akan kena semprot habis-habisan jika Andra dianggap teledor. Andra jelas akan sangat frustasi mendengar penghakiman menyakitkan dari Sukma, Ibu Yuda tersebut nantinya.
Andra pun kemudian pamit ke guru Nayla dan memacu kendaraannya dengan tergesa-gesa untuk menuju ke rumah orang tua Yuda. Dalam perjalanan, ia langsung menghubungi Sukma dan jantungnya seketika berdebar kencang saat mendengar telepon itu diangkat oleh Ibu Yuda tersebut.
"Lagi-lagi kamu ceroboh!" Sukma langsung membuka percakapan dengan Andra dengan kalimat keras yang langsung menghakimi Andra. "Dua jam kamu telantarkan Nayla di sekolahnya, mau jadi ibu seperti apa kamu ini?!"
"Ma-mama, maaf... tapi tadi saya ada masalah dengan mobil saya di tengah jalan dan saya sibuk minta bantuan orang di telepon. Itu makanya guru Nayla susah hubungi saya," ujar Andra dengan berbohong. Perkara akan lebih panjang jika Sukma Sasongko, ibu dari Yuda, mendengar Andra ketiduran di jam-jam kepulangan Nayla dari sekolah.
"Nayla itu penderita speech delay, kalau ada orang manfaatin ini gimana?! Kamu benar-benar ibu enggak becus ngurus anak!"
Andra berusaha mengacuhkan makian Sukma Sasongko kepadanya dan mencoba bersabar. "Sekarang Nayla di mana, Ma?"
"Mana saya tahu dia di mana! Saya yang lagi di Singapura nemenin Papanya Yuda berobat jadi jantungan dengar kelakuan kamu! Tadi saya suruh Naya yang jemput Nayla. Kamu tanya saja sama Naya!"
"Naya?" gumam Andra mematung di tempatnya.
"Siapa lagi yang bisa saya minta tolong untuk jemput Nayla selain dia?! Yuda lagi meeting di kantornya, kamu sibuk dengan telepon kamu, ya terpaksa saya minta Naya yang jemput Nayla karena rumah kalian juga berdekatan. Dia memang jauh lebih bisa dipercaya dan diandalkan dibanding kamu!"
Andra mencoba menahan tangis dan amarahnya mendengar celotehan menyakitkan Sukma kepadanya. Ia kemudian pamit menutup telepon kepada ibu mertuanya itu, dan kini membuka w******p untuk langsung menghubungi Naya.
Betapa kagetnya Andra saat membuka w******p Naya, ia langsung melihat status terbaru yang ganjil dari wanita itu. Naya baru saja memajang fotonya sedang memeluk Nayla, dilengkapi dengan ucapan, 'Naya & Nayla, a mother and her angel' di status w******p-nya.
Entah bagaimana, ia merasa Naya sengaja melakukannya kepadanya. Tidak saja enggan menghubungi Andra dan memberitahu kalau ia yang menjemput Nayla, Naya malah memasang foto dirinya dan anak Andra tersebut di w******p-nya --- seolah memamerkannya.
Naya jelas tahu kalau statusnya itu bisa dilihat oleh Andra, Yuda dan kedua orang tua Yuda dan ia mulai meradang. Dengan emosi membuncah, Andra pun segera memutar laju mobilnya dan segera memacu kecepatan mobilnya untuk menuju ke rumah Naya.