Prolog

420 Words
Fiona menutupi sebagian besar wajahnya dengan tudung hoodie kebesarannya. Hiruk pikuk kelasnya di jam kosong, tak membuatnya tertarik untuk ikut bergabung. Walaupun ia bisa melihat keenam temannya sedang saling menjahili di ambang pintu kelas. Sayangnya, ia sedang tidak dalam mood yang baik untuk bergabung. “Gak panas lo Fi? Siang-siang pake hoodie.” Fiona berdecak kala Raka dan Rizky mulai menjahilinya. Dua biang onar kelasnya itu mulai mengobrak abrik tempat pensilnya yang sedikit terbuka. Ingin rasanya ia lemparkan kedua manusia setengah waras ini dari lantai 3 tempat kelasnya berada. Sudah tau orang lagi galau, malah diganggu! “Jangan ganggu gue dulu dong,”pinta Fiona sudah lelah untuk menggubris kedua manusia dari makhluk antah berantah di depannya. “Kenapa sih lo Fi? Masih galau gara-gara Oji udah punya gebetan baru padahal baru putus sama lo seminggu yang lalu?” Rizky melirik kearah Oji yang duduk di pojok kelas bersama teman sekelasnya yang lain. “Kan lo yang mutusin, ngapain lo galau.” Buk “Bisa diem gak lo, jin ifrit.” Kesal Fiona setelah mendaratkan pukulan keras dari buku paket biologinya. “Pergi deh lo pada. Jangan bikin gue nyiram lo pada pake air pel lagi ya!” Tangannya ia kibaskan memberi tanda bahwa dia benar-benar tidak ingin diganggu saat ini. Sahabat-sahabatnya saja mengerti, sehingga mereka tidak memaksanya ikut ke kantin di sela jam kosong seperti ini. Raka dan Rizky justru mendatanginya dan membuat moodnya yang sudah buruk semakin buruk saja. “Huu dasar Fiona, tukang galau. Galak lagi.” Ledek Raka sebelum beranjak bersama Rizky ke ambang pintu kelas tempat teman-temannya berada. Berlari secepat mungkin, sebab bisa melihat Fiona sudah mengambil ancang-ancang hendak memukul keduanya. Tentu sembari tertawa puas. Fiona berdecak kesal, lalu menyembunyikan wajahnya di atas tangannya yang terlipat. Sudah dengar kabar bahwa mantannya punya pacar baru setelah hubungan mereka berakhir dua minggu lalu, sekarang diganggu dua jin ifrit tadi. s**l sekali harinya. Ponselnya yang bergetar membuat Fiona meraih benda tersebut dari dalam saku hoodienya dengan malas. Masih dengan posisi kepalanya yang berbaring di atas meja, Fiona membuka salah satu aplikasi chatnya dan langsung mengernyit membaca sederet pesan yang masuk ke ponselnya. Membuatnya refleks menoleh ke salah satu sisi ruang kelas. Menatap ke arah laki-laki yang nampak sibuk membahas soal bersama teman-temannya. Masih tak percaya bahwa orang itulah yang baru saja mengiriminya pesan. Aksa Hermawan: Jangan galauin Oji mulu, main sana sama temen-temen lo. Dan mulai dari hari itu, Fiona tidak mengira bahwa Aksa yang jarang berkomunikasi dengannya bisa memberi efek yang sangat besar kedepannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD